Part #7

36 5 2
                                    

Selamat malam. Salam 🙏

Special buat yang kepoin Asya, malam ini aku selesein part ini meskipun disela kesibukan bikin materi buat webinar besok pagi.

Jangan lupa vote, komen, dan share-nya. Biar jadi stimulan buat author menuliskan ide cerita.

Selamat menikmati, semoga suka dan makin baper. 😁

With love for all ❤️

================================

"Dibatalkan aja, Ma."

"Asya masih sibuk. Kerjaanku juga lumayan banyak. Kapan-kapan aja bulan madunya."

Lamat-lamat Asya mendengar suara Alby. Ia menyibak selimut, masih dengan sisa kantuknya ia berusaha bangun.

"Siapa, Mas?" Alby menoleh. Asya sudah berdiri di belakangnya.

"Udah bangun, Sya? Mama."

Alby memperlihatkan layar ponselnya dimana ada mamanya yang sedang melakukan video call dengannya. Bu Lia tampak baru saja selesai sholat, terlihat dari mukena yang masih dikenakannya.

"Sya, Alby bilang kamu sibuk banget, sampai bulan madu kalian harus ditunda."

Asya menatap Alby penuh tanya. Seingatnya Alby tidak pernah membicarakan tentang bulan madu.

"Udah ya, Ma. Kami mau sholat dulu."

Alby menyudahi video call dengan mamanya, padahal Asya belum sempat menjawab apapun.

"Mas. Emang kita pernah bicara soal bulan madu?"

"Enggak penting, Sya."

Alby meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menuju kamar mandi. Tidak lama kemudian terdengar suara kucuran air kran.

***

Suasana sarapan pagi ini terasa sangat canggung bagi Asya. Sejak pagi tadi, Alby tidak bicara padanya. Saat ini pun Alby menikmati sarapannya tanpa bicara.

Alby telah menghabiskan sarapannya. Kini ia menikmati secangkir cappucino. Ia baru saja hendak menyulut sebatang rokok yang diambil dari bungkusnya yang sedari tadi disimpan di saku kemejanya. Asya menyipitkan mata ke arahnya. "Mas Alby!" Asya mengambil paksa sebatang rokok yang terselip diantara jari telunjuk dan jari tengah Alby dan mengembalikannya lagi kedalam bungkusnya.

"Ini enggak baik buat kesehatanmu." Alby tidak melawan aksi Asya. Hanya matanya tajam memperhatikan Asya.

"Kamu terganggu dengan asapnya?"

"Enggak. Teman-teman teaterku biasa merokok, apalagi kalau sedang cari inspirasi."

"So?" Alby mengedikkan kedua bahunya.

"Aku enggak mau Mas Alby sakit gara-gara kecanduan rokok."

"Yang enggak merokok tapi mati muda banyak. Yang merokok tapi hidup sampai renta juga banyak," gumam Alby.

"Kamu udah mirip emak-emak bawel aja." Alby kembali menyesap kopinya.

Asya meringis. "Mas. Minggu ini sampai dua bulan kedepan aku akan sibuk magang. Jadi, kalau mau mengurus perceraian kita setelah itu aja." Ucapan Asya yang begitu lancar dan tanpa ekspresi cukup membuat Alby terkejut.

Namun, tak berselang lama Alby tersenyum nakal. "Oke. Kupastikan sebelum dua bulan itu hatimu sudah tak bisa berpaling dariku."

Asya tertawa mendengar ucapan Alby. "Mas Alby jangan terlalu pede. Sepotong hati itu udah enggak ada di diriku. Aku juga susah jatuh cinta."

CINTA DI UJUNG PERJANJIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang