PELANGI

5 1 0
                                    

Namanya Pelangi, sifatnya sangat ceria, berkulit putih, hidung mancung, wajahnya imut-imut lucu. Walaupun berwajah imut, kadang Pelangi bisa menjadi menyebalkan, bahkan sangat.

Pelangi sangat sayang sama mamah nya, dia hanya mempunyai mamah. Papahnya telah meninggal saat Pelangi berusia 5 tahun.

Pelangi sangat menyukai Laskar. Tapi tidak sebaliknya. Kalau sudah dengan Laskar, terkadang sifat Pelangi bisa menjadi absurd tapi bisa juga jadi bijak.

"Laskar, kamu mau kemana, si?" tanya Pelangi yang sebal karena Laskar selalu menghindarinya.

"Lagian ngapain, si lo deket-deket gue terus?" Laskar bertanya dengan kesal. Tidak ada yang lebih kesal dari pada diikuti Pelangi, baginya.

"Laskar, kamu harus tau satu hal. Nama kita itu udah di takdirkan sama tuhan satu. Jadi, kemanapun dan dimanapun itu, kamu dan aku selalu sama-sama." Laskar yang mendengarnya bergidik ngeri. Bagaimana kalau dia harus terus bersama Pelangi. Tidak, tidak, dia tidak akan mau.

"Seperti lagunya Nidji. Laskar pelangi," lanjut Pelangi sambil tersenyum, senyuman yang lebar.

"Itu menurut lo, beda menurut gue." Ketus Laskar.

"Laskar, kamu ngapain, si sama pelangi terus?"

Cewe dengan tampilan feminim datang menghampiri Pelangi dan Laskar. Pelangi tau dia, dia sangat menyukai Laskarnya dan sebaliknya, Laskar juga menyukai cewe itu. Pelangi tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Eh, lo, ngapain di sini? Jangan ganggu orang pacaran ya," ujar Pelangi ketus, Pelangi hanya tau wajahnya tapi, tidak tau namanya. Dia lupa, lagian menurut Pelangi gak penting.

"Ngapain? Harusnya gue yang nanya sama lo," ujar cewek itu nyolot, bahkan cewe itu menggandeng lengan Laskar.

Apakah Pelangi hanya diam melihatnya? Tentu tidak, Pelangi gak akan tinggal diam melihatnya. Pelangi melepaskan tangan cewe gatel itu dari lengan Laskar. Lalu, Pelangi menarik Laskar agar berdiri di sampingnya.

"Don't touch her!" ucap Pelangi penuh penekanan.

Laskar melepaskan diri dari Pelangi.

"Kalian ngapain ribut, si?" tanya Laskar sebal. Dia sangat tidak suka perdebatan antara perempuan, itu sangat mengganggunya.

"Lagian, Laskar ngapain mau di peluk sama, si centil itu, si?" tanya Pelangi. Cewe yang di bilang centil oleh Pelangi langsung melotot tak terima.

"Gue punya nama ya, bukan cewe centil," ujar cewek itu geram. Dia jelas gak terima di bilang centil, yang ada Pelangi tuh yang centil.

"Apa? Emang bener ko, buktinya ngapain pegang-pegang tangannya Laskar?" tanya Pelangi nyolot.

"Kenapa? Sirik kan lo?" tanya Daniar sinis.

"Gak tuh, Laskar kan cuma suka sama Pelangi." Jelas saja Pelangi hanya berkhayal. Padahal ia tau, kalau Laskar membencinya.

"HAHA, lucu lo. Jelas-jelas, banyak orang tau kalau Laskar suka sama gue," ujar cewek itu sombong. Pelangi berdecih, kalau Laskar suka, kenapa mereka gak pacaran.

"Ohh, gue harus jawab apa ya? Bingung," ujar Pelangi songong.

"Udah-udah. Daniar, lo balik ya ke kelas."

"What? Aku bahkan belum bicara sama kamu, Kar," ujar Daniar tak terima.

"Yar, please." Laskar memohon agar Daniar mau menurutinya, untuk saat ini dia ingin tenang, setelah makhluk halus mengganggunya. Makhluk halus yang di maksud itu, Pelangi.

"Fine, tapi istirahat bareng ya," ujar Daniar menuntut.

"Iya," ujar Laskar mengangguk.

Daniar pun pergi dari hadapan Laskar dan Pelangi. Dia menyenggol bahu Pelangi, sampai Pelangi mundur dua langkah.

