D*rkS*de*5*

2K 211 57
                                    

Happy reading
.
.
.
.


"Sialan! Jalang sialan!"

Hyunjin memutar bola matanya malas melihat jeongin yang melempar barang-barang dengan brutal.

"Kau lebih payah dari yang kuduga Jeong~"

Hyujin menjilat permenya, masih dengan tatapan malas yang ia layangkan pada jeongin yang masih meluapkan emosinya dengan melempar bebetapa vas bunga diiringi beberapa umpatan.

"Diamlah hyung! Aku bisa membunuhmu disini!" Jeongin mengusak rambutnya dengan kasar.

Mengingat kembali kejadian tadi siang membuatnya kesal, hasrat untuk membunuh Chan semakin Kuat, jeongin ingin pemuda itu bertekuk lutut di bawahnya.

"Harus ku akui, Bangchan itu cukup hebat bisa membuatmu teransang ahahahaha."

Tangan jeongin terkepal kuat. Hyunjin menyeringai. Jeongin masih terlalu muda.

Emosinya sangat mudah di permainkan dan di pancing.

Dan itu yang membuatnya berbahaya.

"Dengar jeong, aku sudah membunuh Changbin untuk bisa mendapatkan Felix! Dan kau telah membunuh jisung agar bisa mendapatkan seungmin...."

Hyunjin menghampiri adiknya yang tengah memukul-mukul tembok. "Jadi apa yang ku ajarkan padamu untuk memusnahkan pengganggu hm?" Sebilah pisau menempel di leher jeongin.

Seketika senyum jeongin merekah. Sangat menyeramkan.

Tanganya mengambil pisau itu dari hyunjin. Kemudian memerhatikan pantulan wajahnya sendiri dari dalam pisau itu.

"Bunuh dia malam ini... jangan biarkan parasit itu mengacaukan kerja keras kita jeong~"

"Kita sudah bersusah payah mengambil aset ini, selalu lepas dari jeratan hukum dan pemerintah, kita berkuasa! Tapi tidak jika ada Bangchan!."

Hyunjin menepuk bahu adiknya. "Karna jika dia masih hidup, aku tidak yakin kita bisa lepas dari jeratan hukum kali ini..."

Hyunjin keluar dari kamar berantakan jeongin. Dirinya butuh sebotol wine dan beberapa kesenangan.

Jeongin mendecih, "Wah, Christopher Bang. Sepertinya kau sangat berbahaya bagi keluargaku."

Jeongin menepuk dahinya. "Oh aku lupa, keluargaku hanya tersisa hyunjin ahahaha. Hahh... aku penasaran apakah ayah dan ibu sudah sampai di jerman."

.
.
.
.

"Where you going woo?" Tanya Chan sembari mengubah posisinya menjadi duduk. Ringisan kecil keluar dari mulut Chan, ia menarik selimut sedikit ke atas agar menutupi bagian nipplenya yang membengkak dan merah.

Sekedar informasi, dirinya tengah telanjang saat ini. Berbeda dengan woojin yang sudah berpakaian lengkap dan rapih.

Woojin tersenyum tipis dan menghampiri chan kemudian duduk di sebelah kekasihnya. Menyatukan bibir keduanya dan memberi sedikit lumatan.

Hingga tanpa sadar selimut Chan kembali melorot dan tak menutupi dadanya lagi. Yasudah toh tidak akan apa-apa, woojin juga sudah sering melihatnya telanjang.

Dan lagipula woojin yang membuatnya telanjang.

Ciuman keduanya berakhir. "Akhir-akhir ini aku melihat Hyunjin berada di Bar Vactory, soo you know..."

"Wait! 'Akhir-akhir ini' apa itu berarti kau sering pergi ke bar?!"

Woojin mengusap tengkuknya dengan canggung. "Beberapa kali." Chan menatapnya dengan kesal seakan woojin berselingkuh. "trust me babe, aku tidak macam-macam. Hanya pergi ke bar untuk mencari informasi."

"Informasi untuk berapa jalang huh?!"

Woojin memutar matanya , dia tau Chan hanya cemburu tapi sungguh Woojin tidak akan pernah mengkhianati Chan. "Come on Chan, hanya kau jalangku eheheheh!"

Chan mendengus, menepak pelan sesuatu dia antara selangkang Woojin dengan agak kuat. "Ouh babe!" Woojin mengerang pelan.

Chan terkekeh jahil. "Just go." Woojin mengangguk, mengusak surai Chan dengan gemas."Kau akan berterimakasih padaku nanti."

"whatever! aku akan pulang sebentar. Kau berhati-hatilah."

Woojin mengangguk, ia mencubit sekilas nipple Chan yang membengkak. "Aw!" Chan terpekik kemudian memegangi nipple kananya yang di cubit woojin.

Woojin terkekeh. "Bye babe!" Memakai topi hitam miliknya kemudian keluar dari kamar itu. Meninggalkan Chan sendirian.

Dengan begitu banyak hickey dan rasa pegal serta ngilu di bagian bawahnya.

Chan melirik kedua nipple yang membengkak dan lecet. "Owh, lets found some... plester, untuk kalian berdua uhuhuhu :( ."

.
.
.
.
.
.

Woojin menyeringai ketika matanya melihat Hyunjin yang tengah mabuk berat di depan meja Bar.

Well, Woojin memang bukan orang yang sering datang kesini. Woojin lebih suka berada di rumah, tidur di atas ranjangnya yang empuk, segelas kopi di atas nakas dan Chan di sebelahnya.

Ouh. Moment favorit Woojin.

"Vodka, tuan?" Tawar sang bartender ketika Woojin duduk di salah satu kursi mejanya.

Tepatnya di sebalah hyunjin yang mabuk berat. "Oh, No! thanks." Tolak Woojin,
Dirinya disini hanya untuk informasi.

"Hey, sweet. Apa kita pernah bertemu hmm?" Woojin mengekus lekukan pinggul hyunjin menggunakan jari telunjuknya. Hyunjin terkekeh pelan, "hicc, tanganmu akan hancur karna menyentuhku tuan~ ahahahahah hicc!"

Woojin menyeringai sekejap kemudia berpura-pura gugup karna tindaknya. "Apakah kau akan menghancurkan tangan seseorang malam ini cuttie? Atau kau ingin aku menghancurkanya untukmu hm."

Hyunjin menggeleng, menghabiskan minumnya dalam sekali teguk. "Ah! Tidak, tidak! Bukan aku ahahahah hicc, adiku yang akan melakuknya hicc hmmm~ dia hiccup akan membuat si rambut merah berdarah ahahahahah!"

Hyunjin mulai tidak terkendali, semakin banyak minuman dengan kadar alkohol tinggi yang dia habisnya. "Dia hebat hiccup, ibu~ ayah~ apa kalian sudah sampai dijerman hiccup. Maaf, jinnie tidak bisa mengantarkan kalian secara utuh hicc. Jinnie kehilangan salah satu jari ibu ahahahahah!"

Woojin seketika bangkit dari duduknya kemudia keluar dari bar. Merogoh ponselnya dalam saku celana kemudian mencari kontak kekasihnya.

Namun malah ada getaran lain di dalam saku jaketnya. Ponsel Chan ada di dalam saku jaketnya ini.

"Sial!" Woojin penepuk dahinya. Berlari sekuat tenaga dan berharap ia tidak akan terlambat ketika sampai di rumah.

'Aku akan pulang sebentar. Kau berhati-hatilah.'

"Chan, kumohon. Jangan pergi dari rumahku!" Gumam Woojin sembari terus berlari. Berharap Chan berubah pikiran dan menetap dirumahnya.

'Si rambut merah akan berdarah.'

Karna Woojin yakin...

Jeongin telah ada didalam rumah Chan. Menunggu kepulangan Chan dan akan membunuhnya ketika ada kesempatan.

Sementara Chan sendiri...

Entahlah, Woojin tidak pernah bisa menebak isi pikiran kekasihnya itu.

Terkadang perilaku bangchan tidak bisa ditebak.

Semoga saja,apa yang Woojin pikirkan tidak akan terjadi.
.
.
.
.
.

TBC

:")





[5]🌷DarkSide|[JeongChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang