Nadine menghentikan motornya di lobi showroom mobil-mobil mewah. Ia sempat ternganga tak percaya, ternyata Evan punya tempat sedemikian mewah. Memang, bagaimana pun Evan adalah adik Dave yang berarti juga konglomerat. Nadine mengutuk kebodohannya sendiri.“Aku nggak nyangka kamu adiknya Tuan Dave. Apa aku harus memanggilmu, Tuan?”
Nadine menghentikan motornya, dan menatap laki-laki tampan yang meloncat turun dari motornya.
“Nggak usah, panggil aku Kak, atau Abang. Apapun itu, jangan panggil aku Tuan karena aku bukan boss kamu.”
Tersenyum simpul, Nadine mengangguk. “Baiklah.”
“Ayo, masuk dulu. Aku tunjukkan tempat kerjaku.”“Eh, nggak enak, ah.”
“Tidak apa-apa. Hayoo.”
Setengah memaksa, Evan meminta Nadine turun dan menemani wanita itu berkeliling show room-nya. Ia menjelaskan satu per satu mobil mawah dan mahal yang dijual. Melihat bagaimana Nadine hanya ternganga kaget.
“Tuan Dave punya yang ini,” ucap Nadine menunjuk sebuah ferari kuning.
“Oh, kamu pernah lihat, ya? Punya kakakku merah.”
Nadine meringis, tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Evan tahu, dia bukan hanya pernah melihat. Tapi, juga menaikinya dan mengganti biaya kerugian yang membuat bangkrut.Ia terus berkeliling dari satu mobil ke mobil lain. Dari yang paling modern sampai yang klasik.
“Oranga Jakarta memang kaya semua,” decak Nadine kagum.
“Klien aku bukan hanya orang Jakarta, tapi merata ke seluruh Indonesia. Bahkan ada yang dari luar negeri.”
Nadine menoleh heran. “Oh, ya? Kok bisa?”
“Ada mobil tertentu yang diproduksi secara terbatas. Dan, biasanya jika sudah memenuhi kuota, maka susah mendapatkan. Contohnya, klien aku yang di Arab Saudi. Membeli mobil dariku dengan harga nyaris dua kali lipat dari harga asli hanya karena di negaranya,dia sudah tidak kebagian.”
“Wow.” Nadine mendesah heran. Ia tidak habis pikir, dari mana orang-orang kaya itu mendapatkan uang untuk membeli mobil-mobil mewah ini. Ingatannya seketika tertuju pada Dave dan harta laki-laki itu yang tidak akan habis tujuh turunan.
“Menurutmu, apa seorang milyader bisa bangkrut?” tanya Nadine tiba-tiba.
Evan menatapnya, lalu mengangguk. “Bisa, meski nggak drastis. Karena, jika satu bidang usaha tidak menghasilkan, masih ada usaha yang lain untuk menopang. Biasanya penyebab bangkrut karena modal yang nggak berputar, seperti bisnis yang gagal. Hutang yang lebih besar dari pada aset. Sekali lagi, lama prosesnya. Karena biasanya, seorang pengusaha tahu bagaimana memutar balikkan keadaan.”
Nadine tercenung, mencerna semua penjelasan dari Evan. Ia tahu, tentu perlu perjuangan panjang untuk mencapai keadaan dan posisi Dave sekarang. Yang pastinya, juga banyak musuh dan rintangan. Ia sudah beberapa kali ikut Dave ke pesta dan secara tidak langsung mengamati, kalau dalam dunia bisnis, tikam menikam itu biasa.
“Sebelum pulang, aku ingin kita makan dulu.”
“Kak, aku pulang aja.”
“Makan dulu.”
Berbeda dengan Dave yang sangat menjaga sikap dan kata-kata, Evan lebih apa adanya. Nadine tidak dapat menolak saat laki-laki itu mengajaknya makan siang bersama. Dilanjut dengan ngopi dan obrolan ringan. Ia pamit pulang menjelang sore, karena harus menengok sang nenek dan berjanji akan bertemu lagi dengan Dave secepatnya.
Pulang ke rumah Dave waktu menunjukkan pukul delapan malam. Pelayan bertanya tentang makan malam dan Nadine menjawab sudah kenyang. Ia ke atas untuk berganti baju dan turun kembali ke tempat gym.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL CINTA
RomanceNadine, 24 tahun, gadis yang berprofesi sebagai sales apartemen dan juga mempuanyai profesi sampingan sebagai wanita pendamping bagi para pria yang membutuhkannya untuk pesta atau acara tertentu. Nasib membawanya bertemu dengan Dave, pria 32 tahun y...