Kim Hongjoong [⚠mpreg]

236 14 0
                                    

Wooyoung, seorang pemain basket bintang di tim sekolahnya, sedang berada di tengah-tengah pertandingan penting ketika tiba-tiba dia merasakan kram perut yang luar biasa. 

Rasa sakit itu begitu intens hingga dia tidak bisa berdiri lagi. Penonton dan rekan-rekan timnya melihatnya jatuh ke lantai, pingsan. Keadaan menjadi panik saat pelatih dan petugas medis bergegas ke lapangan untuk membantunya.

Wooyoung segera dibawa ke rumah sakit dengan ambulans.

Ketika dia sadar kembali, dia menemukan dirinya di ranjang rumah sakit dengan wajah-wajah cemas dari teman-teman dan pelatihnya di sekelilingnya. Dokter datang dengan hasil pemeriksaan yang mengejutkan semua orang.

"Wooyoung, kami menemukan sesuatu yang sangat tidak biasa," kata dokter dengan hati-hati. "Kamu sedang hamil."

Wooyoung terkejut dan tidak bisa berkata-kata. "Apa? Bagaimana bisa?" pikirnya. Dia tidak berpacaran dengan siapa pun sejak putus dengan mantan pacarnya beberapa bulan lalu. Kebingungan dan ketakutan melanda dirinya.

Setelah beberapa saat, dokter menjelaskan bahwa mereka akan merujuknya ke seorang ahli kandungan, Dr. Kim Hongjoong, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Wooyoung merasa campur aduk—takut, bingung, dan cemas. Dia tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, tetapi dia tahu dia harus menghadapi kenyataan ini.

Pertemuan pertama Wooyoung dengan Hongjoong berjalan lancar. Hongjoong adalah dokter yang ramah dan menenangkan, memberikan penjelasan dengan sabar dan memastikan Wooyoung merasa nyaman.

Setiap kali Wooyoung datang untuk check-up, Hongjoong selalu membuatnya merasa didukung dan tidak sendirian.

Seiring waktu, kunjungan rutin Wooyoung ke klinik menjadi bagian dari rutinitasnya. Setiap kali, Hongjoong melakukan pemeriksaan dengan profesionalisme tinggi, menggunakan peralatan medis modern untuk memantau perkembangan janin.

Namun, suatu hari, saat mereka sedang berbicara tentang perkembangan terbaru, Hongjoong melakukan sesuatu yang tidak biasa.

"Baiklah, mari kita dengar detak jantung bayi," kata Hongjoong dengan senyum hangat. Tapi kali ini, alih-alih menggunakan stetoskop seperti biasa, dia menempelkan telinganya langsung ke perut Wooyoung.

Wooyoung tertawa kecil melihat tindakan Hongjoong. "Sejak kapan dokter kandungan pakai cara ini?" tanyanya dengan senyum lebar.

Hongjoong tertawa bersama. "Kadang-kadang, sentuhan personal membuat semuanya terasa lebih nyata. Dan jangan khawatir, ini hanya untuk bersenang-senang. Detak jantung bayi terdengar kuat dan sehat."

Momen itu membuat hubungan mereka semakin dekat. Wooyoung merasa lebih nyaman dan terbuka dengan Hongjoong, berbagi kekhawatiran dan harapannya. Hongjoong selalu mendengarkan dengan telinga yang terbuka dan hati yang penuh pengertian.

Suatu hari, saat check-up rutin, Wooyoung berbicara tentang ketakutannya menghadapi masa depan sebagai orang tua tunggal. "Aku tidak tahu bagaimana aku bisa mengurus bayi ini sendirian," katanya, suaranya dipenuhi kecemasan.

Hongjoong menatapnya dengan lembut. "Kamu tidak sendirian, Wooyoung. Kamu punya teman, keluarga, dan bahkan tim medis yang siap mendukungmu. Dan kamu lebih kuat dari yang kamu pikirkan. Setiap langkah yang kamu ambil menunjukkan betapa beraninya kamu."

Kata-kata itu memberikan Wooyoung kekuatan baru. Dia mulai melihat kehamilannya sebagai tantangan yang bisa dia atasi, bukan beban yang harus dia takuti. Dukungan Hongjoong dan keyakinannya pada diri sendiri membantu Wooyoung mempersiapkan diri menghadapi masa depan.

Bulan-bulan berlalu, dan Wooyoung semakin dekat dengan hari kelahiran. Dia tetap aktif dalam kegiatan sehari-harinya, meskipun dengan lebih hati-hati. Tim basketnya memberikan dukungan moral yang besar, dan mereka semua menantikan kelahiran bayi Wooyoung.

AZALEA 🌼 bottom!Wooyoung [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang