Part #3

53 5 4
                                    

Hai gaes..

Ketemu lagi..
Sori yah, tulisan author yang on going kali ini ada 3 judul..
So, mesti lompat2 imajinasinya nih..

Nah, yang banyak pembacanya bisa jd prioritas untuk aku selesaikan lebih dulu..

So, don't forget to follow, like, coment and share, that the author is more enthusiastic..

Selamat menikmati ☕🤓😍

_____________________________

Suasana akad nikah berlangsung sangat khidmat. Pak Yusuf sendiri yang menikahkan putrinya, Asya.

Beruntung Pak Yusuf mengenal baik petugas KUA yang kebetulan dulu temannya belajar di pesantren, sehingga persoalan administrasi dapat terselesaikan dengan baik.

Bu Lia tersenyum bahagia dari kursi rodanya. Dia minta diizinkan pulang dari Rumah Sakit untuk menyaksikan pernikahan anak semata wayangnya. Karena kondisi Bu Lia menunjukkan perkembangan yang sangat baik, maka dokter mengizinkan pulang dengan catatan ada perawat yang mendampingi selama di rumah.

Sementara itu, Bu Ana memandang anaknya dengan getir. Meskipun begitu, ia tetap memperlihatkan wajah bahagia. Ia memejamkan mata lama usai pembacaan doa nikah. Berusaha menahan gejolak hatinya. Bayangan perceraian anaknya di depan mata. Ia kembali menarik nafas dalam, kini tenggorokannya terasa kering. Saat Asya dan Alby menyalaminya, air matanya tak terbendung.

"Jaga Asya ya, Mas Alby. Ibu doakan semoga kalian langgeng sampai ...." Bu Ana sesenggukan, tidak mampu menyelesaikan kalimatnya.

"Ya, Bu. Alby janji."

Asya memeluk dan mencium ibunya. Ia berbisik di telinga ibunya, "Ibu jangan sedih. Insyaallah, ini adalah keputusan yang terbaik." Bu Ana mengangguk-angguk. Lagi-lagi ia membersit hidungnya.

Asya menjalankan perannya dengan sangat bagus baik pada saat akad nikah maupun saat pesta pernikahan.

Duduk di pelaminan dengan senyuman yang selalu merekah pada setiap tamu dan aura bahagia yang memancar dari wajah maupun gestur tubuhnya, membuat tidak ada yang menyadari jika Asya hanyalah pengantin pengganti. Sampai pada saat pesta pernikahan dengan tamu undangan para tetangga dan teman masa kecil Alby.

Pesta pernikahan dilaksanakan dua kali, yaitu pagi setelah akad nikah yang mengundang teman kerja, kolega, dan anak buah Pak Bramantyo maupun Alby. Pesta pernikahan kedua dilaksanakan setelah shalat dhuhur dengan mengundang para tetangga dan teman sekolah Alby.

Para tetangga dan teman SD Alby sangat terkejut ketika melihat Asya duduk di pelaminan bersama Alby. Sebelum berfoto bersama, salah satu temannya nyeletuk, "Seingatku, nama yang tertulis di undangan bukan nama Asya. Apa aku yang salah baca?"

"Kalau enggak salah baca, mungkin percetakannya yang salah nyetak, Bang," jawab Asya ringan diikuti tawa pecah teman-teman Alby. Alby geleng-geleng sambil merengkuh pundak Asya.

Teman-teman SD Alby sangat mengenal Asya, karena mereka satu sekolah saat SD. Asya adik kelas mereka yang selalu juara kelas, aktif, cantik, dan baik hati.

Alby dikenal rendah hati oleh teman-temannya. Meskipun dia anak orang paling kaya di kampungnya, bukan berarti dia membatasi diri dalam pergaulan. Rumahnya yang besar menjadi tempat bermain petak umpet yang paling disukainya dan teman-teman kecilnya.

"Jangan-jangan Asya cuma pengantin pengganti seperti di cerita-cerita novel itu," celetuk teman Alby yang lain.

"Emangnya sepakbola, pakai pemain cadangan?" Lagi-lagi Asya menjawab dengan enteng yang disambut tawa berderai dari teman-teman Alby yang memenuhi panggung.

CINTA DI UJUNG PERJANJIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang