7.2 Mission 75 %

1.7K 332 6
                                    


Kini aku tak tau harus sedih atau harus menari hula-hula. Mereka bilang akan membiarkan aku pulang ke rumah muggle liburan musim panas ini. Ok, bukan aku takut. Takut sih sebenarnya, orang dirumah sendirian. Tapi yang ku pikirkan sekarang adalah... Dimana Ron, Hermione, dan Harry!!

Mereka mau melakukan misi bunuh diri ini sendiri ! Tega sekali. Dari tadi aku sudah mencari mereka di sekeliling kastil hingga matahari hilang dari pandangan.

"Mereka benar-benar pergi ..!!" Ucapku tak percaya sambil menghempaskan tubuhku di sofa ruang rekreasi.

"Kau baik-baik saja ?" Ucap Neville sambil mengelus kataknya, si Trevor. Itu agak menjijikan.

Aku menoleh ke Neville agak kasihan. Dia tadi kutemukan tergeletak kaku dilantai ruang rekreasi. Dengan cepat ku bantu tentu saja. Setelah itu tanpa ku minta dia menjelaskan semua kejadian bagaimana usaha dia dalam mencegah tiga serangkai dalam misi bunuh diri itu. Well, kau tak tau saja bahwa aku sebenarnya juga akan ikut.

Setelah mendengar ± setengah jam -ceritanya agak terbelit dan dia sedikit tergagap- aku langsung saja akan menyusul mereka, kalau saja tak bertemu dengan Peeves yang otomatis berteriak memanggil Flich saat dia melihat batang hidungku. Sungguh ingin ku cekik rasanya, mengingat dia hantu aku mengurungkan niat dan segera berlari kembali ke ruang rekreasi lalu berahkir duduk bersama Neville dan Trevor. Huft, aku merasa pengecut. Takut dengan peraturan.

Ini belum malam tapi sudah sepi. Hanya ada Neville dan aku disini. Tanpa sadar aku merosot menjadi duduk di lantai bersandarkan kaki sofa. Apa mereka baik-baik saja? Kalo dicabik Fluffy gimana?!

"Mereka pasti baik-baik saja,"

"Hufttt..."

"Nona [Name] tak perlu khawatir !"

Kepalaku melongok, agak terkejut sedikit. Kukira tadi Neville ternyata ada salah satu si kembar Weasley. Mungkin itu Gred atau Forge ?

"Fred or George?" Alisnya terangkat usil. Aku memasang raut datar.

"Fred," lalu dia ikut duduk dibawah bersamaku. Btw, Neville ternyata tertidur dengan katak dipangkuanya.

"Permen?" Aku menerimanya tanpa komentar. Moodku buruk karena ditinggal sendiri. Membuatku malas bicara.

"Masi inget kemarin ?" Aku meliriknya bingung.

"Kau memberiku coklat Snape dan memanggilku George !" Dia cekikikan diakhir kalimat.

"Hah! Oh maaf, aku belum bisa membedakan kalian," ucapku lesu. Masih dalam pengaruh mood yg buruk.

"Tak apa. Bahkan ibu kami belum bisa membedakan kami !" Aku hanya mengangguk mengiyakan. Benar-benar malas bicara.

Kurasa Fred juga mulai malas mengajak bicara aku, dia ikut diam dan tak bergerak. Apa dia ketiduran lagi ?!

Penasaran, jadi ku tengok saja. Ternyata dia sedang tiduran tapi matanya terbuka, menatap lurus ke atas.

"Huft..."

"Setidaknya kau tak dalam bahaya,"

Aku terdiam mendengar ucapan Fred. Tapi ¾ hatiku masih merasa buruk.

"Berhenti berpikir bahwa kau bersalah [Name]," kepalaku menunduk lemah.

Aku tau. Tapi.. ntahlah aku masih merasa tidak setia kawan.

Kepalaku tiba-tiba ditepuk. "Mereka akan baik-baik saja,"

Dan Fred pergi. Aku masih terdiam. Lalu beranjak ke kamar.

Semoga saja Fred benar.

.
.
.
.

"[Name]!!" Badanku langsung terbangun saat mendengar teriakan yang memanggil namaku.

"Hah?!! Hah?!" Dengan mata setengah terpejam kepalaku menoleh ke kanan dan ke kiri mencari pemanggil.

"HARRY!!HARRY !!"

Harry?

"Harry?"

"Harry masuk Hospital Wings!! Dia terluka !!" Seketika kesadaran memanggilku.

"Ayo kesana!!"

Dengan langkah tergesa aku  dan Hermione menuju ke Hospital Wings.

.
.
.

Sudah 3 hari total Harry masih tidur dengan lelapnya di bangsal Hospital Wings. Para penjenguk silih berganti setiap harinya.

"Kenapa kau kurus sekali ..."

"..."

"Apa kau tak dikasih makan ..."

"..."

Tangan Harry sangat kurus, seperti hanya tulang diselimuti kulit. Aku harus memaksanya makan besar ketika dia bangun nanti !

Sudah seharian aku disini -makan juga disini- tapi rasanya tak bosan-bosan.

"Cepatlah bangun. Kakak rindu," well, aku sudah menganggap Harry sebagai adik kandung. Mengingat kami sama-sama tak punya orang tua. Yeah, setidaknya orang tuaku masih hidup. Tapi sama saja bohong kalau aku tak bisa menemui mereka. Sama seperti Harry yang tak bisa menemui orang tuanya.

Jujur, aku rindu masakan ibu. Rindu ayah. Rindu mengelus perut besar ibu. Mungkin aku bisa mengelus pipi adikku jika Voldy tak menculik ibu. Huft...

"Hah! Huh! Huh!" Tersentak. Harry sepertinya mimpi buruk lagi. Tapi dia tak mau bangun.

"Hei! Tenang! Harry! " Tanganya menggapai-gapai keatas. Kupegang erat-erat kedua bahunya. Agak mengguncangnya sedikit, mencoba menyadarkannya.

Brak*

Prof. Dumbledore tiba-tiba datang. Well, dia setiap hari datang meski sebentar hanya untuk mengecek keadaan Harry. Tapi ini pertama kalinya dia datang saat Harry mimpi buruk seperti ini.

Prof. Dumbledore mendekat aku otomatis agak menjauh memberi ruang ke Headmaster Hogwarts itu. Semoga Harry bangun!

"[Name] bisa panggil Ron dan Hermione ?" Aku tersentak dan langsung berlari kesetanan mencari dua manusia itu. Mereka pasti akan makan malam.

Kenapa aula terasa sangat jauh sekali !!!

Tanpa ba-bi-bu ku dobrak saja pintu aula. Semua perhatian segera mengarah padaku. Mataku jelalatan mencari dua manusia itu.

Ah, disana!

Dengan langkah lebar dan tergesa ala anak 11 tahun aku menuju ke arah mereka. Yang disambut dengan gokil oleh si kembar Weasley.

"Wah, nona [Name] akhirnya mau makan disini-" "Bersama kami lagi!" Si kembar bicara bergantian.

"Harry! Kalian! " Aku menunjuk Ron dan Hermione lalu mengarahkan jempolku ke belakang punggung.

Mereka tersentak dan segera beranjak menuju hospital Wings.

"Ada apa?!!!"

"Hei [Name]!!"

"[Name]!" Suara bersautan memanggilku. Tapi aku sudah berlari meninggalkan  aula menyusul Ron dan Hermione.

25 Okt 20

 Harry Potter and the Sorcerer's Stone (With Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang