Bab 4a

10K 1.1K 82
                                    

Mobil Mercy hitam melaju mulus di jalanan. Di bangku belakang, Nadine duduk dengan gugup. Ini pertama kalinya ia berperan sebagai kekasih seorang konglomerat. Tidak pernah sebelumnya, ia segrogi ini. Hilang sudah rasa percaya diri yang selama ini ia punya. Ia bahkan takut bernapas terlalu keras, kuatir akan membuat  murka.
Sesekali ia melirik laki-laki yang duduk di sebelahnya. Mau tidak mau ia mengakui kalau Dave memang tampan. Laki-laki itu memiliki rahang tegas dengan bentuk alis hitam yang nyaris menyatu di tengah. Jika diperhatikan lagi, ada semacam tahi lalat kecil di ujung mata kanan. Jenis laki-laki dengan keberuntungan istimewa, tampan, gagah, punya kekayaan tujuh turunan. Nadine berpikir, hanya wanita istimewa juga yang kelak menjadi pendamping Dave.

Di belakang kemudi, ada Wildan yang menyetir. Laki-laki cantik itu, malam ini memakai setelan putih. Sungguh kontras dengan boss-nya yang berjas hitam. Mereka adalah orang kaya dan berpengaruh di negeri ini, tak pernah terlintas sekali pun dalam pikirannya akan berdampingan dengan Dave Leandra.

“Sebentar lagi kita sampai. Apa kamu gugup?” tanya Dave mengatasi kesunyian.

Nadine mengangguk kecil. “Sedikit, Tuan. Eh, bukaan. Banyaak, saya gugup sekali.” Ia menunduk, merasa kacau dengan omongannya. Tanganya meremas gaun.

“Wajar, aku pun akan gugup jika masuk ke dalam lingkungan sosial yang tidak kukenal.” Dave mengalihkan pandagan pada Wildan. “Apa pamanku tercinta akan datang malam ini?”

“Tuan Nelson? Sepertinya beliau akan ada di sana.” jawab Wildan.

Dave mengangguk, kembali melirik pada Nadine.
“Aku ingin memberimu penjelasana satu hal. Paman Nelson, gemuk, tinggi, bicara keras, dan satu lagi dia mengincar wanita cantik. Tidak peduli itu itu milik keluarganya. Kamu hati-hati sama dia.”

“Baik-baik, Tuan.” Nadine menjawab gugup, menelan ludah.

“Satu lagi, istrinya ada empat.”

Hebat, pikir Nadine muram. Belum sampai ke tempat pesta ia sudah merasa takut duluan. Bukan perihal laki-laki bernama Nelson tapi banyak hal lainnya. Memang, ia sudah menghapal biodata Dave, tetap saja itu tidak cukup. Karena mereka bersama hanya sandiwara. Ia takut, akan melakukan kesalahan fatal dan membuat nama Dave tercoreng.

Saat berbelanja gaun di butik dengan Mita, ia banyak mendengar bagaimana kaum jet set bergaul. Ia tidak akan pernah siap untuk masuk dan berbaur karena memang bukan itu dunianya.

Ia mengalihkan pandangan ke jendela dan langsung tercengang. Setelah melalui proses pemeriksaan di pintu gerbang, mobil melaju mulus di jalanan beraspal yang diapit bunga-bunga bermekaran. Jika itu belum cukup indah, ada pohon cemara yang dihias dengan lampu. Nadine merasa seperti mendaki gunung, terlebih komplek yang mereka masuki sepertinya ekskusif. Tidak ada rumah lain di sekitarnya hanya berupa tanah ditumbuhi tanaman perdu.

Mobil berhenti di depan rumah megah berpilar delapan. Nadine melihat banyak mobil mewah berjejer di halaman. Tampak beberapa penjaga berseragam , sedang mondar-mandir memeriksa keamanan. Nadine terperangah, dan hampir meneteskan air liur melihat betapa besar dan mewah rumah di depannya.

“Ayo, turun. Kenapa bengong?”

Teguran dari Dave membuat Nadine tersadar. Ia turun saat salah seorang penjaga membantunya membuka pintu. Saat ia menjejak lantai batu yang kokoh, seketika gaun hitamnya luruh menutupi kaki. Dave memutari mobil dan berdiri di depannya.

Laki-laki itu menatapnya sesaat sebelum bergumam. “Gaunmu cantik, pas dengan tubuhmu."

Nadine menunduk malu. Tidak menyangka akan dipuji oleh Dave. Malam ini, harus diakui kalau gaunnya memang bagus. Berbahan lentur dengan taburan benang perak tanpa lengan, ia menganggap penampilannya tidak memalukan. Terlebih, bagian depan daun sedikit terbuka, menonjolkan bentuk dadanya. Ia melengkapi penampilannya dengan tas perak bertabur kristal, mengurai rambut merahnya dan diberi penjepit kecil di bagian samping.  Nadine merasa cantik, hanya saja tidak cukup punya rasa percaya diri.

SKANDAL CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang