bagian 8

7 1 0
                                    

"Kar, kamu ngomong gitu serius, kan?" tanya Daniar. Saat ini, Laskar sudah mengantarkan Daniar pulang ke rumahnya. Mereka tengah berbincang di depan pagar rumah Daniar.

Laskar melihat ke arah Daniar. "Aku serius, tapi kamu tunggu waktu yang pas, ya. Kamu mau, kan?" tanya Laskar sambil mengelus rambut milik Daniar.

"Iya, aku mau. Tapi, kamu jangan PHP, ya," ujar Daniar mewanti-wanti, apalagi ia tau kalau Laskar masih labil sama perasaannya sendiri. Dia bisa merasakan itu.

"Laskar, cepet pulang! Nanti Tante Mirey nyariin."

Laskar dan Daniar menoleh ke arah mobil yang Laskar bawa. Dia melihat Pelangi yang menyembulkan kepalanya di kaca mobil. Laskar mengantarkan Daniar pulang menggunakan mobil milik Mirey karena Pelangi saat itu minta untuk ikut karena mau beli sesuatu.

"Bawel lo, lagian ngapain, si segala ikut?" kesal Laskar. Pelangi turun dari mobilnya.

"Laskar, ayok!" Pelangi menarik lengan Laskar agar mau pulang. Daniar yang melihatnya, buru-buru melepaskan tangan Pelangi dari tangan Laskar.

"Gak usah pegang-pegang tangan cowo gue!" tegas Daniar.

"Cowo lo? Serius?" tanya Pelangi meledek. "Lo belom di tembak dan kemungkinan gak akan di tembak." Lanjut Pelangi. Daniar menahan amarahnya, kali ini dia tidak ingin Laskar mengiranya kasar lagi, enggak akan.

"Terserah! Gue gak minta buat lo percaya atau enggak tapi tadi Laskar yang ngomong sendiri," ucap Daniar.

"Udah jangan ribut. Yar, aku pulang dulu ya." Setelah pamitan pada Daniar, Laskar menarik tangan Pelangi agar masuk ke dalam mobil. Laskar membukakan pintu mobilnya untuk Pelangi, lalu Pelangi di dorong masuk.

"hati-hati," teriak Daniar saat Laskar hendak masuk ke dalam mobil, Laskar mengangguk lalu masuk.

Setelah mobil Laskar mulai tak terlihat lagi di mata Daniar, dia langsung masuk ke dalam rumahnya.

Pelangi diam-diam melirik ke arah Laskar sambil tersenyum dan memegangi tangan sebelah kanannya. Ia sangat senang saat Laskar menggandengnya, walaupun bukan gandengan seperti orang pacaran, si. Tapi, menurutnya sama aja.

"Ngapain, si lo lirik-lirik gue?" tanya Laskar yang sadar akan lirikan Pelangi.

Pelangi langsung memasang wajah terkejutnya. "Kamu tau?" tanya Pelangi kaget. Laskar berdehem.

"Makasih, ya. Kamu hari ini baik banget udah mau bukain pintu buat aku, terus gandeng tangan aku pula. Aku seneng, deh," ucap Pelangi dengan bahagia, bahkan matanya sampai berbinar.

Laskar melirik Pelangi sekilas, lalu pandangannya fokus lagi ke jalanan. "Gak usah geer, gue tadi bukain pintu lo karena lo lama. Masalah gandengan tangan, gue gak gandeng lo, tapi narik lo. Inget, itu beda!" tegas Laskar. Pelangi langsung cemberut, namun dia merubah raut wajahnya lagi jadi tersenyum.

"Gak papa, intinya sama. Oh iya, yang penting aku bahagia," ucap Pelangi.

"Terserah!"

"Oh iya, jangan nembak Daniar ya, aku nanti sedih," ucap Pelangi dengan nada serius dan memasang wajah sedihnya.

***

Pelangi menatap langit malam yang sudah di taburi bintang. Angin malam menerpa wajah cantiknya dan menerbangkan anak rambutnya. Sesekali Pelangi menggosokkan telapak tangannya ke lengannya, karena cukup dingin di balkon kamarnya.

"Ngapain lo bengong gitu?" Pelangi menoleh saat ada suara yang bertanya, itu Laskar. Sedang apa Laskar malam-malam begini di balkon apalagi sedang ada dirinya, ini tidak biasa.

"Kamu ngapain di sini? Kamu, kan gak suka kalau jam segini ke balkon, apalagi kalau ada aku." Bukannya Menjawab, Pelangi malah memberikan pertanyaan.

"Emangnya gak boleh? Lagian ini balkon milik gue, suka-suka gue," ujar Laskar melirik sekilas ke arah Pelangi.

"Yaa, boleh, si," ujar Pelangi, lalu Pelangi menjentikkan jarinya. "Ah, aku tau, kamu pasti mau nemenin aku, kan? Kamu mau berduaan sama aku, kan? Jujur aja, deh." Pelangi menunjuk-nunjuk Laskar dengan telunjuknya.

"Asli, kenapa lo geer banget, si?" tanya Laskar. Dia tak habis fikir dengan jalan fikirnya Pelangi, terlalu aneh.

"Oh iya, Kar. Masa ya, Alvi nanya tentang kamu. Apa, kamu di sukain ya sama dia?" Pelangi tiba-tiba teringat tentang Alvi yang menanyakan Laskar yang sedang dekat dengan siapa. Memang si, Alvi itu cowo, tapi kan siapa yang tau?

"Alvi? Cowo, kan? Siapa?" tanya Laskar heran, perasaannya sudah tak enak.

"Itu, loh, yang kemarin ke kelas yang nyamperin aku." Jelas Pelangi. Laskar mulai mengingat-ingat, saat mulai ingat dia langsung membelokan matanya.

"Gila lo, ya! Dia, kan cowo, gak mungkin suka sama gue," ujar Laskar yang marah. "Fikiran lo kemana, si?" tanyanya kesal.

"Ada di otak. Lagian, kan gak ada yang gak mungkin di dunia ini. Aku tapi udah bilang sama dia, buat gak suka sama kamu. Soalnya, aku gak mau nambah saingan," ujar Pelangi.

"Dia itu suka sama lo. Lo gak ngerasa?" Pelangi diam memikirkan kata-kata Laskar. Lalu menggeleng.

"Astagaaa, pusing gue ngadepin cewe kaya lo," ujar Laskar sambil mengusap-usap wajahnya frustasi.

"Aku bikin kamu pusing? Maaf ya." Pelangi berujar dengan tulus, dia menangkupkan tangannya di depan dadanya.

"Terserah, gue mau masuk. Lo juga masuk sana, ntar masuk angin, ribetin gue." Ujar Laskar lalu masuk ke dalam kamarnya.

Pelangi tersenyum mendengar ucapan Laskar barusan, walaupun ada ucapan yang sedikit membuat hatinya sakit. Tapi, tetep aja Laskar peduli padanya.

"Good night, Laskarnya Pelangi." Teriak Pelangi, lalu berlari masuk ke kamarnya takut-takut Laskar keluar dan akan memarahinya.

Laskar yang baru membaringkan tubuhnya menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa aneh akan sikapnya Pelangi. Malam-malam malah teriak, gak takut bakalan di marahin sama tetangga. Padahal yang Pelangi takutin adalah Laskar yang memarahinya.

⭐️⭐️⭐️

Karakter Pelangi emang kaya gitu ya, kalau kalian merasa aneh. Dia suka semprol kalo ngomong, suka gak mikir-mikir lagi kalo ngomong :"(

next jangan? Next lah masa engga wkwk.

Buruuuu comment sama vote, biar aku tambah semangat buat lanjutinnya. Oh iya, jangan lupa commenntnya yang bermanfaat buat aku dan si cerita ini ya.
Tysm <3

Mutiarazahrdr

LASKAR PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang