Aku meneguk ludahku dengan susah payah dan mulai membuka lipatan kertas dengan kedua tanganku yang masih gemetaran. Mataku menelusuri kata demi kata yang aku tulis di atas kertas itu, oh tidak, aku tidak bisa membacanya di depan John dan mempermalukan diriku sendiri.
"Aku menunggumu" ucap John, memperingatiku.
Aku menatapnya melalui selembar kertas putih. Dia datar tanpa ekspresi, terkesan begitu dingin dan gelap. Aku bahkan tidak bisa memastikan apa yang sedang John rasakan saat ini, entah dia marah atau luar biasa marah.
Aku kembali menatap suratku dan memutuskan untuk membacanya. Biarlah yang terjadi setelah aku membaca surat ini aku tanggung seorang diri. Karena ini sepenuhnya adalah ketololanku.
Aku menjilat bibir bawahku dan menggenggam selembar kertas itu dengan tangan yang semakin gemetaran. Aku menarik nafas dalam-dalam lalu bibirku terbuka untuk mengucapkan sepenggal kalimat pertama yang aku tulis di sana, "Dear, Mr Gage...."
"I've dream about you," sekujur tubuhku menjadi panas dingin, "To have me exposed and bare. To let those sensations take control of me and just make me feel and not resist,"
Aku memberanikan diri untuk menatap John. Pria itu masih pada posisi yang sama dengan wajah yang sama, menunggu aku menyelesaikan perintahnya membaca surat ini.
"When i thinking about you i already slipperry and wet. I really want to see how this plays out because i have deep desire to know how much my body can take."
Kedua pahaku merapat. Aku kesulitan bernafas saat melihat kalimat terakhir pada surat yang harus keluar dari bibirku. Astaga, siapa aku pada saat malam tahun baru? Inikah Tamara Kelsey yang sesungguhnya, kotor dan nakal.
"Aku tidak memintamu berhenti, young lady"
Aku menggigit bibir bawahku tak sanggup untuk melanjutkan. Tapi John memberikan perintahnya, ia ingin agar aku menyelesaikan tugas ini segera. Mataku terpejam namun bibirku terbuka untuk mengucapkan kalimat terakhir pada surat yang aku baca, "Make me yours Jonathan, and then i ready to be chained for you. Pretty please, T.K"
Tanganku meremas surat itu hingga tak berbentuk sementara mataku masih terpejam. Aku malu tapi aku juga merasa lega telah menyampaikan isi dari surat ini kepada John. Sekarang dia sudah tahu betapa besar keinginanku untuk menjadi mainannya. Aku tidak lagi berharap John akan menerimaku, dia tidak memakiku saja itu sudah cukup.
Aliran darahku membeku ketika aku mendengar suara derap langkah John yang mendekatiku. Ia menghampiriku dan aromanya tercium semakin jelas menyiksa hidungku.
"Open your eyes" nafas John yang terasa hangat dan berbau mint menerpa sisi wajahku. Aku langsung membuka kedua mataku dengan menahan rasa malu yang tidak sanggup aku tanggung lebih banyak lagi.
"Mr Gage, aku minta maaf untuk-"
John menyelaku. Ia melarikan jari telunjuknya ke daguku dan memberikan tekanan di sana sehingga bibir bawahku terbuka, "Just call me John, what's yours?"
"Ta-tamara, Tamara Kelsey"
Sudut bibir John terangkat naik lalu ia berkata, "Tamara Kelsey, you belong to me right now"
A-apa?
Belum sempat aku bertanya maksud dari ucapannya John sudah lebih dulu menyerang bibirku. Ia menciumku dengan kasar, menggigit dan menyesap kuat bibirku sehingga aku kehilangan akal. Tangan John meremas tengkukku, ia menahan kepalaku untuk tetap berada di tempat dan tidak membiarkan bibirku bergerak lebih unggul.
Tubuhku meremang oleh ciuman yang panas itu dan aku tenggelam. Aku menarik nafas di dalam mulut John karena dia tidak membiarkan bibirku lepas sedikit pun dari hisapannya. Lidahnya menyentuh lidahku, membelai rongga mulutku kemudian dia mendadak menarik tengkukku ke belakang sehingga ciuman kami yang panas terlepas dan berakhir begitu saja.
Aku menelan ludahku dengan susah payah. Nafasku sama buruknya dengan John, tapi dia masih terlihat begitu tenang dan terkendali sementara aku sudah hancur berantakan luar dan dalam.
John menelusuri leherku dengan jemarinya sebelum ia mencengkeram erat rahangku dan berkata, "Aku punya harapan yang besar kepadamu Kelsey, jangan pernah membuat Tuanmu kecewa" cengkeraman John tidak terasa sakit tapi dengan cengkeraman itu John secara tidak langsung menyampaikan bahwa mulai sekarang aku ada di bawah kendalinya. Sesuatu yang aku nantikan sejak lama.
Mataku mulai berkaca-kaca. Aku menginginkan John sejak lama bahkan hidupku nyaris kacau karenanya. Fantasi liar yang aku pikir akan selamanya terpendam kini akan terwujud, dan fantasi itu diwujudkan sendiri oleh pria yang ada di dalamnya, Jonathan Gage akan menjadi Tuanku.
"Aku suka air mata, Kelsey" bisik John sambil menyapukan ibu jarinya ada pipiku yang basah, "Tapi air mata ini tidak dibutuhkan untuk sekarang, berhentilah menangis aku akan mengantarmu pulang" Lanjut John.
Dahiku berkerut dalam, apa? Pulang? Aku pikir John akan melakukan sesuatu kepadaku malam ini juga.
Melihat kebingungan yang ada di wajahku, John tersenyum miring. Ia mengusap lembut pipiku dengan ibu jarinya dan menatapku dengan binar geli yang tidak ia sembunyikan, "Not now, sweet stuff. Kau belum sepenuhnya siap untuk itu" ucapnya.
"Yes, Mr Gage-" John menatapku dengan satu alis yang terangkat dan aku langsung menyadari kesalahan yang baru saja aku perbuat, "I mean....John"
John tersenyum puas lalu menjauh dariku. Batinku mendesah kecewa tapi sesuatu dari dalam diriku membisikkan sebuah kalimat yang indah,
Tinggal satu malam lagi Tamara, penantianmu hanya tinggal satu malam lagi!
- TBC -
Aku saranin kalian pasang tema warna item deh pas baca cerita ini, feelnya lebih dapet.
Vote+comment for next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Owned By John (Completed)
RomantikMusim panas tak sepanas Billionaire tampan yang menjadi pembicara pada acara seminar di kampusnya. Tajam, gelap, ambisius, dan dominan itulah yang Tamara Kelsey pikirkan tentang John Gage. Tamara butuh pria seperti John dan ingin sisi dominan pria i...