Aku menyusuri senja di pantaimu yang biru. Menyaksikan debur ombak dan juga angin yang berembus pilu. Sekian lama kita tidak pernah bertemu. Apa bayang-bayangku memenuhi selasar memorimu?
Aku menunggumu duduk di antara langit yang mulai menghitam. Memandang jauh menerawang. Mengingat kisah pertama kali kita dipertemukan. Sungguh skenario Tuhan yang tidak pernah kuduga dan tak akan bisa kuduga.
Sudah cukup aku menunggumu sampai beku tubuhku diterpa angin pantai. Mungkin ini adalah jawaban semu yang kuterima hari ini. Lalu, aku beranjak pergi dari bangku yang sedari tadi kududuki. Melangkah pasti meninggalkan pantai ini. Menuju tempat dimana aku bisa berserah diri.
Sesekali aku menengok ke belakang. Memastikanmu sedang berlari menyusul. Nyatanya hanya ada beberapa orang lain yang turut berjalan mengumpul. Sudahlah, ini belum waktunya untuk kita berkumpul. Mungkin dilain waktu, kesempatan akan terlebih dahulu merangkul.
Pagi hari, 1 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Waktu
Teen FictionSebuah ungkapan perasaan yang kutulis dan kuabadikan dalam sebuah tulisan. Kuharap tulisan ini mampu mewakili rasa hatiku dan rasa hati kalian ya🙂 Ikuti aku di instagram @tenina8 dan @pojok.diksi Mit liebe Teni