15 ~ Asyem!

289 66 16
                                    

Jangan mencoba untuk selalu terlihat kuat.
Jangan mencoba untuk tangguh jika memang rapuh.
Kita memiliki batasannya masing-masing.
Lelah boleh, menyerah jangan!
Jangan terlalu meredam, tapi meledak kemudian.
Sebab begitulah hidup, ada tanjakan ada turunan.
Nikmatilah selagi tanjakan, syukurilah saat turunan.

~Nardo Shidqiandra~

🍃🍃🍃

Jadikan sebuah hobi sebagai pekerjaan, maka selamanya kau tidak akan merasa bekerja. Begitu mereka mengatakan, sederhananya adalah kita tidak akan merasa terbebani dengan pekerjaan jika itu hobi yang terbiasa kita jalani. Ala bisa karena biasa.

Nardo yang awalnya menjadi guru terpaksa ditarik menjadi operator karena di sekolah lamanya tidak ada yang lancar mengoperasikan komputer. Dari sebuah keterpaksaan, terbiasa mengerjakannya hingga menjadi bisa.

Tidak jarang juga Nardo menjadi pusat informasi untuk beberapa lembaga. Memberi kabar mengenai pendataan, info tunjangan, kegiatan di tingkat kabupaten, dan perubahan kurikulum.

Beberapa aplikasi mungkin tampak berbeda antara Kemendikbud dan Kemenag, tetapi pengoperasiannya tetaplah sama. Selalu ada akun yang digunakan untuk setiap aplikasi yang berbeda.

"Pak Nardo, cut off untuk BPOPP terakhir dua hari lagi. Bapak bisa mengecek mungkin ada data-data yang kurang lengkap," ujar Pak Yusuf.

"Kumpulan berkas cetak ada di mana, Pak?"

"Kemarin bagian penulisan buku induk meminjam datanya. Pak Nardo bisa tanya sama Bu Risna atau Bu Janetta."

"Siap, Pak, akan saya tanyakan. Bukannya sudah ada rekap data online dan siap cetak? Untuk apa ditulis manual?"

"Seperti itulah mekanisme saat ini. Dari penginputan data kita bisa membuat buku induk, langsung cetak juga bisa. Bahkan kumpulan nilai juga tinggal cetak."

"Masalahnya di mana? Kalau ada yang lebih ringkas kenapa dibuat ribet?"

"Kita maunya ringkas, tapi ada beberapa pengawas yang tetap meminta buku induk manual terisi lengkap. Mau tidak mau, ya, ABS!"

"ABS apa, Pak?"

"Asal Bapak Senang!" pungkas Pak Yusuf disertai dengan cengiran yang membuat lesung pipinya terlihat jelas.

Nardo ikut tertawa, tetapi perhatiannya berganti pada ponsel pintarnya yang berkali-kali berdering. Pesan whatsapp sudah menumpuk, apalagi di grup sekolah yang dia pegang. Beberapa pesan yang sama dikirim oleh enam kepala sekolah.

Lelaki itu lagi-lagi dibuat takjub dengan kelakuan para kepala sekolah itu. Kompak! Begitu semboyan yang mereka agungkan. Nardo hanya membalas dengan dua kata, "Siap, laksanakan!"

Pesan yang sudah biasa dia terima di bulan-bulan padat pendataan seperti ini. Penginputan data Simpatika meliputi perbaikan data guru, penginputan data siswa baru dan naik kelas, absensi bulanan, penginputan jadwal pelajaran sampai semua PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) mendapat bintang hijau dan bisa mendapat Surat Keterangan Beban Kerja.

🍃🍃🍃

"Bu Risna, bagaimana ini? Kenapa datanya bisa hilang?"

"Saya juga ndak paham, Bu, tadi berkasnya masih lengkap. Saya juga sudah cek semuanya sebelum saya taruh di meja Bu Janetta," kilah Bu Risna yang tidak terima saat bu Janetta menuduhnya menghilangkan berkas.

Nardo menatap kedua guru perempuan itu secara bergantian. Niatnya hanya untuk meminta berkas yang dipinjam oleh kedua guru yang bertugas menangani penulisan buku induk siswa. Lelaki itu menghela napas dan memijit keningnya.

Rush Hour ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang