"Jadi kalian... udah tau ya?"
Beomgyu dan Kai terlonjak kaget. "Kak Yeonjun ngapain disini?!" Seru mereka bersamaan.
Yeonjun mengedikkan pundaknya, lalu melengos pergi begitu saja. Aneh, kenapa ekspresinya tegang begitu ya. Masa iya dugaan Kai benar kalau Yeonjun dan Soobin pelakunya?
"Udah dulu ya, jangan bahas apapun," ucap Beomgyu, mulai merasakan aura-aura tidak enak di sekitarnya, seperti ada yang mengawasi.
"Besok sekolah... gue minta lo bangun paling pagi dan jangan pulang sendiri, gue curiga," lanjutnya berbisik.
"Hmm, oke. Kalau gitu gue ke kamar dulu ya, ngantuk hehe."
"Silahkan~"
Selepas kepergian Kai, Beomgyu menghela nafasnya, mengeluarkan benda berbentuk persegi panjang dari dalam saku celana, kemudian membuka memonya.
"Hampir selesai."
Beomgyu lega, rupanya Kai menuruti permintaannya. Buktinya di kosan hanya ada dia, Taehyun, Soobin, dan Yeonjun.
"Kai kemana?" Tanya Soobin penasaran, tumben sekali teman termudanya itu tidak ikut sarapan.
"Udah berangkat, hari ini jadwal piketnya," dusta Beomgyu menjawab pertanyaan Soobin seraya mengikat tali sepatu.
"Oh, begitu..."
"Gue berangkat dulu ya. Taehyun, ayo."
Taehyun yang diajak Beomgyu gelagapan sendiri. Melihat itu, Beomgyu berdecak, menariknya paksa keluar kosan tanpa membuang waktu lagi.
Bukan tanpa alasan dia mengajak Taehyun secara tiba-tiba itu, dia merasa temannya itu akan mengalami hal buruk jika berangkat sendiri.
"Mau naik apa? Bus? Taksi?" Tawar Beomgyu.
"Jalan kaki aja deh... bel masuk masih lama."
"Oke!"
Taehyun mengernyit, hari ini Beomgyu terlihat ceria. Sepertinya dia lupa kalau kepalanya bocor tadi malam.
Kalau Taehyun jadi Beomgyu, dia pasti bolos sekolah dengan alasan sakit. Padahal mah dia ingin menghindari Adudu yang membuatnya pusing.
"Tae, tumben lo gak ngegas lagi," celetuk Beomgyu tiba-tiba.
"Gak tau, lagi gak mood."
"Kok bisa?"
"Bisa aja, kalau suasana hati lagi gak baik, otomatis gak ada tenaga untuk ngegas."
"Iya juga ya... oh ya Tae, lo tau info lain tentang korban pembunuhan itu, gak?"
Aha, tepat sasaran. Ketika Beomgyu bertanya, Taehyun langsung berhenti jalan dan diam. Raut wajahnya terlihat terkejut dan cemas di saat yang bersamaan. Hmm, sepertinya memang ada yang disembunyikan oleh laki-laki berkacamata itu.
"Jujur aja, gue gak akan cepu."
"Gue gak tau apa-apa."
"Ah masa? Kalau gak tau kenapa kaget begitu?"
"Y-ya... cuma kaget aja."
"Bohong, lo itu tau sesuatu."
"DIBILANG ENGGAK YA ENGGAK! PUNYA TELINGA KAN?!"
Hening. Orang-orang memperhatikan, terkejur mendengar bentakkan Taehyun yang keras itu. Beomgyu tidak takut, justru dia tertawa kecil.
"Hei, gue tau lo itu sembunyiin sesuatu. Tenang aja, gue tau kok."
"T-tau apa?!"
"Tau kalau lo pernah lihat korban itu, iya kan?"
Lagi-lagi, pertanyaan Beomgyu tepat sasaran, pertanyaannya benar. Taehyun gelisah, masa iya dia harus jujur di tempat terbuka seperti ini?
"Gak apa-apa, disini gak ada mereka."
"Kak Beomgyu, lo... bisa dipercaya?"
Beomgyu tersenyum lebar. "Bisa dong, jujur aja."
Hhh, ya sudah lah. Mau menyembunyikannya lagi pun pasti akan terungkap dalam waktu dekat. Lebih baik dia jujur sekarang.
"Lo tau apa aja tentang korban pembunuhan itu, Tae?"
Taehyun menghembuskan nafas panjang, menatap Beomgyu lekat-lekat. "Gue... gue yang temuin dia... dan gue yang bawa dia naik keluar dari sumur, Kak Beomgyu."
Dan perlahan, senyuman Beomgyu mendadak sirna. "A-apa-apaan, ja-jadi lo... wah."