0503

8 3 3
                                    


Kak Geisha, oke gapapa. Mundur Win, kalau udah bersangkutan sama Kak Geisha aku mundur. Moon door.

Cantik, ratu sekolah, berprestasi, atlet, baik, ramah, kesayangan guru. Behh kayaknya Kak Geisha gak ada celah deh, ngomongnya aja lembut.

Dia kelihatan akrab banget parah, hmm apa dia pacaran? Padahal aku dah berharap banget tuh kedepan, gak sengaja numpahin air, cekcok sama itu cogan, balik sekolah ditunggu digerbang, dipaksa pulang bareng, dijalan ditembak jadi pacar. Happy end!

Semudah itu aaa. Aku masih natap mereka, Kak Geisha bawain dia makanan, mereka makan bareng sambil ketawa-ketawa kek yang udah kenal lama banget. Fiks, mereka pacaran.

HUAAAAAAA!!! GA TERIMAA TAPI AKU SADAR AKU INI BUKAN SIAPA-SIAPA! KENAL NAMA AJA ENGGA!!

"Woi Wind!" Sri menepuk bahuku.

Aku menoleh lalu menaikkan sebelah alis, dengan ekspresi malas. Mood ku ancur tiba-tiba. Atas dasar apa aku cemberut gini? Emang kurang berkaca kayaknya.

"Gue udah nebak nama yang bagi gue pas banget!" ujar Sri semangat, "Namanya-"

"KAK ENDRO!" tiba-tiba Alya datang, murid dari kelas tetangga yang punya circle toxic dimana teman-teman satu geng dengannya gak boleh punya ikatan sama murid lain yang engga se hits dia. Cewek dengan dandanan mencolok itu berlari-lari kecil kearah lelaki yang dari tadi kita perdebatkan namanya.

"Kak Endro, hai!" sapa Alya terlihat centil.

Aku menoleh ke arah Sri, raut wajahnya ditekuk. Aku mengelus pundaknya sambil berbisik "Namanya Endro, Sri."

"Gue juga denger." sahutnya jutek, aku terkekeh. Baru saja aku mulai pulih saat melihat cowok dengan almet oren itu berbicara dengan Kak Geisha, sekarang Sri.

Kami melanjutkan makan kami.

*****

Bel pulang sudah dari tadi, namun aku dan Sri masih dikelas hari ini jadwal kami piket, yang lain sudah selesai tinggal kami berdua. Karna kami malas. Kami juga masih mengenakan seragam olahraga.

"Lu tau Win? Nama Endro kek gak asing ditelinga gue," ucap Sri.

Aku meletakkan kemoceng diatas rak buku. "Ck, perasaan lu aja kali," ujarku.

"IH ENGGA WINDY INI ASLIII. GUE TUH KEK PERNAH DENGER NAMANYA," ujar Sri ngotot.

Aku mencoba berfikir, memang iya si nama Endro agak familiar diingatanku.

OH IYA.

Aku menepuk jidatku, "ENDRO TEMEN NGAJI KITA DI PENGAJIAN BU ODAH!" ujarku yakin.

Sri berdiri dari duduknya. "NAHKAN IYA!! WAKTU KITA KELAS 1 SAMPAI 3 SD KAN??? PANTES KEK PERNAH DENGER!" ujar Sri.

"Apa jangan-jangan Endro almet kuning itu temen ngaji kita dulu Win?!" ujar Sri makin ngaco.

"Sri ... Endro temen ngaji kita seumuran sama kita, pasti sekarang juga kelas 11 sama kayak kita! Bukan mahasiswa!" ujarku.

Kulihat Sri malah cengo, "Gue lupa," ucapnya polos.

Aku gregetan sendiri. "Argh, ayok dah pulang, gercep!" ujarku lalu menyambar tas yang terletak diatas meja.

Sri bangun dari duduknya dengan malas, "Hmm kenapa coba itu si menel ikut-ikut an." gerutu Sri melihat kejadian tadi di kantin.

"Najis caper banget." lanjut Sri ngedumel sendiri.

"Pasti mau minta follback."

"Terus modus nebeng pulang."

"Terus sok-sok imut. "

"Terus-"

"Kenapa si lu Sri?!" aku memotong semua semua dumelan yang keluar dari mulut Sri.

Sri memanyunkan bibirnya. "Gua kesel sama Alya Win!!" ujar Sri tertahan saat mengetahui kami melintasi koridor kelas Alya yaitu XI IPA 2.

Sri menarikku ke arah jendela kelas itu, "Sri! Lo ngapain sih?" bisikku kesal saat dia menarik tiba-tiba. Sri menyuruhku jangan bersuara dengan cara meletakkan satu telunjuknya dibibir. Aku mengkerutkan hindung, entah apa yang dia lakukan, dia berdiri guna mengintip kedalam kelas itu. Aku juga mengikutinya.

Ada Alya dan kelima temannya sedang mengobrol lalu diantara mereka berucap serius. "Kak Endro sama yang lain bakal balik lagi kesekolah kita Al?"

Alya mengedikkan bahu sambil memainkan kuku jarinya yang panjang dan warna-warni. "Ga tau deh, yang penting gue dah dapet nomornya."

Aku melihat Sri terlihat sangat kesal. Aneh, manusia kadang tidak terima saat apa-apa yang bukan miliknya dimiliki orang lain. Padahal baru bertemu kurang dari 24 jam. Belum 24 jam tamu wajib lapor, ehh.

Tiba-tiba lagi Sri menarikku untuk menjauh dari sana, bukan hanya Sri yang patah hati tanpa alasan yang pasti. Aku juga sebelumnya sudah patah.

Persimpangan                                                               Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang