16 ~ Darurat!

419 70 24
                                    

Dari bekerja hingga tertawa bersama.
Dari berbagi kisah hingga berbagi makanan.
Dari berbagi rasa sakit, suka, hingga duka.
Jika kau menilai sebuah tim adalah orang yang bekerja bersama-sama, kau salah!
Sebab sebuah tim adalah sekumpulan orang yang saling mempercayai.

~L.K~

🍃🍃🍃

Lampu kamar Nardo sudah menyala, pertanda si pemilik sudah bangun. Matahari saja belum tampak, tetapi dia sudah duduk santai sambil menikmati segelas teh hangat. Penghuni kamar paling pojok itu sudah memulai paginya bahkan sebelum ayam berkokok.

Kebiasaan selama di pondok tidak bisa ditinggalkan. Bangun jam tiga pagi, melaksanakan salat malam, lalu menunggu hingga waktu Subuh tiba. Meski begadang hingga lewat tengah malam, Nardo selalu terbangun di jam yang sama.

Konsentrasinya mengecek beberapa data siswa terpecah saat ponselnya berdering. Nardo berdecak saat melihat nomor sang ibu yang tertera di layar ponsel. Bukan tidak senang sang ibu menelepon, tetapi lelaki itu teringat bahwa selama beberapa hari ini dia lupa memberi kabar dan menyapa si bungsu.

"Asalamualaikum, Bu ...,"

"Wa alaikum salam, Le. Beberapa hari ini sibuk, ya? Sampai lupa kasih kabar sama orang rumah. Ini adikmu merengek terus nanyain kapan kamu pulang."

"Maaf, Bu, Nardo sibuk, jadwalnya padat," ujar Nardo pelan karena menyadari kesalahannya.

"Semalam Adis ngelindur, sambil nangis sesenggukan dia bilang kalau kamu jatuh dari motor dengan kepala yang berdarah-darah. Sepertinya adikmu itu mimpi buruk. Kamu baik-baik saja 'kan, Le?"

"Alhamdulillah, baik! Bilang sama Adis, Mas Nardonya ndak apa-apa, sehat walalfiat. Insya Allah lusa sudah pulang."

"Nanti Ibu sampaikan. Kamu jaga kesehatan, meski sibuk jangan sampai lupa makan. Kebiasaan jelek jangan dipelihara. Nggak baik!"

"Siap, Bu! Salam sama ayah, Oka, terutama si kecil."

Nardo menutup panggilan telepon itu setelah sang ibu mengucap salam. Beberapa kali dia beristigfar dan memohon ampun. Pemilik manik mata gelap itu meringis dan memandang pada luka basah di lutut dan lengan kirinya.

Sekali ini dia berbohong pada sang ibu dengan mengatakan baik-baik saja. Si guru PKn ini menepuk jidat saat sadar akan kebodohannya. Jika sekarang dia berbohong, apa yang akan dia katakan saat pulang nanti? Sangat tidak mungkin menyembunyikan lukanya yang ada di area terbuka.

🍃🍃🍃

Nardo berjalan kaki untuk sampai ke sekolah. Motor kesayangannya harus masuk bengkel setelah mengalami sedikit kerusakan akibat atraksi saat dia mengunjungi rumah siswa.

Tidak terlalu parah, hanya kaca spion dan lampu depannya yang pecah. Sementara si penunggang kuda besi mendapat beberapa luka karena jatuh di area berbatu.

Bunyi klakson membuat Nardo menoleh, ternyata sebuah mobil berhenti dibelakangnya.

"Naik!" ujar si pengemudi mobil.

"Tanggung, Pak, sudah hampir sampai."

"Maaf, tidak menerima penolakan!"

Nardo menghela napas dan mengikuti perintah yang dia terima. Kedua lelaki itu terdiam hingga mobil memasuki halaman parkir khusus guru SMK Bina Bangsa.

"Motornya ke mana, Dek? Itu lengan kenapa bisa sampai seperti itu? Abis atraksi jalanan?" tanya Radit sambil menunjuk luka memanjang di lengan Nardo.

Rush Hour ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang