06

7.5K 858 60
                                    

“a+b+c = 8. Lan Zhan aku bisa menyelesaikannya.” Wei Wuxian menunjukan kertas hasil coret-coretannya pada Lan Wangji, ia sangat bangga bisa menyelesaikan soal matematika di buku yang ia temukan di rumah Lan Qiren beberapa bulan yang lalu. Lan Wangji sedikit mengalihkan fokusnya dari komputer dan mengelus kepala Wei Wuxian yang duduk di seberang mejanya.

Syukurlah Wei Wuxian mulai melupakan kebiasaan menonton acara siksa kubur atau sinetron ikan terbang, setidaknya kebiasaan barunya kali ini cenderung lebih positif. Lan Wangji sungguh bangga dengan selera Emes. Lan Wangji kembali fokus pada pekerjaannya dan mulai berkutat dengan komputernya kembali.

“Ehm Hwan Zan ini imana?” Tanya Wei Wuxian sambil menunjukan kembali salah satu soal yang menurutnya sedikit rumit sambil memakan pisang. Lan Wangji berdehem sebentar untuk fokus kembali pada soal yang Wei Wuxian tunjukan bukan pada pisang yang entah kenapa tidak digigit-gigit.

“Ekhm ini..” Lan Wangji menjelaskan dengan ringkas sambil sesekali melirik pisang yang masih menggelantung di mulut seksi nan menggoda milik istrinya. Untungnya Wei Wuxian ini kategori orang yang jika dijelaskan langsung mengerti, jadi Lan Wangji tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Tapi biasanya Wei Wuxian akan bertanya ‘Kenapa tidak pakai rumus ini? Jika di kombinasi dengan ini hasilnya akan bla bla bla..’ dan disitulah biasanya Lan Wangji akan menjelaskan dan berbicara lebih banyak.

“Mengerti?” Tanya Lan Wangji gemas menatap pisang yang tak di kunjung digigit.

“Ehm.” Wei Wuxian mengangguk dan kembali fokus pada soal matematikanya.

“Wei Ying.” Panggil Lan Wangji mulai tak tahan. Wei Wuxian mendongak menatap wajah tampan sang suami.

“Gigit.” Lan Wangji memegangi pisang dan menyuruh Wei Wuxian segera menggigitnya. Wei Wuxian menatap Lan Wangji aneh tapi ia tetap menurut menggit pisang dan mengunyahnya. Sisanya dengan cepat Lan Wangji makan hingga habis.

“Lan Zhan, aku tidak bisa berkonsentrasi jika tidak ada makanan di mulutku.” Rengek Wei Wuxian sambil memanyunkan bibirnya. Lagi asik-asik menikmati sensai rasa pisang dimulutnya, malah di ganggu.

“Tidak baik.” Ucap Lan Wangji setelah menelan semua pisang yang berada di mulutnya. Wei Wuxian mengeryit, apanya yang tidak baik? Perasaan, Lan Wangji dan dokter kandungannya yang menyarankannya banyak makan buah dan pisang bukan salah satu buah yang di pantang.

“Apanya yang tidak baik?” Lan Wangji menarik napasnya panjang. Haruskah ia menjelaskan apa yang ada di otaknya sekarang? Disini? Detik ini juga?

“Lan Zhan jawab!” Desak Wei Wuxian meminta jawaban.

“Kemari.“ Panggil Lan Wangji sambil memundurkan bangku kerjanya meminta Wei Wuxian mendekatinya. Wei Wuxian bangun dari duduknya dan berjalan sambil berkacak pinggang tanda ia sedang marah dalam mode imut.

“Duduklah.” Lan Wangji menepuk-nepuk pahanya, menyuruh Wei Wuxian duduk di pangkuannya. Wei Wuxian memposisikan dirinya untuk duduk berhadap-hadapan di pangkuan Lan Wangji, karena perutnya yang semakin membesar dengan sigap Lan Wangji langsung memeluk pinggangnya.

“Lihat.” Lan Wangji menunjuk desain kamar bayi di komputernya. Yap dari tadi Wakil Presdir satu ini sibuk mencari perlengkapan bayi di online shop. Belakangan ini ia senang melihat-lihat toko perlengkapan bayi. Imut pikirnya.

“Aku mau yang mendekorasi kamarnya nanti.” Lan Wangji mengangguk menyetujuinya.

“Aku akan menghiasnya dengan boneka sa-“

“Kelinci saja.” Potong Lan Wangji cepat. Takut-takut Wei Wuxian mendekorasinya dengan hal-hal mistis.

“Ok.. cium dulu.” Manja Wei Wuxian dengan mengalungkan kedua tangannya.

“Wangji kau sudah menyiapkan dokumen untuk rap-” Panggil Lan Xichen yang begitu saja masuk tanpa mengetuk pintu dan mendapati kedua insan yang sedang saling bercumbu. Menyadari kehadiran sang kakak, Lan Wangji segera melirik tanpa melepaskan pagutan bibir mereka. Lan Wangji mengangkat jari telunjuknya menyeruh sang kakak diam.

“Aku harus keluar?” Tanya Lan Xichen tanpa suara. Lan Wangji mengedipkan matanya tanda ‘Ya’. Lan Xichen pun mengangguk dengan senyum tertahan, jujur Lan Wangji ingin sekali mengasingkan kakaknya ke planet lain detik ini juga.

“Kakak tutup pintunya.” Lan Xichen keluar tanpa suara menutup pintu. Namun belum ada 5 detik Lan Xichen menyembulkan kepalanya di pintu dan mengatakan ‘semangat’. Kesal, Lan Wangji segera melemparkan mouse komputer ke arah pintu, merasa dapat ancaman Lan Xichen segera menutup pintunya kembali. Lucnut memang kakak satu ini.

Lan Wangji kembali fokus pada bibir ranum Wei Wuxian. Wei Wuxian sendiri sebenarnya tau kehadiran Lan Xichen, tapi ia sama sekali tidak peduli dan terus mencumbu Lan Wangji. Gass teros pikirnya.

2 menit akhirnya Lan Wangji dan Wei Wuxian selesai dengan acara lumat melumat. Lan Wangji mengusap bibir ranum yang sudah sedikit membengkak itu dan menyuruh Wei Wuxian untuk turun. Wei Wuxian turun dengan napas yang masih belum stabil, ia sedikit merapikan pakaian Lan Wangji dan juga rambutnya yang berantakan akibat ulahnya.

“Aku rapat.” Ucap Lan Wangji setelah mengambil beberapa dokumen. Sebelum keluar ia mengecup kening Wei Wuxian lalu turun dan mengecup Emes, Wei Wuxian tersenyum ceria.

“Lan Zhan sebentar.” Ketika Lan Wangji hendak keluar, Wei Wuxian segera menariknya lalu berjinjit mengecup pipi Lan Wangji.

“Semangat papi kerjanya.” Ucap Wei Wuxian ceria dengan senyum dan aura keimutan yang maksimal. Oh dewa, Lan Wangji tidak kuat melihat wajah uwu Wei Wuxian. Lan Wangji dilema, antara mau bawa pulang Wei Wuxian, atau cari nafkah.

“A-Zhan rapat yuk~ A-Zhan~ Adikku sayang rapat yuk~” Panggil Lan Xichen dari luar pintu dengan nada khas anak kecil yang mengajak main temannya.

Lan Wangji mendengus kecewa dan memicing tajam kearah pintu. Demi apapun Lan Wangji ingin sekali melempar Lan Xichen ke ujung kulon, biar di emut badak tau rasa. Lan Wangji berjalan dan membuka pintu ruangannya kasar dan mendapati kakaknya di depan pintu dengan muka yang dibuat-buat menangis karena Lan Wangji sama sekali tidak menjawab ajakannya barusan.

“A-Zhan tidak seru. Adik ipar, Wanyin di ruangan ku.” Setelah mengatakan itu, Lan Xichen meninggalkan Lan Wangji begitu saja. Lan Wangji segera menutup pintu ruangannya perlahan. Lan Wangji mengelus dadanya ketika melihat wajah kakaknya tapi dalam sekejap wajah kakak iparnya tiba-tiba muncul. Lan Wangji tidak berani jika sudah berhadapan dengan kakak iparnya. Sekretaris penggantinya hanya bisa menggeleng melihat tingkah laku boss nya.

***
Setelah kepergian Lan Wangji dan Lan Xichen kelantai 5 dimana ruang rapat berada. Wei Wuxian mengambil ponsel dan segera menuju ruangan Lan Xichen yang berada satu lantai di atas ruangan Lan Wangji.

My Unique FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang