Ting tong!
Beomgyu mendongak melihat jam dinding, kemudian dia mengernyit. Sekarang jam enam pagi, tapi siapa yang berkunjung ke rumahnya sepagi ini? Tidak bilang pula.
Dengan segera ia keluar dari kamar untuk membukakan pintu. Omong-omong, dia angkat kaki dari kosan setelah pulang dari kantor polisi kemarin. Langsung tanpa pamit, memangnya buat apa?
Toh, tidak ada yang peduli juga.
Ceklek!
"Kak Beomgyu..."
Beomgyu diam, menatap datar Taehyun yang berdiri di depan pintu rumahnya tanpa mengenakan seragam sekolahnya.
"Ck," decak Beomgyu malas, langsung bergerak menutup pintu.
Tapi sebelum itu terjadi, Taehyun jatuh berlutut di depannya. Dia terkejut, apa-apaan sih!
"L-lo ngapain?!"
"Gue tau gue salah, gue emang jahat. Maaf, maafin gue..."
Beomgyu diam lagi.
"Saat itu gue takut, gue gak bisa berpikir jernih. Gue cuma gak mau Kak Yeonjun ngelakuin hal yang sama ke gue... maaf..."
"Ck, gak jelas. Masuk," ajak Beomgyu berdecak, lalu masuk lebih dulu ke dalam rumah.
Taehyun berdiri, berjalan pelan dan menjaga jarak dengan Beomgyu, mengikutinya ke ruang tamu. Ia pun duduk di sofa setelah diperintahkan, kepalanya tertunduk, tak berani menatap sang lawan bicara.
"Gue akui, gue berterima kasih dan berhutang nyawa ke lo, Taehyun. Tapi jujur, gue kecewa."
"Maaf..."
"Hhh, tapi gue gak suka ya liat lo begini, gue lebih suka Taehyun yang ngegas."
"Maaf..."
"Berhenti bilang maaf atau gue usir."
Taehyun bungkam. Beomgyu mencebikkan bibirnya sebal, moodnya itu sedang buruk, jadi tambah buruk kalau begini.
"Oh ya..."
"Apalagi, Tae? Mau minta maaf lagi?"
Taehyun menggeleng. "Soal malam itu, yang gue gak bisa lihat lo karena gelap, itu gak sepenuhnya bener. Muka lo banyak lumpur, gue gak bisa liat jelas. Maaf."
"Oh, ya udah. Sama, gue juga gak bisa liat jelas muka lo. Mata gue minus, waktu itu kacamata gue dipecahin Kak Soobin, jadi ya gitu. Sekarang gue pake softlens, lebih enak aja."
"Lo cerewet ya..."
"Masih mending daripada kemarin, kan? Lo mau gue nangis-nangis lagi?" Ketus Beomgyu bersedekap dada, dia cemberut.
Taehyun terkekeh. "Hehe, enggak kok. Oh ya, Kai dirawat di rumah sakit. Lukanya udah dijahit, mau jenguk bareng?"
"Gak ah, ngapain."
Senyum Taehyun pun luntur.
"Gue trauma, gue gak mau ketemu siapa-siapa. Gue harap kalian maklum..."
"O-oke."
Beomgyu berdiri, berjalan menuju nakas di dekat rak buku. Mengambil sebuah foto yang agak lecek lalu menyodorkannya pada Taehyun.
"Ini foto yang lo jatuhin kemarin, biar lo liat gue yang dulu kayak gimana."
Taehyun menerima sodoran foto tersebut dengan ragu. Ia memandang foto tersebut, sudut bibirnya terangkat. Beomgyu tidak seburuk yang ia kira, di foto Beomgyu terlihat lucu dengan pipi gembulnya. Sungguh, seperti bayi beruang.
"Kalau mau ketawa jangan ditahan kali, gue udah terbiasa."
Taehyun kaget. "G-gak gitu."
"Terus?"
"Gak apa-apa, lucu aja."
"Ck, gue emang lucu, baru tau lo?"
"Iya maaf. Eh?"
"Apa? Kenapa?"
Jari telunjuk Taehyun menunjuk tulisan yang kemarin belum ia baca sampai habis. Jujur, ia agak terkejut.
Orang di foto ini, adalah orang yang paling berharga, dia adalah diriku sendiri.
Ternyata dia salah kira.
"Oh, itu tulisan gue. Dari semua yang ada di dunia, diri gue sendiri adalah yang paling berharga. Walaupun gue gak sebaik, seganteng, sekeren, atau se se se yang lain, gue cinta diri gue sendiri."
"Kenapa orang kayak lo gak disukain banyak orang? Menurut gue, lo itu pantas untuk jadi teman semua orang."
Beomgyu terkejut. Taehyun tersenyum, meletakkan foto itu di meja kemudian berdiri. Ia mengeluarkan benda yang sejak tadi ada di saku celananya, meraih tangan Beomgyu dan meletakkan benda itu di tangannya.
"Semoga kebahagiaan selalu datang, gue dan Kai selalu ada kalau lo butuh teman. Gue pamit ya, nanti terlambat sekolah hehe. Selamat pagi."
Jujur, dari lubuk hati Beomgyu yang paling dalam, dia senang, mendadak matanya terasa panas. Tapi, dia takut...
Ah, memikirkan itu nanti saja. Pekerjaannya belum selesai.
"Kak Beomgyu butuh waktu, Kai..."
"Gak apa-apa, gue ngerti kok. Lagian itu salah gue juga, gue emang jahat ya?"
"Gak kok, gue lebih jahat..."
"Hush, kita sama aja lah, haha! Oh ya, kapan ke rumah sakit? Gue bosen sendirian."
"Nanti pulang sekolah, ya kali gue bolos."
"Bolos aja gak apa-apa, sesekali lah. Bilang aja temenin gue di rumah sakit, alasan yang bagus kan? Hahaha!"
"Enak aja! Lo mau absensi gue jelek?! Gak ah, ogah!"
"Santai napa! Justru bagus lo bolos, lo bisa menenangkan pikiran dan ha-"
Pip!
Panggilan telepon diputuskan sepihak. Taehyun kesal, dia itu anak rajin, mana mau bolos. Ini saja sudah hampir terlambat.
Eh tapi, sepertinya itu ide yang bagus. Ah, dia ke rumah sakit saja deh. Lebih baik menenangkan pikiran.
Beomgyu... semoga dia mau menerima Taehyun dan Kai sebagai temannya.
Habis ini epilog ya, hehehe
:)