Tuan Telah Berpuan

19 9 2
                                    

Tuan telah mampu mencuri hatiku sejak awal. Bodohnya tak ada ruang yang kusisakan untuk orang lain datang, sehingga ketika kau pergi, ruang itu tak akan bisa terisi orang. Sejatinya pikiranku masih waras, logikaku masih berjalan, tapi mengapa harapan tetap kulambungkan padamu seorang?

Kita semua tahu berharap pada manusia adalah suatu kesia-siaan. Meskipun begitu, aku tetap menanam harapan itu hingga tumbuh subur. Hingga suatu waktu, harapan-harapanku ciut melihatmu, tuan, berdampingan dengan puanmu yang selama ini tak kutemukan. Aku memang jauh dibanding puanmu dari berbagai segi. Tapi tidakkah tuan melihat hatiku sebagai satu-satunya hati yang tulus mencintai tuan dari zaman tuan tidak memiliki apa-apa sampai kini jadi jutawan.

Sudah dari orok tuan menganggapku sebagai teman, tapi aku tak merasa kecil nyali untuk selalu dekat denganmu. Aku selalu memanfaatkan kesempatan yang ada untuk selangkah lebih dekat. Demi bersamaa tuan, aku rela membuang waktuku untuk menunggu, padahal aku adalah tipe orang yang bosan menunggu. Tapi menunggu tuan adalah kebosanan yang mengundang sejuta ketertarikan.

Rupanya dari dulu hasilnya tetap sama, tuan tetap tidak memiliki rasa ketertarikan padaku barang secuil pun. Justru tuan kini dengan jelasnya menampakkan kehadiran puan di depan mata kepalaku. Seketika itu pula jurang di antara tuan dan aku menjadi semakin dalam ketika puan itu datang membawa hati tuan yang selama ini aku idam-idamkan.

Perjalanan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang