Sembilan

124 17 5
                                    

Empat hari telah berlalu, saat ini Ayra tengah menuruni tangga seraya menenteng sepatu ditangan sebelah kiri dan tas ditangan sebelah kanan.

"Mau sekolah lo?" tanya Farel sambil menyuapkan nasi goreng kedalam mulutnya.

"Gak, mau nguli!" jawab Ayra dengan nada sedikit ngegas.

"Ohh ... gue kira mau sekolah,"

"YA MAU SEKOLAH LAH ABANG BEGOO!!" teriak Ayra yang sudah mulai jengah menghadapi sifat abangnya yang bodoh ini.

Dari pada pagi-pagi sudah merusak mood Ayra, lebih baik ia segera menuju dapur untuk membantu mamanya menyiapkan sarapan.

Sarapanpun dimulai, hanya ada suara dentingan sendok yang mengaluni bunyi meja makan, karena memang sudah menjadi adat istiadat di keluarga Maganta apabila makan tidak ada yang boleh bersuara.

"Mah, pah, bang Rya berangkat dulunya," ujar Ayra seraya mencium pipi kedua orangtuanya.

"Lah, gue kaga dicium nih?" tanya abangnya seraya memasang wajah sok melasnya.

"OGAH!" teriak Ayra yang sudah lari karena ia takut abangnya akan membalas.

"Kamprett lo dek, kaga gue beliin es krim mampus lo!" jawab Farel dengan mengeluarkan jurus andalannya.

"Bodoamat, gue bisa beli sendiri wlekkk," jawab Ayra seraya keluar dari pekarangan rumahnya mengunakan mobil kesayangannya yang baru dibelikan oleh papanya.

❄❄❄❄

Saat ini Ayra sudah berada diparkiran dan ia sangat kesal karena parkiran depan sudah penuh dan mau tak mau ia harus memarkirkan mobilnya diparkiran belakang yang artinya tempat parkir para anggota VICTOR.

Setelah sampai diparkiran belakang ia segera memarkian disamping mobil sport warna putih dan yang tak lain dan tak bukan itu adalah mobil milik Bara.

"Eh neng Ayra udah sembuh," celetuk Joko membuat pasang mata menatap Ayra tak terkecuali mata tajam milik Bara.

"Emm ... iya jok," jawab Ayra gugup karena semua anak VICTOR memandangi nya, "Gue duluan ya."
Setelah mengatakan itu Ayra segera lari terbirit-birit menuju kelasnya karena sekarang sudah menunjukkan pukul 06.45.

"Pagi, hos hos hos," salam Ayra seraya mengatur nafasnya

"YA AMPUN AYRAA, AKHIRNYA LO SEMBUH JUGA," teriak Aqilla yang membuat semua murid di kelas XI IPA-3 menutup telinganya.

"Gausah, teriak-teriak juga dugong," ujar Cinta yang kesal karena aktivitas membacanya terganggu oleh teriakan melengking milik Aqilla.

"Hehehe, ampun ndoro,"

"Maura kemana?" tanya Ayra seraya clingak clinguk mencari keberadaan Maura takut-takut Mauraa terjepit dikolong meja kan ga lucu.

"Belum dat--," ucap Aqillaa terpotong karena ada teriakan melengking milik Maura.

"SELAMAT PAGIII," teriak Maura dengan riang yang membuat teman-temanya heran.

"Cerah banget tu muka, udah kayak abis dianter doi aja," celetuk Rizal teman alias enemynya Maura.

"Dihh, sirik ae lo dugong," jawab Maura ngegas.

"Yeu kutu kambing ngegas bat dah lo," balas Rizal dengan mendramatis.

"Jyjyk gue liat lo kayak gitu," balas Maura.

Setelah menjawab omongan dari Rizal, Maura segera jalan menuju bangkunya dan jangan lupa kan senyum lebar yang menghiasi wajah imut Maura.

Hal itu membuat sahabat-sahabatnya yang melihat bergidik ngeri, takut-takut temannya yang satu ini gila?

❄❄❄❄

Ba-RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang