Haloo..
Menikmati perjalanan Dinas Luar melalui jalanan dengan tekstur tanah yang labil sambil menyelesaikan 1 part membuat author gak ngerasain mobil yang sesekali goyang kanan, goyang kiri, alhasil .... 😀
Untuk semua penikmat cerita Asya dan Alby, aku tunggu komen2nya ya..
Author tunggu vitamin dari semua pembaca ya 😍
Selamat menikmati.
With love for all ❤️================================
Asya diam terpaku di tempatnya. Ia masih memandang kepergian Alby sampai punggung laki-laki yang menikahinya dua minggu lalu itu tak terlihat lagi, terhalang oleh tembok resto.
Asya butuh beberapa detik untuk mengembalikan kesadaranya, dan segera mengambil keputusan. Akhirnya ia memutuskan untuk segera ke kampus menggunakan jasa Ojol.
Aku akan menjernihkan semuanya nanti setelah persiapan pementasan clear.
Bagi Asya saat ini, Alby hanyalah pemeran figuran dalam hidupnya, yang numpang lewat saja, meskipun sikap Alby sering membuatnya baper. Hal itulah yang membuatnya tidak begitu mempedulikan kemarahan Alby padanya.
Lita segera menghambur ke arah Asya, ketika dari kejauhan ia melihat Asya turun dari Ojol.
"Semalam tidur di mana, Sya?"
"Pagi tadi kukira kamu balas WA di grup dari kamar kos, tapi waktu aku ketok-ketok pintu kamarmu enggak ada respon, dan sekarang kamu ke kampus pakai Ojol." Berondongan pertanyaan Lita coba diabaikan Asya. Ada yang lebih penting, pikirnya.
"Udah, bahas itu nanti aja. Sekarang kita cek kesiapan untuk nanti malam. Jangan sampai perform kita enggak maksimal.
"Udah dapat pengganti character make up?" tanya Asya sambil berjalan cepat ke arah ruang panitia yang berada di belakang Balairung. Lita yang tubuhnya lebih kecil cukup kewalahan mensejajarkan langkahnya, sampai ia sering terlihat berlari-lari kecil mengikuti langkah Asya.
"Belum, tapi ada kandidat. Kamu ingat Fida, anak Tata Rias yang kos di sebelah kos kita?" Asya tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Astaghfirullah, kenapa aku enggak kepikiran." Asya menjentikkan jarinya.
"Sip. Dia pernah minta tolong aku jadi modelnya, waktu dia ujian stage make up dan character make up. Aku tahu kemampuannya. Tolong hubungi dia. Minta bantuannya."
"Pikiranmu pasti lagi kacau, gara-gara orang ganteng semalam itu. Siapa dia? Kenalin dong," goda Lita.
"Kapan-kapan kalau ketemu lagi." Asya tersenyum.
Asya dan Lita sudah sampai di ruang panitia. Teman-teman Asya sudah berkumpul di sana. Mereka satu persatu memberi salam khas komunitas.
"Sori, aku terlambat. Semoga aja enggak menghambat persiapan kita."
Sebagai ketua UKM teater sekaligus pimpinan produksi, Asya memiliki tanggung jawab penuh pada kesuksesan pelaksanaan pentas teater yang akan digelar.
"Peralatan make up udah diambil Choky sama Diva ke kos Intan. Stage lamp yang kita miliki masih kurang mendukung pencahayaan panggung, jadi butuh tambahan. Kita udah pinjam punyanya teater Semut Ireng. Sekarang sedang diambil oleh Dika dan Fikri," lapor Juki, stage manager pementasan.
Jakfar, bagian desainer juga melaporkan kesiapan timnya. "Setting udah kita komunikasikan dengan Zaki. Konsep Property, lighting, Costume, dan Sound semuanya sudah beres." Zaki yang dimaksud adalah pimpinan artistik dalam pementasan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DI UJUNG PERJANJIAN
RomanceBagi Asya, hidup itu jalan ujian, jadi jangan lagi dipersulit. Kebiasaannya berdamai dengan keadaan sejak kecil membuatnya menjalani hidup seringan bulu yang diterbangkan angin. Sampai ia lupa jika ada sepotong hati lain yang tak bisa ia paksa untuk...