D*rkS*de*11*

1.2K 117 113
                                    

Happy Reading
.
.
.

Hyunjin melepas kacamata hitamnya begitu melihat sang adik didampingi seorang polisi. "Kau lama sekali!" Hyunjin memutar bola matanya dan menyodorkan sebuah jaket pada Jeongin.

Jeongin mengambil jaket tersebut dan memakainya, kedua kakak beradik itu berjalan pergi dari kantor kepolisian dengan santai lalu masuk kedalam mobil.

"Payah!"

Jeongin mendecik mendengar ucapan Hyunjin. Hyunjin menginjak pedal gasnya, membuat mobil melaju dengan kecepatan sedang.

Uang bisa melakukan apapun, dengan memberi uang jaminan serta uang suap. Hyunjin bisa membebaskan adik bodohnya itu, di tambah lagi ia juga menyewa pengacara dengan kemapuan tidak bisa di ragukan.

Dengan mudahnya Jeongin bebas dengan alasan masih dibawah umur. Cih, Hyunjin rasanya ingin menertawakan politik serta hukum jaman sekarang.

Orang-orang miskin semakin di injak dan orang kaya semakin di untungkan. Hyunjin menggedikan bahu karna pemikirannya sendiri, toh. Ia juga di untungkan dengan hukum itu.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang?"

Jeongin tetap diam, mata tajamnya tersirat penuh amarah dan dendam. "Membunuh!" Hyunjin mendengus pasrah. Padahal ia berharap Jeongin berhenti lalu mereka pindah keluar negri dan membunuh lagi disana.

Hmmm, ide yang bagus kan?

"Berhenti!" Hyunjin menginjak pedal Remnya mendadak. Jeongin tanpa berkata apapun membuka pintu mobil dan keluar, Hyunjin menghela nafas. "Sial, anak itu butuh pengendalian emosi!"

.
.
.

Jeongin memandang tajam, pada rumah yang sedari tadi menjadi incarannya. Tanpa pikir panjang Jeongin melangkahkan kakinya, mengendap-endap memasuki rumah lewat jendela.

Jeongin menelusuri setiap lorong dan tangga, keadaan rumah benar-benae hening. "Mph~" Hingga tanpa sengaja telinga Jeongin menangkap sebuah suara.

Suara ketika seseorang melenguh dalam ciuman. Tangan Jeongin mengepal, diam-diam ia mengintip dari celah pintu kamar.

Terlihat Woojin yang mengungkung Bangchan di ranjang. Keduanya berciuman panas, Jeongin mendecih pelan kemudian menyeringai.

Dengan sengaja Jeongin berjalan pelan lalu mendorong pintu hingga menimbulkan sebuah suara pintu kayu di geser.

Woojin dan Bangchan langsung terdiam kemudian saling memandang. "Tunggu disini!" Bangchan menggeleng, ia mengancingkan pakaiannya. "aku ikut!"

Woojin mengangguk, mereka berdua berjalan pelan untuk memastikan apakah ada penyusup. Perlahan Woojin membuka pintu dan melangkahkan kakinya keluar kamar.

"Tidak ada apa-apa mungkin hanya an-"

//PRANG!

Bangchan tersentak kaget, Woojin meringis memenggangi kepalanya yang di hantam oleh sebuah kursi kayu. "You Miss me?" Jeongin menyeringai.

Bangchan mengepalkan tangannya, Ia melirih Woojin yang sepertinya sudah pingsan. "Seharusnya aku sendiri yang membunuh mu!" Ucap Bangchan sembari memasang tinjunya.

Jeongin langsung berlari menyerangnya, Bangchan dengan cepat menghindari. Terjadi pertarungan sengit di antara mereka.

Bangchan memberikan perlawanan kuat. Ia memukul perut dan wajah Jeongin berkali-kali. Menghancurkan wajah tampan Jeongin.

Jeongin menendang perut Bangchan. Membuat pemuda Bang itu terdorong kuat, Jeongin memanfaatkan kesempatan ini.

Ia meraih Potongan kaki dari kursi kayu yang rusak. Mengangkatnya tinggi-tinggi dan langsung menghantamkannya pada kepala Bangchan.

[5]🌷DarkSide|[JeongChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang