Bab 4b

9.7K 1K 55
                                    

"Halo, Dave. Senang akhirnya bisa melihatmu.” Wanita itu menghampiri kursi Dave dan menyapa.
Dave bangkit dari kursi dan mengangguk. “Senang mengenal Anda, Nona Katrin.”

Katrin terkikik. “Ah, kamu sopan sekali. Jadi kelihatan makin manis dan aku makin suka.”

Tanpa aba-aba, wanita itu memeluk Dave dan mengecup pipinya. Tindakannya membuat Nadine melongo. Dave pun terlihat salah tingkah. Dia melepaskan pelukan wanita itu dan mengangguk sopan.

“Silakan duduk.”

“Ah, aku mau duduk sama kamu.” Dengan sikap tak mau tahu, Katrin mengenyakkan diri di samping Dave. Dan membuat laki-laki tampan berkacamata itu terjepit antara dirinya dan Nadine.

Saat keluarga Adira sudah menepati tempat duduknya masing-masing, pelayan mulai menghidangkan makanan. Percakapan mulia bergulir disertai denting peralatan makan beradu.
Nadine menunduk, menatap makanan pembuka di hadapannya. Ia tidak tahu apa namanya. Disajikan di atas piring porselen berupa irisan daging tipis dengan sayuran dan keju di atasnya. Ia mengambil garpu dan mencobanya. Lumayan enak, terlebih ada rasa asam yang sepertinya dari perasan jeruk. Merasa jika makanan itu cocok dengan lidahnya, ia menandaskan dalam sekejab. Saat mengangkat wajah, seketika merasa malu karena para tamu sibuk berbincang bahkan nyaris tidak menyentuh makanan mereka.

“Enak?” tanya Dave tiba-tiba.

Nadine mengangguk. “Iya, Tuan.”

“Mau lagi?”

Kali ini ia menggeleng malu. “Nggak, terima kasih.”

Kembali menunduk saat memergoki sang nenek menatapnya tajam.

“Dave, Sayaang.” Terdengar derit kursi digeret dan Katrin tanpa malu-malu mendekatkan kursinya ke arah Dave. “Ini memang pertemuan pertama kita, tapi entah kenapa aku merasa cocok.”

Dave berdehem. “Kenalkan, ini Nadine,” ucapnya sambil meremas tangan Nadine yang berada di atas meja.

Nadine sadar itu adalah kode-nya untuk bertindak. Ia menatap Katrin dengan sopan dan tersenyum kecil sambil menyapa.

“Apa kabar?”

Katrin menatapnya sambil mengernyit. Seakan-akan dia adalah kotoran atau debu yang menjijikan.

“Dave, bagaimana kalau lain kali kita pergi bersama ke club? Aku tahu sebuah tempat yang privat tapi menyenangkan.”

Mengabaikan Nadine, wanita itu berbicara dengan Dave sambil mengelus lengan laki-laki itu. Nadine menghela napas, usaha pertamanya gagal. Wanita berbaju macan itu sama sekali tidak menganggapnya, bisa jadi semua yang di sini.

Terganggu dengan pemikiran itu, ia mengedarkan pandangan dan mendapati jika sang nyonya rumah menatapnya tajam. Mereka saling memandang sebelum Giska berpaling dan melanjutkan pembicaraan dengan orang tua Katrin.

Di sampingnya, Katrin masih berusaha mati-matian untuk merayu Dave. Dada wanita itu menempel pada lengan Dave dan membuat sang direktur tidak nyaman. Dari bawah meja, Nadine merasa jika Dave menekan telapak tangannya. Laki-laki itu mengerling sambil memiringkan kepala. Ia tahu harus bertindak.

Saat pelayan datang menghindangkan makanan selanjutnya, ia mendadak mendapat ide.

“Sayang, mau coba udang?” Ia bertanya sambil tersenyum ke arah Dave.

“Enakkah?” tanya Dave.

Nadine mengangguk. Ia mengambil satu ekor udang yang cukup besar dan sudah dikupas.Memasukkan ke dalam mulutnya setengah dan menyisakan bagian ekor. Dengan bibir mengecap saos, ia tersenyum ke arah Dave. “Mau? Udangnya manis.”

SKANDAL CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang