Junhui mengetuk pena-nya ke meja karena bosan. Ia ingin segera keluar dari kelas. Kepalanya terangkat, melirik kearah dosen, lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar, berusaha mencari temannya. Seringai tercipta di bibir tipisnya. Ia meraih ponselnya di dalam tas dan membuka aplikasi chat.
[ Jun. ]
Psst.
Han.
Bolos yok?
Bosen kan lo.[ Jeonghan. ]
Hush, ogah.
Males keluar gua Jun.
Mending tidur dah.[ Jun. ]
Ayo bolos.
Ya ya ya?
Wonwoo dikantin tuh, nyusulin ayok.[ Jeonghan. ]
Lo duluan dah,
Abis itu gua.[ Jun. ]
Tasnya tinggalin aja dikelas ye?[ Jeonghan. ]
Iya udah buruan Jun.
Ngantuk banget gue.Dengan cepat Jun mengantungi ponsel dan dompetnya, lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju meja dosen. Kakinya dibuat seolah bergerak tak nyaman, lalu kabur dari kelas si dosen 'membosankan' itu dengan alasan klasik ingin buang air kecil.
Beda lagi dengan Jeonghan. Ia dengan sengaja membuka ponselnya didepan dosen lalu berpura-pura mengerutkan dahinya. Dengan terburu ia merapihkan barangnya dan berjalan kearah meja dosen.
“Pak, izin boleh?”
Matanya bergerak gusar, seolah memberi kode rahasia pada sang dosen yang untung saja mengangguk paham pada tatapan mata Jeonghan. Senyum tipis terbit di bibirnya yang sedikit pucat itu.
“Ini tasnya Jun saya ambil ya pak? Saya ngga ada temen perginya..” kata Jeonghan sambil menunjuk kearah tas Jun diatas kursi tempatnya duduk tadi. Tatapannya kembali memelas, berharap sang dosen berkata ia padanya.
Dosen yang sudah berkepala 5 itu mengangguk dengan cepat. Setelah berucap terimakasih, ia mengambil tas milik Jun dan membawanya keluar dari ruang kelas. Kakinya berlari menuju kantin fakultas bisnis dimana Wonwoo berada, dengan Jun yang sudah menyusul sejak tadi pastinya.
Begitu dilihat Jeonghan kedua temannya sedang bercanda tanpa dirinya, dilemparnya tas Jun yang sedari tadi berada di genggamannya. Kedua orang yang duduk disana — Jun dan Wonwoo — jelas tersentak. Belum lagi tatapan Jeonghan yang terlihat sinis itu.
Wonwoo yang melihatnya hanya menaikan sebelah alisnya dan menyesap latte ditangannya. “Sensi banget lo Han.” Jun mengangguk menyetujui ucapan Wonwoo.
Jeonghan hanya mengangkat bahunya tidak peduli, lalu mengangkat tangannya, hendak memesan makanan. “Bu—”
“NASINYA SATU! LAUKNYA AYAM. SAYURNYA BANYAKIN. GA PEDES. MINUMNYA AIR PUTIH.”
“Temen anjing!”
Jun dan Wonwoo tertawa lepas melihat respon Jeonghan. Wajahnya tertekuk sebal karena kedua temannya itu mengganggunya terus terusan.
Wonwoo menyodorkan segelas jus stroberi yang sedari tadi disana dan terus saja dilirik oleh Jeonghan. “Gausah marah. Air putih itu wajib. Jus stroberinya juga.” ucap Wonwoo final mengakhiri wajah suram milik Jeonghan.
Jun menyuap sesendok nasi kedalam mulutnya. Ah ya, Jun memesan makannya lebih dulu sebelum Jeonghan datang dan sedang makan saat Jeonghan datang. Wonwoo menumpukan sikunya diatas meja dan menopang dagunya dengan kedua tangannya. Netranya menatap penuh selidik pada wajah Jeonghan.
“So, Paduka Jeonghan yang terhormat, bagaimana caramu membolos kali ini? Pura-pura kebelet kaya Jun atau pura-pura sakit?”
Tawa Jeonghan pecah seketika. Sepertinya Wonwoo hafal betul caranya dan Jun untuk bolos. Setelah tawanya reda, sebelah alisnya terangkat, “Sejak kapan sakit gue pura-pura, Jeon Wonwoo?”
KAMU SEDANG MEMBACA
soulmate. ✓
أدب الهواةKeduanya terikat, sehidup semati. Ketika yang satu hidup, yang lainnya hidup. Ketika yang satu mati, yang lain pun akan mati. Namun kali ini, ceritanya akan berbeda. Bagaimana jika yang satu mati karena memberikan nyawa-nya secara percuma kepada san...