"Ishh, dasar cewe centil," teriak Pelangi marah.

Saat Pelangi marah-marah pada Daniar, saat itu juga Laskar pergi.

"Kamu liat kan, Kar...," Pelangi menoleh ke arah tempat Laskar tadi berdiri, namun Laskar sudah tidak ada di tempatnya. "Laskar, kamu kemana lagi, si? Hilang-hilangan terus," ujar Pelangi kesal sembari menghentak-hentakkan kakinya.

***

Pelangi manaruh sepedahnya di garasi. Pelangi pulang dan pergi memang menaiki sepedahnya. Sejak dia masih duduk di bangku menengah pertama. Lagian jarak dari sekolahnya, tidak begitu jauh.

Pelangi memasuki rumahnya yang masih sepi. Mamahnya, pasti belum pulang. Dia berjalan menuju dapur untuk minum.

"Bosen nih gue," gumam Pelangi. Dia menaruh gelas yang tadi dia gunakan untuk minum di pantry.

"Main kali ya ke rumahnya Tante Mirey." Tante Mirey itu, mamahnya Laskar.

Tanpa fikir panjang dan tanpa mengganti seragamnya, Pelangi langsung bergegas ke rumah calon ibu mertuanya. Yaps, Tante Mirey.

Rumahnya dengan rumah Laskar samping-sampingan. Dia bersyukur mempunyai tetangga sebaik Tante Mirey dan Om Dirga, tentu dengan anaknya yang tampan, Laskar.

Tok.
Tok.
Tok.

"Tante Mirey, ini Pelangi."

Pintu terbuka, menampilkan perempuan paruh baya yang masih cantik. Tante Mirey.

"Ada apa sayang?" tante Mirey bertanya sambil tersenyum, membuat lesung pipinya terlihat. Sangat manis dan cantik.

"Pelangi kesepian, boleh Pelangi main?" tanyanya dengan wajah yang imut di mata Mirey.

"Laskarnya belum pulang."

Mendengar jawaban Tante Mirey, Pelangi buru-buru menggeleng. Dia ke sini mau mengungsi karena kesepian, bukan ketemu Laskar. Tapi, kalaupun ketemu itu adalah bonus baginya.

"Pelangi ke sini bukan ketemu Laskar, tapi karena di rumah kesepian. Barangkali, Pelangi bisa bantu-bantu di sini." Di rumahnya sudah ada yang membersihkan rumahnya, datang pagi pulang sore. Hanya untuk bersih-bersih rumah dan masak untuk malam hari.

"Oh gitu, kebetulan Tante lagi buat kue. Mau bantu?" tawar Mirey, Pelangi buru-buru mengangguk.

Pelangi masuk bersama Tante Mirey, Pelangi mau membantu calon ibu mertuanya membuat kue.

"Om Dirga belum pulang ya, Tante?"

"Belum, biasanya pulang malam." Pelangi hanya mengangguk-angguk saja.

Selang beberapa menit kue buatan Pelangi dan Tante Mirey selesai. Pelangi hanya melanjutkan dan mengikuti instruksi yang di berikan oleh Tante Mirey.

"Assalamualaikum, Mah, Laskar pulang." Terdengar suara teriakan dari ruang depan. Jantung Pelangi berdegup cepat. Laskarnya pulang.

"Eh, Laskar akhirnya pulang juga. Nih, ada pelangi," ujar Tante Mirey sambil melirik Pelangi yang berdiri di sampingnya.

"Ngapain dia ke sini?" tanya Laskar dengan nada tak sukanya.

"Laskar, kamu gak boleh ya bicara seperti itu," Tante Mirey berujar dengan marah.

"Gak papa, ko Tan, yaudah, Pelangi pulang dulu. Assalamualaikum." Setelah Pelangi pamit dia langsung berlari pulang ke rumahnya.

Bohong kalau Pelangi tidak sakit saat mendengar Laskar berbicara seperti itu.
Dia sangat tersinggung, namun dia tidak melihatkan wajah tersinggungnya di depan Laskar. Dia gak mau kalau sampai Laskar melihat dia lemah.

⭐️⭐️⭐️

Aku sengaja up langsung 3 chap, bonus di hari pertama aku up cerita iniii.

Jangan lupa vote dan commentnya manteman <3

See u❤

Mutiarazahrdr

LASKAR PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang