Akhirnya saya sampai di Bandung untuk menemui seseorang yang paling saya sayangi. Tapi sampai saat ini, saya belum berani menghubungi Nadhira atau mengirim pesan untuk Nadhira. Sedangkan Nadhira belum tau nomer handphone saya.
----------
Meninggalkan stasiun Bandung menaiki motor berduaan. Suasana yang sejuk menjadi ciri khas kota Bandung. Apalagi cuaca kali ini sedikit mendung. Padahal jam menunjukan pukul 11.30 WIB.
Saya mengendarai motor dengan amat santai. Menikmati suasana kota Bandung yang amat tentram. Menikmati udara kota Bandung yang cukup dingin karena mendung. Ditambah pelukan hangat dari seseorang yang sedang melepas rindu nya dengan saya.
"Kamu kedinginan yaaa?" tanya nya dengan tangan yang melingkar di pinggang dan kepala nya yang berada di bahu saya.
"Hah? kedinginan? saya mah kuat," jawab saya dengan maksud menyombongkan daya tahan tubuh yang kuat.
"Lah ini badan kamu gemetar semua," suara halus nya tepat ada di bagian sebelah kanan telinga saya.
"Iyaaa nihh, lupa saya silent," ucap saya dengan tertawa.
"Ihhhhhh Anta, kamu nih yaa," ucap nya melepas satu tangan dari pelukan dan mencubit hidung saya dengan gregetan.
Saya melihat nya tersenyum lebar dari arah kaca spion. Pelukan nya pun semakin erat dan semakin hangat. Dia memang sosok yang sangat manja.
"Kamu udah makan?" tanya saya dengan melihat nya dari kaca spion sebelah kanan.
"Belum nih, tadi aku buru-buru buat jemput kamu," jawab nya yang sadar melihat saya dari kaca spion.
Saya sedikit menoleh ke sebelah kanan untuk melihat nya.
"Kita makan yuk, gimana?" tanya saya sebagai ajakan untuk mengisi perut yang mulai sedikit lapar."Yuk, tapi mau makan apa?" ucap nya yang malah balik tanya ke saya.
"Gimana kalo kita makan nasi padang?" ucap saya memberi masukan untuk menu makan siang kali ini.
"Yukkk boleh, siapa takut!!" tegas nya melirik saya diiringi dengan senyum.
"Tapi kamu tau nasi padang ter-enak di Bandung dimana?" tanya saya yang mengendarai motor dengan pelan.
"Jelas tau atuh, aku kan udah cukup lama tinggal di Bandung," jawab nya sedikit menaikan alis nya dengan sombong.
"Yuk kita meluncur kesana, tapi kamu kasih tau saya arah jalannya yaa," ucap saya yang belum hafal semua jalan di Bandung.
"Okeee, siap bos," ucap nya dengan semangat dan melapas tangan kanan nya kemudian hormat bendera.
Saya tersenyum bisa melihatnya senang seperti ini.
Suara lembut nya memberi petunjuk jalan untuk menuju rumah makan padang yang paling enak di Bandung. Konsentrasi saya dalam mengendarai motor sedikit pecah. Ketika lauk rendang paling the best sudah ada di pikiran saya. Lauk rendang yang mengganggu selama di perjalanan.
Tiba di rumah makan, saya langsung mengendarai motor ke arah parkiran rumah makan yang sangat luas. Pakiran yang penuh dengan banyak berbagai macam bunga. Melihat tempat parkir sudah ramai dengan kendaraan pengunjung lainnya yang sedang mengisi tenaga untuk siang ini.
"Tuh kamu liat, udah penuh kan parkirannya," suara lembut nya berbicara sembari turun dari atas motor.
Saya mematikan mesin motor, lalu mengunci ganda motor.
"Lah terus apa masalahnya?" tanya saya dengan sedikit tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Dalam Diam.
Ficção AdolescenteAnanta adalah seorang laki-laki yang sedang merasakan indahnya jatuh cinta. Merasakan indahnya dicintai. Merasakan hal yang sebelumnya belum pernah ia rasakan. Bicara cinta bagi Ananta adalah hal yang biasa saja, bahkan sia-sia. Tetapi setelah ia me...