Happy reading
.
.
.
.
.
."Kau yakin ingin pulang?"
Chan mengangguk yakin,membenarkan tali sepatunya kemudian menatap sang lawan bicara.Woojin memberi sebuah jaket pada Chan yang tentu mengundang tatapan heran namun tak menolak.
Chan justru sangat berterima kasih untuk jaketnya, karna malam ini sangat dingin."Iya, terimakasih sudah mau membantuku woojin." Woojin tersenyum,memberi Chan pelukan. "Ini sudah malam,berhati-hatilah padanya." Chan membalas pelukan woojin.
Malam ini begitu sunyi,suara hewan malam terasa mendominasi. "Aku ingin jisung mendapat keadilanya woo." Woojin mengangguk,mengeratkan pelukanya pada Chan.
Setelahnya,Chan melepaskan pelukan mereka, menyingkapkan lengan bajunya untuk melihat jam tanganya. "Ada yang menungguku di rumah woo." Chan tersenyum miring.
Woojin menatap khawatir.
"berhati-hatilah,aku disini untukmu."Satu anggukan Chan berikan,berlari menjauh dari woojin yang menatap kepergianya dengan khawatir.
Bulan sempurna terlihat indah di atas sana,Chan menguatkan hatinya agar berani.Jeongin harus mengakui semuanya, mengakui bahwa dialah yang telah membunuh jisung adiknya.
Mengambil sebuah tarikan nafas,Chan memutar knop pintunya. Suara derit pintu terdengar mencekam.
Chan masuk ke rumahnya, sepi.tidak ada siapapun karna orang tua Chan sudah tidak ada.... Mereka ia membuangnya.
"Tidak kusangka jisung punya seorang kakak!" Suara yang terdengar tepat setelah lampunya menyala,Chan tersentak kaget namun sedetik kemudian mengatur kembali ekspresi datarnya. Dia tidak boleh takut!.
"Jeongin." Kata yang terucap dari mulut chan ini seakan menggema diseluruh ruangan, jeongin menyeringai. Berjalan mendekat dengan kedua tanganya yang dimasukan dalam saku jaket.
"Kau menolak tawaranku,itu sama saja dengan menolak hidup Chan."
Chan mendengus,tatapanya mengejek. "Kau hanya orang lemah dimata ku jeongin, sopan santunmu bahkan rendah!" Jeongin menyeringai.
"Baiklah,maaf hyungie."
Ia suka ini, kali pertama ada seseorang yang merendahkanya ,kali pertama ada korban yang tidak takut dengan dirinya.kali pertama seseorang menatapnya dengan menantang...
Chan berbeda!
"Kau!satu-satunya orang yang berani berkata seperti itu...." jeongin memojokan Chan pada pintu. Menaruh tangan tangan kirinya di sebelah kepala Chan. Tatapanya mengintimidasi.
Chan menelan ludahnya, ia paling benci berdekatan seperti ini dengan orang asing. "Menjauh." Didorongnya dada jeongin dengan kuat.
Pemuda Yang itu sedikit mundur, persekian detik kemudian tangan kiri jeongin ia malah mencengkram kedua tangan Chan di atas kepala. "Kau takut? Dimana sifat sok beranimu tadi hyung!"
Jeongin menyeringai, tatapan keduanya tidak terlepas. "Kau mencari masalah denganku, itu berarti kau tidak ingin hidup lagi!"
Chan memiringkan wajahnya, dinginya besi tajam menyentuh lehernya. "Kau membunuh adiku bajingan! Itu berarti kau harus bertanggung jawab! jangan lari seperti pengecut!" Chan menyeringai.
Rahang jeongin mengeras, menjauhkan pisaunya dari leher chan. "Satu kesempatan lagi!hyung, akan kubiarkan kau lari sejauh mungkin,
Chan. Dan jangan tertangkap olehku!" Mata rubah jeongin menelisik ekspresi Chan.Chan terkekeh lucu,menatap tanpa takut pada jeongin. "Sayang sekali, aku lebih suka melawan dari pada lari!"
Satu pukulan mendarat di rahang jeongin, pemuda itu tersungkur ke lantai.
Chan langsung menindihnya,
mencengkram kerah jaket jeongin. "Atau kau yang takut padaku huh?! Jeongin." Chan kembali melayangkan pukulanya.Beberapa kali, jeongin tidak melawan, seakan menerima semua pukulan itu dengan senang hati. "Kau harus bertanggung jawab sialan!"
Pukulan Chan semakin brutal,meluapkan semua dendamnya pada sebuah kepala tangan.
Hidung Jeongin berdarah, banyak bekas pukulan yang membiru di wajahnya, sudut bibir pemuda yang itu bahkan sedikit sobek.
"Mhhp!" Chan mencengkram tangan seseorang yang membekamnya dengan sapu tangan dari belakang,sial. Dirinya terlalu sibuk memukul hingga tidak menyadari kalau seseorang datang dari belakang.
Dan kini pandangan Chan mulai memburam, kepalanya pusing menghirup bau obat bius dari sapu tangan itu. Hingga cengkraman Chan terjatuh seiring dengan kesadaranya yang hilang.
"Tidak kusangka,kau dipukuli pemuda seperti ini?! Cih.memalukan," orang itu mengangkat Chan seperti karung beras.
Jeongin mengusap sudut bibirnya yang berdarah,
"kau terlalu lama datang hyung,kupikir otak berkaratmu itu sudah lupa rencananya."Hyunjin mendecih. "Salahmu tidak memberi tau kapan aku harus datang sialan! Seharusnya aku tidak datang saja, dan membiarkanmu mati di pukuli pemuda ini. Memalukan!"
Jeongin memberi senyuman pada kakaknya itu. "Hyunjin hyung, kau yang mengajariku untuk mengalah sebelum menang kan?!" Dia berdiri, meregangkan tubuhnya sebentar. "Ini salah satu bagian dari rencanaku!"
Hyunjin memutar matanya,dia menyesal mengajari adiknya ini. Meski tidak sepenuhnya menyesal sih,Hyunjin hanya kesal jeongin ternyata lebih licik darinya.
"Dan aku belum mau menyakiti mainan baruku hyungie."
Jeongin menyeringai."belum? Ahh kau akan melakukanya disana?!" Jeongin mengangguk, mereka berdua berjalan menuju mobil hyunjin yang terparkir tak jauh dari rumah Chan.
"Apa, yang akan adik manisku ini lakukan pada mainan barunya hm?" Hyunjin menidurkan Bangchan di jok belakang.
Menutup pintu mobilnya,kemudian berjalan menuju jok depan untuk mengemudi dan duduk disana,dengan jeongin di sebelahnya yang menyeringai.
"Sesuatu yang sering kau lakukan..." jeongin mengelap pisaunya menggunakan tisu yang tersedia di mobil.
Hyunjin menaikan sebelah alisnya tanda dia bingung. Hyunjin sudah melakukan banyak penyiksaan maupun pembunuhan, jadi dirinya bingung menebak apa yang akan jeongin contoh.
"Penyiksaan secara sexsual."
Kedua Yang bersaudara itu saling bertatapan, Hyunjin menyeringai senang.
"Adik manisku sudah besar!"
.
.
.TBC
AHAAAAA :3
ada yang nungguin work ini?
Next Chap NC or Nah?SILAHKAN
VOTMEN!
KAMU SEDANG MEMBACA
[5]🌷DarkSide|[JeongChan]
FanfictionEveryone have a some darkside in they heart. Dom;Jeongin sub;Chan Not for children please. 🔞!!! Au