D*rkS*de*10*

1.1K 117 44
                                    

Happy Reading
.
.
.

Tidak ada yang bisa di percaya di dunia ini. Itu sebabnya Bangchan memilih hanya mempercayai instingnya.

Karna sejauh ini, Bangchan belum terhianati karna itu. Jadi dengan keyakinan 100 persen. Bangchan memutuskan untuk mengikuti pemuda itu.

Dengan banyak pelatihan, Bangchan tentunya terlatih untuk mengendap-endap tanpa menimbulkan kecurigaan. Bangchan bahkan melepas sepatunya agar suara langkahnya tidak terdengar oleh siapapun.

Lorong apartemen ini sunyi, Bangchan benar-benar bisa mendengar suara langkah si rambut mereka dengan jelas. Astaga Bangchan lupa jika rambutnya juga berwarna merah.

Dengan malu Bangchan menepuk dahinya dan kembali mengendap-endap. Lama-kelamaan suara langkah itu menjadi larian, orang itu bahkan bersiul.

Bangchan ikut berlari. Suasana menjadi mencekam seketika, Bangchan mulai panik melihat orang itu mengetuk-ngetuk pintu yang Jisung masuki.

Ada apa ini?! Siapa orang itu?! Apa yang ia akan lakuka pada Jisung?!

"Jisung~~ Han-ie hyung~ keluarlah...."

Samar-samar Bangchan bisa mendengar suara orang itu. Beberapa kali terdengar tidak jelas, dan membingungkan.

"P-pergi jeongin!" Namun teriakan Jisung terdengar jelas. Bangchan kini tau pemuda itu bernama Jeongin.

Bangchan mengumpat begitu jeongin masuk ke apartemen jisung dan menutup pintu. Bangchan segera berlari kesana, merogoh sebuah penjepit kertas dan membengkokkan nya. Untuk membuka pintu.

Dahi Bangchan berkeringat, ia bersorak senang dalam hati begitu pintu terbuka, Tampa pikir panjang Bangchan langsung masuk.

Matanya menjelajah ke setiap ruangan. Hingga telinganya menangkap suara ribut air, Bangchan langsung berlari ke arah kamar mandi.

Mengintip dari celah pintu, menyaksikan bagaimana Jisung kehabisan nafas dan tidak lagi bergerak. Kaki Bangchan lemas seketika.

Orang yang ia cari selama ini telah mati di bunuh. Bangchan mengepalkan tangannya, menatap orang yang tersenyum setelah membunuh adiknya dengan seksama.

Mengingat-ingat wajah hina orang itu. Bangchan akan membalas semuanya. Dengan berat hati Bangchan berjalan pergi dari apartemen itu dan diam di belokan lorong, bersembunyi di balik tembok.

Bangchan mengusap sudut matanya yang basah, ia tidak boleh terlihat lemah. "Jeongin." Gumam Bangchan dengan sangat pelan.

Terdengar suara siulan, Bangchan memerhatikan bayangan jeongin mulai mendekat dan ketika matanya sudah melihat sosok jeongin.

Bangchan memasang senyum, ramahnya.

"Ah jeongin? Apa yang kau lakukan disini?" Sapa Bangchan. Jika ingin membalas dendam, hal yang perlu Chan lakukan adalah mendapat banyak informasi pribadi maupun non pribadi.

Jeongin nampak bingung sesaat, namun segera mengubah ekspresinya. "Aku baru menjenguk teman ku, kau sendiri emmm?"

Bangchan tersenyum tipis. "Kau tidak mengenalku? Padahal kita satu sekolah."

Jika Bangchan perhatikan, Jeongin sepertinya masih SMA. Pemuda itu juga manipulatif dan pintar berakting.

Cih, dasar psychopath.

Jeongin memasang senyum tak enak sembari mengusap lehernya, "Ma-maaf Hyung, aku lupa, otak ku penuh dengan pelajaran sekarang." Bangchan terkekeh pelan, tangannya terangkat untuk menepuk pundak jeongin.

[5]🌷DarkSide|[JeongChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang