Chapter 9

14 1 0
                                    

Sorry for typo
-   -   -   -   -   -   -

"AKH... PERGILAH... TOLONG..." teriak seseorang sambil berlari menjauhi para zombie yang juga sedang mengejarnya itu.

"akh... Sial!" umpatnya karena kakinya tak sengaja menabrak sebuah mayat?.

"Tidak... Jangan mendekat... "takutnya sambil mencoba berdiri kembali, tapi sayangnya zombie itu menerjangnya kembali, membuatnya harus menahan kepala zombie itu agar tidak menggigit lehernya.

"TOLONG..." teriak orang itu yang tak lain adalah wooyoung. Wooyoung saat ini tak bisa terlalu lama menahan satu zombie ini, apalagi dibelakang sana puluhan zombie sedang berlari kearahnya.

"akh... Tidakkk" kepala zombie itu mulai dekat kearah lehernya, tenaganya tidak cukup kuat untuk menahan kepala zombie itu hingga akhirnya...

Brukkk

Tubuh zombie itu tergeletak dilantai dengan darah yang mengalir dari kepalanya, sepertinya seseorang telah memukul kepala zombie itu?.

"Cepat ikut aku!" ujar pria yang telah menolong wooyoung sambil menarik tangan wooyoung menuju keluar dari rumah sakit. Tapi sebelum mereka keluar, ternyata sudah banyak zombie  yang telah masuk melalui gerbang depan rumah sakit itu.

"kita harus mencari tempat aman!" pria itu kembali menarik tangan wooyoung memasuki rumah sakit itu lagi.

"Kau ingin aku mati?" ujar wooyoung, tapi pria itu malah menyuruh wooyoung untuk masuk kesebuah ruangan... Yang sepertinya ruangan ini adalah ruangan penyimpanan obat-obatan? Terlihat dari banyaknya obat-obatan disini.

"Terima kasih telah membantuku" ujar wooyoung sambil membungkukkan tubuhnya seraya berterima kasih atas pertolongan pria itu padanya.

Pria itu tersenyum singkat lalu menjawab, "tak apa apa wooyoung" wooyoung terkejut saat pria ini memanggil namanya.

"kau tahu namaku? Padahal kita tidak pernah bertemu sebelumnya bukan?" seingat wooyoung, ia tidak mengenal pria dihadapannya ini.

"kau yakin tidak mengingatku?" wooyoung mengangguk, karen ia benar-benar tidak mengingat pria ini.

"aku yeonjun, choi yeonjun. Temanmu dulu" ujarnya dengan senyum yang terukir diwajahnya.

"Ahh... Benarkah ini kau? Waw... Bahkan aku sampai tidak mengenalimu yeonjun. Dari mana saja kau, sudah lama kita tidak bertemu bukan? Apa kau baru datang kekorea? Kenapa kau tidak memberitahuku jika kau sudah datang? Kenapa tidak mengabari-" yeonjun memotong perkataan wooyoung.

"ternyata kau tetap sama ya... Tetap cerewet seperti dulu" gemas Yeonjun sambil mengacak-acak rambut wooyoung.

"hehehe"

- - -

"Dokter Sua? Kau ada disini?" tanya seonghwa sambil menghampiri Sua dan jaehyun, jangan lupakan hongjoong yang mengikutinya dari belakang.

"Ya... Dan kalian? Kenapa bisa sampai kerumah sakit ini?" tanya Sua.

"mereka bersama denganku" ujar seseorang sambil menghampiri mereka berempat, dia adalah suho.

"kebetulan sekali kalian memilih untuk pergi kerumah sakit ini." ujar suho kemudian.

"maksud kapten?" tanya hongjoong tidak mengerti.

"rumah sakit ini adalah rumah sakit terakhir yang Tersisa diseoul" jawabnya.

"waw... Tidak bisa dipercaya, jika zombie itu kembali menerobos rumah sakit ini bagaimana nasib kita selanjutnya?" ucap hongjoong.

"Kita hanya harus bertahan 5 hari lagi. Tepat saat itu, bala bantuan akan datang untuk mengevakuasi korban yang masih selamat, dan mungkin... Ini bantuan terakhir yang akan pemerintah kirimkan. Dan setelah itu... "Suho menghentikan perkataannya.

"Setalah itu kenapa kapten?" tanya seonghwa penasaran tentang apa yang akan suho katakan selanjutnya.

"Setelah itu kota seoul akan diledakkan." Seonghwa dan hongjoong membulatkan matanya, tidak dengan Sua dan Jaehyun yang bersikap biasa saja.

"A... Apa? Diledakkan?" dada seonghwa terasa sesak. Tidak mungkin jika kota ini akan diledakkan bukan? Bagaimana dengan orang-orang diluaran sana... Dan... Adik dan ibunya. Seonghwa harus mencari keberadaan ibu dan adiknya itu.

"Aku akan pergi dulu, permisi" sua meninggalkan tempat itu, menuju kesuatu ruangan.

- - -

"Kenapa kau menyelamatkanku?" tanya yunho kepada mingi yang sedang membalut tangannya dengan perban.

"Biar kubantu" ujar yunho ketika melihat mingi yang sedang kesusahan memasang perban pada tangannya itu.

"tidak perlu, aku bisa memasangnya sendiri!"

"Bisakah kau menjawab pertanyaanku? Kenapa kau menolongku dari zombie-zombie itu? Seharusnya kau meninggalkanku saja dan ikut bersama kapten suho bukan?  Ak-"

"hentikan pertanyaanmu itu. Aku hanya menolongmu karena rasa kasihan!"

Mingi lalu mengambil ponsel disaku celananya dan menelpon seseorang.

"dimana kau sekarang?" tanya mingi to the points.

"di... Sepertinya aku ditempat penyimpanan obat" jawab seseorang disebrang telpon itu.

"tetap berada disana... Aku akan segera menyusulmu!" lalu mingi mematikan sambungan telponnya.

"Kau menelpon siapa?" tanya yunho penasaran, tapi tidak diubris oleh Mingi. Ia malah melihat dari kearah luar melalui celah-celah pintu.

Kembali mingi menelpon seseorang "buka pintunnya dalam hitungan 20 detik!" menyimpan lagi ponselnya lalu menarik tangan yunho keluar dari tempatnya sekarang bersembunyi dari para zombie.

"Kau gila?" ujar yunho saat sadar mingi membawanya keluar dari ruangan persembunyiannya tadi, dan tentu beberapa zombie itu mengikuti mereka dari belakang.

"akh" ujar yunho saat kakinya tersandung dan membuatnya jatuh.

"ish... Cepatlah bangun! Kita tak punya banyak waktu!" saat yunho ingin bangun dari posisi tersungkurnya tiba-tiba pintu didepannya terjatuh menimpa kakinya, dan penyebabnya adalah para zombie itu yang menerobos untuk keluar.

"Akh... Kakiku!" pekik yunho.

"Dasar" Ujar Mingi sambil menebaki satu persatu para zombie yang ingin mendekati yunho denga tatapan lapar mereka.

"Cepat singkirkan itu!" perintah Mingi, dan dengan sekuat tenaganya yunho mengangkat pintu itu.

"Bisa kau membantuku? Pintu ini sedikit berat" kemudian Mingi menghentikan acara tembak-menembaknya, menatap yunho dengan tatapan yang aneh.

"Apa yang kau lakukan?" nada bicara yunho terdengar bergetar saat Mingi mengarahkan pistolnya kearah yunho. Mingi dengan jarak 4 meter dari tempat yunho sekarang mulai menarik pelatuk pistol yang ia pegang, dan tak lama terdengar suara tembakan.

DORR

Yunho memejamkan matanya saat mendengar suara tembakan itu, dapat ia rasakan lantai disana mulai basah dan bau anyir darah mulai tercium.

"Kau kira aku akan menembakmu?" tanya Mingi sambil mengangkat pintu yang menindih kaki yunho itu.

"Kukira kau akan menembakku... Tapi ternyata.. Hanya zombie?" Mingi membantu yunho untuk bangun dari posisinya. Lalu menggendong yunho selayaknya karung beras.

"Turunkan aku. Kenapa kau menggendongku huh?" ketus yunho sambil memukul-mukul punggung Mingi.

"Diamlah. Kau tidak akan bisa berlari dengan kaki terlukamu itu. Yang ada kau bisa mati." benar yang dikatakan mingi, ia tidak akan bisa berlari dengan keadaan kakinya yang terluka saat ini.


- - - - - -

TBC~

Sebenernya ini cuma post draf aja. Mau dilanjutin drafnya tpi lupa sampei mana alur ceritanya 😭.

Dan endingnya nya nanti tuh.. Yg paling ngena di hati sya pribadi tuh kata2 mingi buat yunho, beuhh terlihat savge bget mingi kyaa...

Niatnya sya mau baca dri awal cerita ini, biar bisa lanjutin nih cerita tpi... Mata sya sdang bermasalah. Bengkak dong guys... Jdi maapkeun..



Btw satu hal lagi... Ini cerita kan sepi, mau di drop aja apa gimana?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ATEEZ VS KANIBALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang