Park Seonghwa [⚠mpreg]

124 7 0
                                    

Wooyoung duduk di sofa dengan lembut, memegangi perutnya yang mulai membesar. Tangan kirinya membelai pelan perutnya, merasa kehadiran kecil dari janin yang tumbuh di dalamnya. Wooyoung tersenyum lemah, pikirannya dipenuhi dengan bayangan masa depan yang cerah bersama Seonghwa dan putri kecil mereka. 

Seonghwa sedang keluar untuk membeli bahan makanan. Wooyoung tahu, Seonghwa selalu ingin memastikan semuanya sempurna untuk mereka bertiga. Dia tersenyum lagi, kali ini lebih lebar, membayangkan wajah Seonghwa yang bersinar setiap kali mereka berbicara tentang anak mereka.

Tiba-tiba, terdengar suara keras dari luar pintu apartemen mereka. Wooyoung mengerutkan kening, mencoba untuk fokus mendengar lebih jelas. Suara langkah kaki mendekat dengan cepat, dan sebelum dia sempat bangkit, pintu apartemen mereka terbuka dengan keras.

“Siapa di sana?” Wooyoung berseru, mencoba untuk tidak panik. Tapi dalam sekejap, seorang tetangga mereka yang sering bertingkah aneh dan agresif sudah masuk. Pria itu berteriak dengan wajah merah padam, “Kalian, orang-orang seperti kamu ini harus diusir dari sini! Kau membuat lingkungan ini buruk!”

Wooyoung menelan ludah, berusaha menjaga ketenangan. "Tolong, keluar dari sini," pintanya dengan tenang meskipun hatinya berdebar kencang. Tapi pria itu semakin mendekat dengan langkah-langkah berat, matanya penuh kebencian.

"Kau pikir aku akan diam saja membiarkan kamu dan laki-laki itu membawa anak setan ke dunia ini?!" teriak tetangga itu lagi, lalu tiba-tiba, tanpa peringatan, dia mengayunkan tangannya ke arah Wooyoung.

Wooyoung tersentak mundur, melindungi perutnya dengan tangan. Tetapi dorongan kasar itu membuatnya jatuh ke lantai dengan keras. Dia merasakan nyeri tajam menjalar dari perutnya dan menjerit kesakitan.

“Tidak… anakku…” bisiknya lemah, air mata mengalir deras di pipinya. Pria itu masih berteriak-teriak, tapi Wooyoung sudah tidak bisa mendengarnya lagi. Yang ada di pikirannya hanyalah bayangan wajah Seonghwa dan putri mereka. Dia memejamkan mata, berharap Seonghwa segera datang.

Saat itu, pintu apartemen mereka kembali terbuka dengan keras. Seonghwa berdiri di ambang pintu, matanya melebar melihat Wooyoung tergeletak di lantai dan tetangga mereka berdiri di atasnya. “WOYOUNG!” teriak Seonghwa panik, melemparkan tas belanjaan dan berlari ke arah Wooyoung.

“Keluar dari sini sekarang juga!” teriak Seonghwa pada pria itu, wajahnya penuh amarah dan ketakutan. Tetangga itu tersentak, mungkin karena ketakutan melihat kemarahan Seonghwa yang begitu besar, dan berlari keluar dari apartemen.

Seonghwa segera berlutut di samping Wooyoung, memegang wajahnya dengan lembut. “Wooyoung, tolong bertahan. Aku akan membawamu ke rumah sakit,” katanya dengan suara bergetar.

Wooyoung menatap Seonghwa dengan mata yang berlinang air mata. “Aku takut, Seonghwa… Aku takut kehilangan dia…” isaknya, tangannya masih memegangi perut.

Seonghwa mengangguk, menelan kesedihannya. “Kita tidak akan kehilangan dia. Aku janji, kita tidak akan kehilangannya. Sekarang, tahan sebentar, oke?” Dengan cepat, Seonghwa mengangkat Wooyoung dan bergegas keluar dari apartemen mereka, menuju mobil.

Di dalam mobil, Wooyoung mengerang kesakitan. Seonghwa berusaha tetap tenang, meskipun hatinya hancur melihat pasangannya menderita seperti ini. “Kau harus tetap sadar, Wooyoung. Bicaralah padaku,” katanya sambil mengemudi dengan kecepatan penuh.

Wooyoung menutup matanya, menahan rasa sakit yang luar biasa. “Apa… apa kau sudah memikirkan nama untuknya?” tanyanya dengan suara lemah.

Seonghwa menahan napas, berusaha menahan air mata. “Kita akan memberinya nama yang paling indah, Wooyoung. Sesuatu yang berarti kebahagiaan… karena dia adalah kebahagiaan kita,” jawab Seonghwa, berusaha tetap tegar.

AZALEA 🌼 bottom!Wooyoung [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang