44

4.2K 623 77
                                    

Wei Wuxian membuka matanya malas dan mendengus sebal, ketika acara tidurnya harus terganggu karena suara ponsel yang terus-terusan berbunyi mengumandankan lagu kebangsaannya yaitu ‘seperti mati lampu ya sayang’. Ia meraba nakas di samping tempat tidurnya dan melihat sedikit nama si penelpon yang terus-terus mengganggunya.
 
“Shimei berisik!” Gumam Wei Wuxian dalam keadaan nyawa yang baru terkumpul 10%.
 
“WEI WUXIAN BRENGSEK! SUDAH JAM BERAPA SEKARANG? CEPAT BANGUN!” Teriak sang penelpon yang tak lain dan tak bukan adalah sang nyonya pertama Lan, Lan Wanyin.
 
“Jam 9.” Jawab Wei Wuxian dengan santainya. Ia tak tau saja orang diseberang sana sedang mencoba meredam berbagai macam umpatan-umpatan kasar dan kotor.
 
“Sudah ku duga, otak bodohmu memang akan melupakan acara hari ini.” Sabar.. sabar... Jiang Cheng memang harus banyak-banyak sabar menghadapi manusia sejenis Wei Wuxian ini. Percuma juga Jiang Cheng memaki atau marah-marah dengan Wei Wuxian, pasti Wei Wuxian juga tidak akan mengerti jika dirinya sedang marah. Ya jelas, sehari-hari Jiang Cheng saja sudah marah-marah, jadi kalo ia marah Wei Wuxian tidak pernah berpikir Jiang Cheng marah, sudah begitu memang temprament Jiang Cheng sedari lahir, seperti mak lampir.
 
“Ck! Princess glow mu akan menggrogoti meja kayu jika sampai kau terlambat. Mandi sana, ku yakin pangeran bucinmu itu sudah menyiapkan sarapan untukmu.” Jiang Cheng diam sebentar menunggu jawaban dari penerima telpon. Tapi alih-alih jawaban setuju, Jiang Cheng justru mendengar suara dengkuran Wei Wuxian yang semakin terdengar jelas.
 
“BANGSAT WEI WUXIAN! BANGUN SIALAN!” Teriak Jiang Cheng dengan kekuatan penuh hingga membuat Wei Wuxian melompat kaget karena ponselnya memang masih menempel ditelinganya.
 
“Ah telingaku! Yak nyonya Lan Wanyin, kita janjian jam 12 siang dan ini baru jam 9. Biarkan aku tidur sebentar, aku lelah melayani Lan Zhan sampai jam 4.” Keluh Wei Wuxian sambil mengusap-usap telinganya.
 
Jiang Cheng hanya berdecih dan menutup telponnya sebelah pihak. Malas mendengarkan manusia berjenis Wei Wuxian itu.
 
Pada akhirnya Wei Wuxian beranjak dari tempat tidurnya, tadinya ia ingin melanjutkan acara tidurnya untuk 1 jam kedepan. Tapi nyatanya rohnya sudah kembali ke tubuhnya berkat teriakan seorang Jiang Cheng. Gak kebayang gimana caranya Jiang Cheng dengan teriakannya itu jika membangunkan suami dan anaknya. Memang keluarga Lan Xichen harus punya asuransi kesehatan, terutama telinga mereka.
 
Gak tau aja gimana suara Jingyi kalo sehari-hari dirumah dipadukan suara Jiang Cheng.
 
Wei Wuxian berjalan keluar sambil menguap lebar dan menggaruk-garuk perutnya yang terasa gatal. Ia melihat seorang pria dewasa yang baru saja selesai menyiapkan sarapan. Ahh bahagia sekali memiliki suami seperti Lan Wangji.
 
Kalo sistem dirumah Lan Wangji tuh, kalo pagi Lan Wangji akan membuat sarapan untuk kedua kelinci kesayangannya baru berangkat kerja. Nah dari siang sampai malam biasanya pekerjaan rumah diambil alih oleh Wei Wuxian, termasuk membuat makan malam dan pelayanan malam hari.
 
Wei Wuxian berjalan mendekati sosok tinggi dengan pakaian santainya, ia mengalungkan kedua tangannya dileher Lan Wangji dari belakang dan dengan cepat melompat lalu melingkarkan kedua kakinya di pinggang Lan Wangji. Lan Wangji memang sedikit kaget dan hampir saja jatuh kebelakang, untungnya saja kakinya kuat untuk menahan bobot kedua kelinci ditubuhnya ini. iya, Sizhui tuh nemplok di depan dan Wei Wuxian dibelakang.
 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Unique FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang