ASYLA || Mencari Anala

24 4 1
                                    

A/n : kalau ada typo atau kesalahan kasih tau ya!

Hey, jangan sombong! Nanti kalau jatuh, malunya ga akan ketolong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hey, jangan sombong! Nanti kalau jatuh, malunya ga akan ketolong.

🥀

"Bang mamah kapan pulang? Ken kangen."

Langit menghela napas berat. "Gak tau."

"Abang ihhhh. Ken mau ketemu mamah sama papah!" pinta Keenan. "Abang jawab!"

"Kan ada abang sama Kak Jingga." Jawaban Langit membuat bocah kecil bernama Keenan Antariksa merengek. Tangan kecilnya memukul-mukul lengan Langit, walau ia tahu pukulannya tak ada artinya.

"Abang jahat, gak sayang sama Ken!" gerutunya kepada sang kakak. Sudah sejak tadi ia menahan isak tangis, jika tak ingat perkataan papahnya bahwa laki-laki tak boleh cengeng, mungkin sudah sejak tadi Keenan menangis sambil jungkir balik.

"Abang emang jahat," jawab Langit mulai lelah bersamaan rasa tak tega yang melingkupi hatinya.

"Aku juga kangen bang Bintang ...."

Ucapan lirih seseorang membuat Langit menoleh ke belakang, di sana tampak gadis remaja berwajah lembut menatapnya sendu.

Tiba-tiba gadis itu memeluk lengan Langit erat, ia membenamkan wajahnya di sana. Bahunya bergetar menahan tangisan yang sama dengan Ken. Keenan pun ikut-ikutan memeluk Langit dengan keadaan merengek dengan hidung dan wajah memerah.

"Bang Langit jangan tinggalin Jingga, ya! Jingga gak mau sendirian lagi. Jingga gak mau ditinggalin, Jingga gak suka sendirian."

Langit diam beberapa saat, tak lama ia menjawab walau tak yakin, "Iya. Lagi pula siapa yang mau ninggalin Jingga sama Ken?

"Aku juga mau minta satu permintaan."

"Apa?"

"Aku mohon, balikin Bang Bintang."

"Langit?"

Sontak Langit menegak dengan mata membulat. Ia menggerakan kepala ke sumber suara.

"Kenapa?" tanya si pelaku, yang tak lain adalah salah satu teman perempuan di kelasnya.

"Gak pa— Eh, lo kan OSIS ya, Lis. Tau dong murid-murid sekolah ini? Ya minimal kelas 10 gitu?"

Lisa mengerutkan kening sesaat, heran bercampur kesal. Ya memang walau ia pengurus OSIS, tapikan ia tidak tahu semua murid SMA Cahaya.

"Ya gak semua tau dong, Lang. Lo kira gue dukun? BTW namanya siapa?"

"Anala Asmara, dia kelas apa?"

Lisa memutar otak, namanya seperti familiar. Pernah jadi perbincangan hangat guru dan murid SMA Cahaya karena kepiawaiannya membuat puisi dan berhasil memenangkan lomba puisi pada bulan bahasa kemarin. Ah, jangan lupakan sikapnya yang acuh tak acuh terhadap semua orang.

BLUE SKY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang