bagian 5

18 1 0
                                    

Pelangi menutup buku matematikanya saat bel istirahat berbunyi. Guru pengajar pun langsung keluar, begitu juga dengan murid yang lainnya.

"Ngi, kantin bareng ya," kata Nadin saat sudah selesai dengan urusan alat tulisnya.

"Oke," jawab Pelangi. "Hmm, Nad, menurut lo gue beli apa ya? Beli somay atau nasgor?" tanya Pelangi.

"Nasgor aja."

"Nasgor, ya? Enggak, ah, abang-abangnya genit sama gue. Yaa, gue tau gue cantik, tapi inget umur juga kali," ujar Pelangi bergidik saat tiba-tiba teringat tukang nasgor menggodanya.

"Astaga, Pelangi, jangan ngaco," ujar Nadin geram, mana mungkin tukang nasgor godain Pelangi, lagian tukang nasgornya juga sudah punya istri.

"Kenapa? Gue bener, ko," jawab Pelangi  ngotot. Mau tak mau, Nadin meng-iyakan agar urusannya tak panjang.

Pelangi dan Nadin berjalan beriringan menuju kantin, sesekali Pelangi akan menjahili murid yang melewatinya. Begitulah Pelangi, terkadang ia sangat jahil.

"Lo duduk aja, gue yang pesenin. Lo pesen apa?" tanya Nadin.

Pelangi menaruh jari telunjuknya di dagu dengan mata yang melirik ke langit-langit kantin. "Mm, gue... Somay aja, mau diet," ucap Pelangi sambil terkekeh.

"Gaya-gayaan diet, badan lo udah kecil," ujar Nadin malas.

Nadin langsug berjalan memesankan makanan untuknya dan Pelangi. Sedangkan Pelangi mencari tempat duduk yang kosong. Saat melihat tempat yang kosong, buru-buru ia menghampirinya dan duduk dengan tenang.

Tak lama Nadin datang sambil membawa makanan mereka masing-masing. Dengan gerakan cepat, Pelangi langsung menyambarnya dan memakannya dengan lahap. Nadin yang melihatnya menggelengkan kepalanya.

"Hai, gue duduk di sini, ya." Pelangi dan Nadin yang tadinya fokus makan, kini teralihkan pada seorang cowo yang duduk di samping Pelangi.

"Oke," jawab Nadin sambil tersenyum. Pelangi melirik ke arah Nadin, seolah minta penjelasan siapa orang yang berada di sampingnya ini.

"Pelangi, kenalin ini Kak Alvi dia ketua di english club," jelas Nadin seolah mengerti akan tatapan Pelangi. Pelangi mengangguk.

"Hai, Pelangi. Gue kenal lo, lo cukup terkenal di kelas gue," ucap Alvi. Pelangi tersenyum canggung, bingung harus menjawab apa.

Seolah tak mendapat respons yang puas dari Pelangi, Alvi mencoba mencari topik untuk bisa berbicara dengan adik kelasnya, ini. Tiba-tiba dia ingat kata seseorang, Pelangi sangat antusias saat membahas Laskar.

"Lo gak sama Laskar?" tanya Alvi menatap Pelangi. Pelangi yang tadinya sedang mengunyah, buru-buru menelan makanannya.

"Laskar, dia gak tau kemana, paling lagi sama cabe-cabeannya," ujar Pelangi cuek. Dia memikirkan saat dimana cewe ulet bulu selalu menempeli Laskarnya, dia jadi bergidik ngeri.

Alvi tertawa pelan. "Siapa?" tanyanya penasaran. Sebenarnya dia tau siapa orang yang sedang dekat dengan Laskar, Laskar juga cukup populer di sekolah ini.

"Males nyebutnya, alergi badan gue," jawab Pelangi malas. Pelangi lalu menatap Alvi curiga. "Lo, lo ada apa nanya-nanya soal Laskar? Jangan bilang lo suka sama dia? Astagaaa, berhadapan dengan ulet bulu aja gue belom bisa, masa udah mau tambah lagi," ucap Pelangi frustasi, dia menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.

LASKAR PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang