PROLOGUE

1.3K 318 10
                                    

teruntuk beloved new readers, tinggalin vote dan comment nya yaa -💗!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

teruntuk beloved new readers, tinggalin vote dan comment nya yaa -💗!

jangan lupa follow nya juga

GADIS itu berlari entah kemana, ia turun dari tangga darurat, bahkan ia sudah tak peduli betapa banyak orang yang keheranan melihatnya.

Segera saja ia membuka pintu yang cukup tinggi itu, keluar dari gedung besar nan elite disana. Dan tak lama, pandangannya terpenuhi oleh langit gelap, serta rintik hujan kian membasahi tubuhnya.

Ia menangis dalam diam, hatinya luluh lantak sekarang, apa yang ia lakukan? Entahlah, ia hanya berjongkok sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Tiga menit ia masih dalam posisi itu. Apa lagi yang ia tunggu? Berharap cowok itu datang menyusulnya? Rasanya itu adalah hal paling mustahil untuk diharapkan sekarang.

Hujan semakin deras, rasanya sekujur tubuh gadis itu mati rasa. Terlebih lagi jalanan yang bisa dibilang sepi membuatnya semakin terhanyut pada perasaan ini.

"aaaaa" ia berteriak pada akhirnya, mencoba menumpahkan kesedihan melalui itu. Tapi nyatanya, dada nya semakin sesak dan membuat gadis itu hanya bisa menangis lagi.

Ia tak ingin berlama lama disini. Ia mengusir harapan yang tadi sempat lewat dalam benaknya. Dan detik selanjutnya, gadis itu berdiri dari sana. Berjalan pelan menjauh dari gedung tinggi itu.

Langkah nya terus berjalan dengan lunglai, air mata yang sudah bercampur dengan rintik hujan tidak ia hiraukan lagi. Bibir yang pastinya sudah memucat dan pecah-pecah sama sekali tak membuatnya risih. Tatapannya, pikirannya, semua itu hanya terpusat kedepan. Kosong.

Ia bahkan tak memikirkan keluarganya yang mungkin sedang khawatir sekarang. Katakan saja dia egois. Tapi percayalah, fisik dan batinnya sangat tidak mendukung untuk memikirkan satu hal pun. Ya, kecuali kejadian yang baru saja ia alami beberapa menit lalu.

Kaki jenjang itu berhenti seketika. Ia menyadari sesuatu. Ia sedang berdiri disebuah jembatan sekarang. Refleks gadis itu menoleh kearah kanan. Arus sungai disana tampak sangat deras. ini sempurna.

Dia terdiam cukup lama. Apa harus? Kenapa pemikiran ini muncul dalam benaknya? 

Ia melirik ke belakang. Tempat ini sangat sepi, hampir tak ada siapapun yang lalu lalang sedari tadi. Dengan langkah perlahan, gadis itu mendekat kearah pagar jembatan.

Should i? Pikirnya menggebu.

Ia mendongak keatas, membiarkan rintik hujan menyapu sekeliling wajahnya. Tanpa sadar, air mata itu kembali turun luruh dari singgasana ternyaman. Tanpa suara, tanpa isakan.

Gadis itu kemudian menggenggam pegangan pagar disana. Perlahan namun pasti, kaki itu memanjat satu persatu besi pagar. Ia menatap kebawah. Banyak bebatuan, arus yang sangat deras. Apa ia yakin...

Ia menggeleng perlahan, ini keputusan bulat yang ia ambil cepat saja. Ia akan melakukannya. Walau tak ayal, ia sungguh takut.

"kamu itu princess mama yang paling cantik, sayang"

"gue pengen di masa depan besok, disaat kita jadi nyonya-nyonya, arisan bareng, liburan bareng, dan pastinya ngeliat anak-anak kita tumbuh besar, pokonya kita harus sahabatan sampai tua"

"gue marah bukan berarti benci, gue dingin juga bukan berarti gue gak cinta"

Kenapa perkataan manis itu harus terngiang ditelinga nya? Gadis itu menjadi ragu melakukan hal ini. Dia egois jika benar benar melakukannya.

God, what should i do?

Pegangannya masih bertumpu disana. Air matanya terus keluar tanpa peduli mata nya  yang mungkin sudah memerah total.

"no one love you!"

"lo gausa jadi sampah di kehidupan gue!"

Gadis itu tertawa getir ketika perkataan terbalik menari bebas didalam benaknya. Ia rasa ini adalah keputusan paling benar. Bukan 'paling', tapi setidaknya ini bisa membuat mereka tenang.

Lamat-lamat, kaki jenjang itu menginjak besi terakhir, dan pegangannya hanya bertumpu pada lampu jalan disana. Ia kembali melihat kebawah. Ia yakin bebatuan disana sudah sangat menunggu kehadirannya.

Ia menghirup napas―yang mungkin akan jadi hirupannya untuk terakhir kali. Kemudian gadis itu menutup matanya, ia melepas injakan pada kaki kanannya. Dan bersiap untuk melepas semua tumpuannya. Maafin aku, ma.

Kakinya sudah sempurna tidak lagi menapak apapun, begitu pun tangan yang juga sudah membebaskan seluruhnya untuk terjun kebawah sana.

Gadis itu terlambung untuk sepersekian detik, sampai ia sadar dirinya tak kunjung menyentuh apapun. Ia membuka mata.

"Lo gila?!" Di detik itu pula ia sadar sebuah tangan sedang memegang erat pinggangnya.

"Lo siapa?" Merasa risih, ia segera menjauh dari lelaki itu. Dengan napas yang masih tak beraturan, serta cuaca yang semakin dingin, membuat gadis itu benar-benar mati rasa. Hingga akhirnya ia tumbang disana.

•••

prolog nih, gimana? suka ga?
aneh ya? kritik sarannya aku terima💗

Lieve💗

ICE PRINCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang