Kepulan asap menguap seiring dengan daging yang berubah warna menjadi kecoklatan. Malam ini langit sangat cerah, bulan dan bintang ikut keluar menerangi malam yang hangat."Ruto, kesini cepet." panggil Junkyu yang sedang memotong daging menjadi beberapa bagian.
Haruto datang menghampiri Junkyu dengan senyum cerah seperti biasa.
"Kenapa kak?"
"Ini cobain dulu, udah mateng belum. Aaaa, buka mulutnya." perintah Junkyu menyodorkan sepotong daging kecoklatan ke mulut Haruto.
"Gue jadi kelinci percobaan nih? Kalau ini daging belum mateng, terus gue sakit perut gimana?" cebik Haruto.
Junkyu tertawa renyah karena ekspresi yang dikeluarkan Haruto, sereceh ini memang.
"Yakali, To. Setidaknya kalau nih daging belum mateng lo gaakan mati kok, hehehe." ucap Junkyu sambil cengir-cengir gak jelas.
Haruto pasrah, akhirnya ia membuka mulut, membiarkan daging dan daun selada masuk ke dalam mulutnya.
"Gimana?"
Haruto mengunyah sambil berbinar.
"GILA INI ENAK BANGET KAK!!! RASANYA TUH KAYAK MAU MENINGGOY."
Junkyu menepuk dadanya bangga.
"Siapa dulu yang buat, Chef Junkyu gitu loh!"
Baru kali ini Junkyu menyombongkan keahliannya selain tidur dan rebahan. Haruto ikut bangga melihatnya.
"Kak, ini udah mateng kan? Gue bawa ke meja anak-anak ya?"
"Iya bawa aja, tapi jangan dihabisin dulu. Ini masih banyak yang belum mateng." ucap Junkyu menyerahkan piring daging ke Haruto.
"Oh iya, To. Sekalian panggilin anak yang lain dong, masa cuma gue yang bisa bakar daging sih?" gerutu Junkyu.
"Iya-iya, bentar kak."
Junkyu tersenyum bahagia, rasanya sudah jarang merasakan momen bersama anak-anak kosan. Selama liburan, mereka tidak pernah bertemu karena situasi pandemi. Rasanya sangat menyenangkan bisa tertawa bersama mereka lagi.
Di meja tak jauh dari tempat Junkyu memanggang daging, ada segerombolan remaja sedang asyik bernyanyi dengan genjrengan gitar sebagai pengiringnya.
"Bang Jae, coba ganti lagu. Hmm gimana lagunya dewa19 sunbaenim aja yang judulnya kangen?" tanya Yedam bagian vokalis.
"Bentar, gue lupa kuncinya." ucap Jaehyuk yang membuka hp, mencari kord gitar kangen.
"Eh api unggunnya udah jadi belum ya?" tanya Jeongwoo yang daritadi ikut bernyanyi bersama Yedam dan Jaehyuk.
"Belum bisa nyala apinya, tuh liat. Mereka masih berjuang." jawab Mashiho menunjuk sisi sebelah kanannya.
"Gue mau bantu bang Hyunsuk sama kak Yoshi dulu deh. Kasihan mereka berperang sama angin." ucap Junghwan yang meletakan keripik kesukaannya ke meja.
"Hati-hati, Wan." ucap Jihoon tiba-tiba.
"Hati-hati kenapa Bang?"
"Hati-hati kena api, ntar hangus kayak kulit Jeongwoo." ucap Jihoon, jiwa julidnya mulai keluar.
"Body shamming lo, Bang. Jeongwoo itu engga hangus." ucap Yedam.
"Terus apa dong, Dam?"
"Kurang putih aja. CHIAAAA."
Suara tawa pecah, terdengar menguar menyelimuti malam hangat di halaman belakang kosan.
"Oke gitu ya mainnya? Oke bang, oke. Ayo body shamming aja terosss, julidin aja teross. Gue kuat kok, gue anak milkuat."
"Woi kalian, daripada gabut mending bantuin kak Junkyu bakar daging." ucap Haruto yang tiba membawa sepiring daging yang sudah matang.
"Wih, udah mateng? Keliatannya enak." ucap Junghwan yang tidak pernah tahan akan godaan makanan.
"Katanya mau nyamperin bang Hyunsuk sama kak Oci, Wan?" tanya Asahi yang sedari tadi diam.
Diam itu emas adalah moto hidup Asahi yang masih ia pegang teguh sampai sekarang. Tidak heran makhluk langka satu ini scenenya dikit, soalnya dia kalau ngomong seperlunya aja. Gak kayak Jihoon, banyak bacod.
"Iya iya kak. Ini juga Junghwan mau kesana." ucap Junghwan yang berlalu meninggalkan kakak-kakak yang lebih tua.
"Kak Ajun bakar daging sama siapa, Ruto?" tanya Mashiho.
"Sendirian kak." ucap Haruto yang sekarang duduk di samping Jengwoo, menggantikan posisi Junghwan tadi.
"Gue bantuin Junkyu dulu, kalian disini aja gapapa. Kalau dia ngambek bisa satu kosan didiemin, maung banget emang." ucap Jihoon yang berdiri lalu berlari menuju tempat Junkyu.
"Padahal aku juga mau ikut bantuin kak Ajun." gumam Mashiho, yang sayangnya didengar oleh Asahi, orang yang duduk disebelahnya. Tapi Asahi tetaplah Asahi, tidak mengambil pusing ucapan Mashiho barusan.
Dilain sisi, ada Hyunsuk, Yoshi, Doyoung, dan Junghwan yang sedang berjuang membuat api unggun.
"Bang, ini tambahin bensin lagi ya? Biar cepet nyalanya." ucap Doyoung dengan tangan memegang tabung berisi bensin. Greget banget dia, udah hampir 20 menit menyalakan api unggun, tetap tidak bisa menyala.
"Jangan, Doy. Menurut perhitungan matematika, kita cuma butuh 1,5 liter bensin buat campuran 32 kayu kering dan 22 ranting untuk api unggun (plzz ini aku ngarang bgt ToT)." jelas Yoshi.
"Bodo amat Yos, siram aja Doy semuanya. Biar cepet selesai." ucap Hyunsuk yang sudah tidak tahan bau bensin.
Doyoung mengangguk patuh, menyemburkan bensin dari dalam tabung ke arah api kecil di sekitar kayu.
"Awas kak, nanti kena api jadi gosong, kayak kulitnya kak Jeongwoo." ucap Junghwan mengingatkan Doyoung. Julidnya Jihoon nular ke Junghwan.
Dan benar saja, sedetik kemudian
WUUUUSHHHHHHHHH
Kobaran api mulai membesar, membuat Yoshi reflek memeluk lengan Hyunsuk. Dan Hyunsuk yang secara spontan juga mendekap Yoshi karena takut.
Semua kejadian itu tidak luput dari pandangan seorang Kim Doyoung.
Kok sakit tapi gak berdarah ya? - batin Kim Doyoung
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPAL OLENG [[ TREASURE ]]
Teen FictionTipe ideal Jeongwoo siapa? -> Kak Junkyu Tipe ideal Junkyu siapa? -> Haruto Tipe ideal Haruto siapa? -> Jeongwoo Drama remaja yang tidak ada habisnya. Gitu-gitu aja terus sampai Doyoung bisa merebut hati Asahi dari Jaehyuk dan Yedam. Junghwan Yo...