Bab 9b

8.7K 1.1K 71
                                    

#Skandal_Cinta_sang_Konglomerat
#Bab_9b

**

“Tuan, bolehkah saya lari?”

“Hah, apa?”

“Lari, kabur dari sini.”

Nadine menatap cemas saat mereka memasuki restoran di sebuah hotel bintang lima. Gaun brokat putih keemasannya menyapu lantai. Meski memakai baju paling indah yang pernah dilihat, tak urung ia merasa gugup. Ia bahkan takut merusak gaun yang dipakai, karena terlalu mewah. Dengan hiasan kristal Swarovski, gaun ini dibandrol harga puluhan juta. Memikirkannya membuat kepala Nadine pening.

“Jangan takut, santai,” ucap Dave sambil meraih tangannya. “Kenapa tanganmu dingin sekali?”

“Takut, Tuan.”

“Ada aku.”  Hanya itu yang diucapkan Dave saat mereka bergandengan memasuki lift dengan Wildan mengiringi di belakang. Restoran ada di lantai lima hotel. Saat tiba, beberapa penjaga mempersilakan mereka masuk. Seketika, pemandangan kota dari lantai lima belas menyergap mata.

Restoran dibooking privat hanya untuk mereka. Sebuah meja  panjang nan kokoh berdiri di tengah ruangan dengan para tamu duduk di kursi yang mengelilinginya.

“Ah, Dave. Kamu sudah datang.” Mutiara menyapa cucunya.

“Sehat, Grandma?” tanya Dave.

Mutiara tertawa. “Sehat tentu saja. Kalau tidak sehat, aku tidak akan ada di sini.”

“Syukurlah.” Dave mengecup puncak kepala neneknya dengan sayang.

“Kamu duduk di sini.” Mutiara memberi tanda pada Nadine yang terdiam.

Mengenyahkan rasa takut dan gugup, Nadine duduk di samping sang nenek. Sementara Dave berkeliling meja untuk menyapa para kerabat.

Seperti biasa, Kevlar duduk di posisi paling ujung, diapit oleh anak dan istrinya. Nadine menunduk, saat merasakan tatapan tajam yang diarahkan  Giska padanya. Ia punya firasat kalau wanita itu tidak menyukainya. Namun, dipikir lagi tidak ada yang salah dengan itu. Siapapun tidak akan suka dengannya saat tahu kalau ia hanya wanita pendamping bayaran.

“Kamu bekerja di mana?” Pertanyaan Mutiara membuyarkan lamunan Nadine.

“Di sebuah agen real estate,” jawab Nadine terbata.

“Tidak usah gugup, kita berbicang biasa.”

Nadine mengeluh dalam hati. Seandainya saja, segala sesuatu yang menyangkut keluarga Dave adalah hal biasa, tentu dia tidak akan segugup dan setakut ini.

“Berapa umurmu?”

“Dua puluh lima.”

“Usia yang pas untuk menikah. Apa kamu berencana menikahi cucuku?”

Kali ini, Nadine benar-benar tidak bisa bicara. Bagaimana mungkin dia ada niat untuk menikah dengan Dave. Ia bahkan tidak ada seujung kukunya jika dibandingkan. Menelan ludah, Nadine meraih gelas berisi air minum dan meneguknya.

“Bagaimana? Kenapa diam Nadine?”

Nadine meletakkan gelas,  meremas tangannya lalu menarik napas panjang. “Maaf, Nyonya. Itu--.”

“Grandma, panggil aku begitu. Jangan Nyonya. Aku bukan nyonya di rumah ini.” Wanita tua itu tersenyum ramah, menepuk ringan tangan Nadine.

“Ya, Grandma.”

“Nah, bagus begitu. Lebih enak didengar.”

Nadine tersenyum. Berusaha mengalihkan pembicaraan dari topik pernikahan, Nadine mengajak Mutiara berbincang tentang bunga, obat, dan masakan. Juga penyakit yang diderita wanita tua itu.

SKANDAL CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang