Part #2

59 6 6
                                    

Hai gaess..
Selamat weekend..

Dingin-dingin begini bikin pengin bergelung di atas kasur aja, mager.. tapi enggak boleh ya, entar rizkinya dipatok ayam.. hehehe..

Ya udah,
Selamat menikmati tulisanku sambil apa aja deh...

Jangan lupa vote dan komennya ya, biar author rajin up cerita.. and then, biar frekuensi gelombang kita nyambung 😍😘

______________________________

Alby menggamit lengan Asya dan melangkah mantap masuk ke ruang UGD. Namun sebelum mencapai pintu UGD, Alby kembali mempertanyakan pilihan Asya.

"Pikirkan sekali lagi. Setelah di hadapan Mama dan Papa, kupastikan tak kan ada jalan untukmu berbalik." Asya seketika menghentikan langkahnya. Ia melepaskan pegangan tangan Alby dan memandang tajam ke manik mata Alby, mencari sebuah keraguan tapi tak ditemukannya di sana.

"Mas Alby enggak siap?" tanya Asya balik.

"Aku siap. Tapi aku tak mau merusak masa depanmu."

"Kita hanya menikah untuk menyelamatkan muka orang tua yang sama-sama kita cintai. Hanya demi status. Sampai keadaan terkendali, kita akan kembali pada kekasih kita masing-masing," jawab Asya ringan, seringan tarikan nafasnya.

"Bagaimana kalau akhirnya aku enggak mau menceraikanmu?" Lagi-lagi Asya memandang ke arah Alby, tapi sedetik kemudian ia menjawab dengan tersenyum,"Enggak mungkin Mas Alby jatuh cinta padaku. Aku tahu tipe perempuan seperti apa yang membuat Mas Alby jatuh cinta, dan aku jauh dari tipe itu."

"Seperti rumah aja, pakai tipe." Alby dan Asya saling pandang dan saling melempar senyum.

"Bagaimana kalau akhirnya kamu jatuh cinta padaku." Asya sempat dibuat kaget oleh pertanyaan Alby. Tapi sebagai pemain teater yang handal, dia degan cepat bisa menutupi perubahan ekspresinya.

"No coment-lah kalau itu. Lagian, aku juga udah punya pacar," jawabnya ngeles.

"Sepertinya kamu ragu enggak akan jatuh cinta padaku," goda Alby.

Alby menyingkap tirai yang menutup tempat tidur pasien UGD, tempat Bu Lia mendapatkan perawatan.

"Apaan sih? Enggak lah." Asya dan Alby terkekeh bersama sampai Pak Bramantyo dan Bu Lia saling pandang. Lalu memandang penuh tanya pada Asya dan Alby secara bergantian.

Seketika keduanya terdiam. Suasana berubah menjadi sedikit canggung.

Pak Bramantyo berdehem seolah ingin melonggarkan tenggorokannya, lalu katanya, "Perawat bilang, sebentar lagi Mama dipindahkan ke ruang rawat inap. Tinggal menunggu dijemput perawat yang bertugas di sana."

"Alby ...."  

"Ya, Ma. Besok Alby tetap akan menikah," ucap Alby cepat.

"Kami besok akan menikah. Mama sembuh, ya?" Alby menoleh ke arah Asya dan menggenggam tangannya lembut.

"Serius?" Pak Bramantyo sangat bahagia mendengar ucapan Alby, begitu juga dengan Bu Lia. Mereka saling pandang dan saling memegang tangan saking bahagianya.

Asya dan Alby mengangguk bersamaan sambil menarik kedua ujung bibirnya secara berlawanan.

***

CINTA DI UJUNG PERJANJIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang