Wooyoung menghela napas panjang, menatap test pack kecil di tangannya dengan alis berkerut. Garis merah muda samar yang muncul di sana seolah berbicara lebih keras daripada suara alarm di ponselnya. Ia duduk di sudut kamar kecilnya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.
“Aku... hamil?” gumamnya pada diri sendiri.
Tentu saja, ini bukan hal yang biasa. Bagaimana bisa seorang pria seperti dirinya tiba-tiba hamil? Dunia memang berubah sejak fenomena "Eclipse Gene" ditemukan, sebuah mutasi genetik langka yang memungkinkan kehamilan pada pria tertentu. Namun, siapa sangka ia termasuk salah satu dari mereka?
Masalah utamanya bukan soal dirinya yang hamil. Masalah utamanya adalah, ayahnya bayi ini.
“Jongho,” bisiknya dengan nada putus asa. “Bagaimana aku harus memberitahunya?”
---
Wooyoung memutar-mutar gelas frappuccino-nya di kafe sekolah, menatap Jongho yang duduk di depannya dengan ekspresi serius. Jongho, si ketua klub olahraga yang tampak seperti perwujudan dari pria sempurna, sedang mengunyah croissant dengan santai, seolah dunia tidak pernah memberikan tekanan apa pun kepadanya.
“Ada yang mau kau bicarakan, Woo?” tanyanya sambil mengerutkan alis. “Kau kelihatan tegang.”
Wooyoung terdiam, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Ia memandang Jongho, mengingat malam itu—malam di mana semuanya dimulai dan sekaligus berakhir.
“Aku... aku punya kabar penting,” ucapnya akhirnya, suaranya hampir tenggelam dalam keramaian kafe.
Jongho menaruh croissant-nya, sekarang sepenuhnya fokus. “Kabar penting apa?”
Wooyoung menggigit bibir bawahnya. “Aku... hamil.”
Kedai kafe yang ramai itu tiba-tiba terasa hening di telinga Jongho. Ia menatap Wooyoung dengan ekspresi campuran antara keterkejutan, kebingungan, dan... kegelisahan?
“Hamil?” ulang Jongho, suaranya lebih pelan dari biasanya.
Wooyoung mengangguk pelan. “Ya. Dan... kau tahu... kau yang terakhir bersamaku waktu itu.”
Jongho membeku. Ia bukan tipe orang yang mudah panik, tapi ini jelas di luar dugaan. “Tunggu, tunggu. Jadi, kau bilang aku... bakal jadi ayah?”
“Kurang lebih begitu.”
Hari-hari setelah pengakuan itu terasa seperti mimpi aneh bagi Jongho. Awalnya, ia merasa seperti sedang menjalani drama TV, lengkap dengan plot twist yang absurd. Tapi kemudian, ia menyadari bahwa ini adalah kenyataan, dan Wooyoung benar-benar membutuhkan bantuannya.
“Apa kau serius mau melewati ini sendirian?” tanya Jongho ketika mereka bertemu di taman belakang sekolah.
Wooyoung mendesah, memandangi dedaunan yang berguguran di sekeliling mereka. “Aku tidak tahu, Jongho. Aku bahkan tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, apalagi bagaimana aku harus menghadapi semuanya.”
Jongho mengangguk pelan. Ia menggaruk bagian belakang kepalanya, sesuatu yang biasa ia lakukan saat gugup. “Kalau begitu, aku akan ada untukmu.”
Wooyoung menoleh, terkejut. “Kau serius?”
“Tentu saja,” jawab Jongho tanpa ragu. “Aku bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan. Dan, yah, aku peduli padamu, Woo. Selalu.”
Kalimat sederhana itu membuat Wooyoung tertegun. Ia tidak menyangka Jongho akan begitu tulus dan tenang menghadapi situasi ini.
Namun, kehidupan tidak akan semudah itu. Kehamilan Wooyoung menjadi pusat perhatian ketika beberapa murid di sekolah mulai menyadari perubahan kecil pada dirinya. Kabar tentang kehamilan seorang pria menyebar dengan cepat, dan tentu saja, tidak semua orang menyambutnya dengan baik.
“Jadi, kau dan Jongho benar-benar serius?” tanya San, teman dekat Wooyoung, sambil menyesap bubble tea-nya.
Wooyoung mengangguk, meskipun matanya memandang gelisah ke sekeliling kafe. “Ya, begitulah. Tapi aku tidak tahu apakah ini benar-benar... jalan yang tepat.”
San menyandarkan diri di kursinya, memandang Wooyoung dengan penuh perhatian. “Dengar, Woo. Kau harus tahu satu hal: tidak ada yang namanya jalan yang sempurna. Kau hanya harus memilih jalanmu dan melaluinya dengan orang yang tepat. Dan dari apa yang kulihat, Jongho itu orang yang tepat untukmu.”
Kata-kata San membekas di benak Wooyoung. Tapi ia tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di balik layar.
Beberapa minggu kemudian, Jongho mulai merasakan ada sesuatu yang aneh. Wooyoung mengeluh tentang mimpi-mimpi aneh yang terus menghantui malam-malamnya. Ia bermimpi tentang bayangan gelap, suara-suara aneh, dan sensasi ketakutan yang tak terjelaskan.
“Kau pikir ini normal?” tanya Wooyoung suatu malam, ketika mereka duduk di ruang tamu apartemen kecilnya.
Jongho mengerutkan kening. “Aku tidak tahu. Tapi mungkin ada hubungannya dengan... kehamilanmu.”
Mereka berdua memutuskan untuk mencari tahu lebih jauh. Dengan bantuan San, yang ternyata diam-diam punya ketertarikan pada fenomena supranatural, mereka menemukan sebuah jurnal tua yang berbicara tentang "Eclipse Gene" dan rahasia kelahirannya.
Menurut jurnal itu, bayi yang lahir dari gen tersebut sering kali memiliki kekuatan misterius yang bisa mengubah dunia di sekitarnya. Tapi, kekuatan itu juga bisa menjadi target bagi mereka yang menginginkannya untuk tujuan jahat.
“Kita harus berhati-hati,” kata San dengan nada serius. “Kalau orang lain tahu tentang ini, hidup kalian bisa dalam bahaya.”
Ketika bayi mereka lahir, dunia seolah menjadi tempat yang baru bagi mereka.
“Apa kau siap menjadi ayah?” tanya Wooyoung sambil menggendong bayi mungil itu di pelukannya.
Jongho tertawa kecil. “Sejujurnya, tidak. Tapi aku siap menjadi apa pun, asalkan bersamamu.”
Wooyoung tersenyum, lalu mendekatkan wajahnya ke Jongho. “Terima kasih sudah ada di sini.”
Mereka saling menatap, dan tanpa kata-kata, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut dan penuh makna. Di balik semua kekacauan, mereka menemukan kebahagiaan sederhana yang membuat segalanya terasa sepadan.
Dan di sinilah mereka, memulai akhir dan awal yang baru bersama, dengan bayi mereka sebagai bukti cinta yang akan terus tumbuh seiring waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA 🌼 bottom!Wooyoung [⏯]
Hayran Kurgubottom!Wooyoung Buku terjemahan ©2018, -halahala_