Setelah perpisahan itu, batang hidungmu tak lagi kau tampakkan. Tak pernah juga kudengar kabarmu dari beberapa teman. Kemana sejatinya kau pergi? Tak tahukah kamu, aku di sini menunggu kepulanganmu, menanti dengan rasaku yang tetap sama meski kau sudah pergi tanpa secuil pun kejelasan. Aku di sini rindu, sangat rindu padamu. Hidup terasa berjalan lebih lama, ketika perasaanku tak bahagia. Kamu harus sadar bahwa kamu salah satu yang membuatku bahagia. Maka dari itu kembalilah pulang, aku menunggu kehadiranmu.
Sore ini akan menjadi sore-sore seperti sebelumnya. Bedanya, aku kini tengah berada di tempat kita terakhir bertemu. Entah mengapa hatiku seolah berkata kamu akan kembali sore ini, di tempat ini. Tidak biasanya aku menuruti kata hatiku, tapi saat ini entah mengapa dia mampu menyakinkanku sejauh ini. Kamu tahu bahwa di sini sepi, tidakkah kamu mau untuk menemaniku di sini mengantar sang mentari yang ingin kembali. Katamu aku adalah seseorang yang istimewa, makanya kamu membawaku kemari, tapi untuk apa berada di tempat indah dan seramai ini, jika pada akhirnya tetap sama tak ada kamu di sini dengan hati yang tetap dirundung sepi.
Aku bersiap meninggalkan tempat yang sudah gelap ini. Tidak mau aku berada di tempat yang menambah sesak dada ini. Aku berjalan dan masih terus berjalan hingga langkah kakiku terhenti ketika seseorang menabrakku dengan kerasnya. Dalam sekejap aku sudah terduduk di tanah, kulihat sebuah tangan terulur hendak membantuku berdiri. Dengan segera juga aku menerima uluran tangannya. Tunggu, sepertinya aku mengenal sentuhan ini.
Setelah mampu berdiri, tak sadar aku menatap dua bola mata lelaki itu dengan tatapan penuh arti. Ia hanya diam tak bersuara. Perlahan, ia mulai melepas topi hitam yang ia kenakan disusul dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Kurasa kata hatiku kini benar, tanpa menunggu lama kulingkarkan kedua tanganku pada tubuh laki-laki itu. Kerinduan hatiku yang selama ini kurasakan, telah terbayarkan karena kehadiranmu. Hatiku yang selama ini gersang kembali segar bak tersiram air hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Waktu
Novela JuvenilSebuah ungkapan perasaan yang kutulis dan kuabadikan dalam sebuah tulisan. Kuharap tulisan ini mampu mewakili rasa hatiku dan rasa hati kalian ya🙂 Ikuti aku di instagram @tenina8 dan @pojok.diksi Mit liebe Teni