Wooyoung mengerang saat membuka matanya untuk melihat sinar matahari yang masuk melalui jendela. Menyipitkan matanya saat perlahan menyesuaikan diri dengan cahaya. Duduk dan mengerang ketika merasakan dentuman konstan di kepalanya. Menoleh untuk melihat dirinya ada di tempat tidur, tapi tidak sendirian. Meskipun punggung orang itu menghadapnya, ia tahu siapa itu dari rambutnya. Rambut hitam panjang sahabatnya, San.
Mata Wooyoung mebelalak saat menyadari bahwa dirinya benar-benar telanjang dan satu-satunya yang menutupi tubuh telanjangnya adalah selimut tipis. Ia melihat San juga telanjang dan semua pakaian mereka berserakan di lantai.
"Tidak... tidak..." Wooyoung bergumam lirih sambil mengacak rambutnya saat menyadari dirinya telah berhubungan seks dengan sahabatnya.
"San! San!" Wooyoung mengguncang tubuh San.
San mengerang keras saat bergerak sedikit.
"San! Bangun!"
"Wooyoung diamlah," gumam San, "Tunggu... Woo?!" San terduduk dan melihat Wooyoung. "Kenapa kau satu ranjang denganku?" Ia menyadari dirinya telanjang.
Mata San kemudian tertuju pada pakaian yang tergeletak di lantai.
"A-apakah kita... tidur bersama?" Tanyanya.
"Iya..."
"T-tapi kok bisa?! Aku tidak ingat apapun dan kepalaku membunuhku..." San mengerang saat kepalanya mulai berdentum sekali lagi.
"Tunggu... Aku ingat apa yang terjadi..." ujar Wooyoung.
"Apa?" Tanya San.
"Oke... semuanya berawal dari kita yang pergi ke bar itu... kau tahu, yang ingin kau kunjungi..."
"Ya?" San mendesak Wooyoung untuk melanjutkan.
"Dan aku ingat kita berjalan masuk... melihat tempat itu penuh dengan banyak orang. Yang menari, atau minum atau bahkan menari bersama dalam keadaan mabuk," cerita Wooyoung, membuat San terkekeh.
"Bagaimanapun, kita pergi ke bar dan memesan beberapa shot... Aku ingat kita meminum semuanya, lalu segalanya mulai lepas kendali. Kita saling mengatakan tidak akan banyak minum, tapi kita malah melakukan sebaliknya.
Aku samar-samar ingat kita sempoyongan di sekitar bar, hanya tertawa keras dan sambil mabuk menari bersama. Itulah awalnya kau menciumku dan kita mulai bermesraan satu sama lain. Yang kemudian kita ke rumahmu dan kita berhubungan seks..."
"Ya Tuhan..." San mengerang lagi sambil mengacak rambutnya.
"Mari kita sepakat untuk tidak membicarakan malam ini lagi," pinta San pada Wooyoung yang menatapnya, terkejut saat mendengarnya.
"Aku—"
"Dengar, apa yang terjadi di antara kita berdua... itu adalah kesalahan. Kita tidak berpikir... dan bahkan tidak ingin ini terjadi... jadi, setuju untuk tidak membicarakan ini lagi?"
Wooyoung mengangguk. "Oke. Aku janji tidak akan menyinggung masalah semalam lagi."
Dalam beberapa minggu berikutnya, segala sesuatu antara Wooyoung dan San perlahan kembali normal karena mereka tidak pernah membahas soal malam itu, sampai Wooyoung mendapati dirinya mengandung bayi sahabatnya.
Wooyoung tidak tahu harus bagaimana dan apa yang akan dikatakan pada San karena mereka berjanji untuk tidak membahas malam itu lagi. Ia bahkan tidak tahu apakah San menginginkan bayinya, dan karenanya dia mulai menghindari dan mengabaikan San.
Setiap kali ia melihat San di tempat umum, ia akan menjauh darinya. Ketika San mencoba mendatangi, Wooyoung akan membuat beberapa alasan untuk tidak menemuinya dan jika San mencoba menelepon dan mengirim pesan padanya, Wooyoung selalu membiarkannya masuk ke voicemail dan hanya membaca pesan San, tapi tidak repot-repot membalasnya.
San semakin frustrasi tapi juga sedih ketika melihat sahabatnya mengabaikannya dan menghindarinya. Semakin Wooyoung melakukan itu, semakin San ingin berbicara dengannya dan bertanya alasan Wooyoung melakukan semua itu.
Sampai akhirnya...
Wooyoung sedang mengambil cangkir untuk diisi air ketika mendengar ketukan di pintu. Ia mendesah sambil meletakkan cangkir di atas meja lalu berjalan ke pintu.
Membuka pintu dan melihat San.
"San?"
San menatap Wooyoung.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Bicara denganmu tentang alasanmu menghindariku."
"Aku tidak—"
"Woo, aku selalu meneleponmu dan kau tidak pernah mengangkatnya. Aku mencoba mengirimimu pesan dan kau hanya membacanya. Kenapa kau menghindariku?"
Wooyoung menggigit bibir bawahnya saat berpikir apakah ia harus memberitahu San tentang kehamilannya atau tidak.
Saat ia akan membuka mulut, ia merasa perutnya mual. Ia menutupi mulutnya dengan paw sweatshirtnya lalu berbalik, dan berlari menuju kamar mandi.
"Woo?" Panggil San cemas saat masuk dan menutup pintu di belakangnya.
Berjalan menuju kamar mandi tempat Wooyoung berada dan melihatnya berlutut di hadapan kloset, mengosongkan isi perutnya.
San berlutut di samping Wooyoung dan dengan lembut mengusap punggungnya. Setelah Wooyoung selesai muntah, ia menyiram toilet dan berdiri, lalu menyikat giginya.
"Kau tidak apa-apa, Woo? Kau sakit?" Tanya San saat Wooyoung selesai menyikat giginya dan membersihkan pasta gigi dari mulutnya.
"Aku baik-baik saja dan tidak sakit."
San meletakkan tangan di dahi Wooyoung.
"Kubilang aku tidak sakit San."
"Aku tahu, hanya ingin memastikan. Lagipula, apa yang membuatmu muntah?"
Wooyoung menatap San dan mendesah.
"Karena ini." Wooyoung meraih tangan San dan meletakkannya di perutnya.
San merasa bingung dengan isyarat itu, sampai akhirnya menyadari sesuatu.
"Kau hamil?"
Wooyoung mengangguk.
"Aku takut mengabarimu karena kupikir kau tidak akan menginginkan bayi ini dan juga karena kita berjanji untuk tidak membahas malam itu lagi. Maaf jika kau membenciku sekarang... kau bisa melupakanku dan tidak menemuiku lagi. Aku akan membesarkan bayiku sendirian." Wooyoung menunduk.
San memegang dagu Wooyoung, membuatnya menatapnya.
"Aku tidak akan membiarkanmu melakukan ini sendiri. Aku tidak akan meninggalkanmu dan bayi kita."
"Sungguh?"
San mengangguk.
"Juga, aku tidak pernah bisa membencimu. Aku mencintaimu."
"Benarkah?"
"Ya. Sejak hari dimana kita bangun bersebelahan, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu... dan itu membuatku menyadari bahwa aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu San," balas Wooyoung lalu San tersenyum dan menautkan bibir mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA 🌼 bottom!Wooyoung [⏯]
Hayran Kurgubottom!Wooyoung Buku terjemahan ©2018, -halahala_