3.2 Pelajaran Kedua

2.8K 495 35
                                    


Dan perjalanan kami berahkir dengan dimarahi Hagrid. Ingatkan lagi bahwa murid tidak diperbolehkan untuk mendekati hutan terlarang. Padahal aku sudah terbiasa.

Kami dimarahi, well sebenarnya lebih di dongengi. Mengingat tadi si kembar Weasley malah tertidur saat sesi ceramah dari Hagrid. Syukur kami tidak diadukan ke prof. MCGonagall.

Keesokan harinya, kami makan setelah kelas transfigurasi prof. MCGonagall dan aku terkagum-kagum dengan banyaknya burung hantu yang mengirimkan surat dan barang yang terbang bolak-balik mencari sang tuan.

"Ingin satu!!" Ucapku pelan reflek.

"Tunggu! Kau tak punya burung hantu?!" Ron tercengang. Aku tertawa melihat paha ayam yang hampir jatuh dari mulutnya.

"Ronald!!itu menjijikan!!" Hermione menjerit hampir menampar Ron yang duduk berseberangan meja dengan kami. Aku duduk di sebelah Hermione dan Ron duduk bersebelahan dengan Harry.

Aku menggeleng," tentu saja tidak. Kami menggunakan jasa manusia untuk melakukan pengiriman barang. Lagipula kami mempunyai ponsel untuk bertukar pesan. Jadi tak ada alasan untukku punya burung hantu ," jelasku yang malah membuat Ron tambah penasaran. Tapi segera hilang karena tiba-tiba ada barang yang terlempar ke meja yg dikirim oleh Hedwig. Well, kupikir itu berat. Kasihan burung itu.

Aku melamun karena memikirkan burung sampai terdengar suara prof. Flitwich yang sedang bertanya apa jenis sapu -barang tadi- milik Harry. Dan si anak pirang Slyterin yang nampak cemberut di ujung sana.

Well, tukang iri !

Tiba-tiba aku mendapat amplom surat yang jatuh ke piringku. Untung makanya ya sudah habis.

Prof. Dumbledore !!?

Tak ambil pusing, langsung ku robek dan hanya tertulis satu kalimat disana.

Temui Hagrig setelah kelasmu selesai.

Aku tanpa sadar menoleh ke arah prof. Dumbledore yang sedang makan di mejanya. Well, baiklah.

Aku kembali memperhatikan Harry yang ternyata  mendapat hadiah sapu Nimbus 2000 dari prof. MCGonagall sebagai new seeker. Berharap bisa memenangkan kejuaraan Quidditch untuk tahun ini. Semoga saja.

Mengenai Quidditch, aku baru kenal kemarin dan jadi sangat ingin ikut dalam tim. Menjadi seperti si kembar Weasleytentu saja. Melihat mereka berlatih terlihat sangat menyenangkan. Dan Minggu depan adalah jadwal pertama Harry latihan, aku harus lihat!!

.
.
.

Kelasku selesai dan aku buru-buru keluar menuju pondok Hagrig. Ingin bertanya mengenai surat tadi.

"Hagrig!"

Dan yang ada dipondok adalah prof. Dumbledore. Tunggu! What!!?

.
.
.

Sekarang aku, sendirian menuju ke aula untuk makan malam setelah bebersih tadi. Seharian di pondok Hagrig cukup membuatku merasa lelah serta agak setres dan memutuskan untuk mandi air hangat. Ketika sampai disana aku segera makan tanpa bersusah-susah menyapa yang lain. Membuat Hermione bingung.

"[Name] kau kenapa?"

"Lhphar," Hermione mengernyit jijik.

"Aish, lebih anggunlah sedikit [Name] kau itu perempuan. Bahkan-

" Darah lumpur memang tidak punya sopan santun. Tak heran mereka sangat menjijikan," aku segera mencari asal suara jahanam itu datang. Suara Draco si anak manis tapi setan.

Hermione sudah menggenggam erat garpunya, aku tau dia sangat marah. Sekarang aku sudah paham apa itu status darah, mengingat waktu membeli tongkat si kakek penjual malah bertanya apakah aku darah murni membuatku penasaran dan menanyakannya di jamuan pertamaku dulu sebagai topik obrolan. Dan yah, aku sekarang tak heran kenapa  si Draco itu sangat memusuhi kami. Aku dan Hermione adalah muggleborn yang mana menurut kamus Malfoy kami adalah darah lumpur.

"Diam Malfoy!!" Harry berteriak membuat suasana memanas.

Perang nih perang !!

Tiba-tiba Hermione berlari pergi dari aula. Aku berdiri dan berlari mengejar Hermione tak lupa tanganku menampar belakang kepala si Draco yang ku lewati waktu mengejar Hermione.

"Bodoh," Ucapku datar. Masa bodo aku tak takut padanya. Darah murni juga masih makan nasi kan ??!!

"Hahahaha kau pantas mendapatkannya !!! Hahahaha"

Entah suara siapa yang memulai tapi sayup-sayup terdengar suara tawa membahana waktu ku tinggalkan aula.

Naasnya, aku tak mengetahui dimana Hermione menghilang. Dan sudah hampir setengah jam aku berkeliling istana megah ini kakiku pegal dan makanan tadi sudah tercerna. Yang mana aku jadi lapar lagi.

"Aku lapar lagi..."

Tiba-tiba terdengar suara aneh seperti langkah besar yang berat. Apa itu!!!

Aku melihat sekeliling dengan hati-hati, tanpa sadar merapatkan diri didinding berjaga-jaga jika sesuatu muncul dari belakang. Sebenarnya tidak efektif bahkan hantu bisa menembus didinding disini.

"Apa itu!" Bisikku. Suara terdengan menjauh. Aku agak penasaran tapi malas mencari. Mencari Hermione saja belum ketemu.

"Nona [Name] apa yang kau lakukan disini? Apa telingamu tak berfungsi ??" Prof. Snape berkata dengan nada khasnya. Aku memegang dadaku, terkejut.

"Suara apa itu prof-"

"Jika kau mempunyai otak segeralah ke asramamu!!" Dengan itu prof. Snape berbalik sambil mengibaskan jubah hitamnya dengan dramatis. Well, itu sangat mengagumkan. Aku ingin bisa melakukan itu.

Aku segera berbalik menuju asrama tapi suara prof. Snape terdengar lagi," Gunakan otakmu jangan ototmu,"

Aku menoleh dan mendapati orang yang baru saja berbicara padaku menghilang. Apa prof. Snape setan!!!

Dengan pemikiran konyol itu aku berlari menuju asrama. Dan berahkir hanya berdiri di depan lukisan. Aku lupa sandinya. Nyonya gemuk tak mengijinkan aku masuk dan malah berlatih menyanyi dengan suara cetarnya itu.

Telingaku rasanya berlubang!!!

Dengan enggan aku duduk lesehan di dekat lukisan, merelakan telingaku, menunggu seorang pahlawan yg tau kata sandi masuk.

Sendirian mengingatkanku tentang perkataan dari prof. Dumbledore. Katanya orang tuaku ditangkap oleh Voldemort. Sebenarnya bukan Voldemort nya yang nangkap tapi pengikutnya, para pelahap maut. Masa Voldy mau repot-repot jemput orang tuaku yang nggak seberapa penting itu. Tapi kenapa mereka menangkap orang tuaku kalau mereka tak penting !! Pikiran apa itu!!

Kami hidup bertiga dengan ibuku yang sedang mengandung adikku sebelum mereka diculik. Berkat para pelajar maut itu aku tak bisa melihat rupa adikku yang mungkin sudah lahir sekarang. Demi apa, mereka bahkan menculik ibuku yang sedang hamil besar!!

Larut dalam lamunan membuatku tak sadar bahwa sejak tadi ada yang menemaniku.

"!!!!!"  Mataku membulat melihat peeves yang sedang duduk selonjoran di sampingku.

Sang hantu yang bukan hantu menoleh dan menyeringah. Dia terlihat agak mengerikan, khususnya untuk aku yang takut hantu. Darah terasa membeku dikulitku.

"Hihihi kelas satu menyenangkan!! Kelas satu nakal tak mengikuti arahan!!!" Dengan itu dia menghilang dalam sekejap. Dan aku jadi tambah takut.

Siapapun tolong aku, tapi jangan hantu !!

16 Okt 20

 Harry Potter and the Sorcerer's Stone (With Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang