Part #5

49 6 2
                                    

Hai.. Hai.. Hai...
Sori, baru bisa Up. Lagi banyak kerjaan di kantor.

Ada adegan dan percakapan 17+ 😊 yang belum umur skip aja ya..

Jangan lupa! follow, komentar dan vote-nya bisa jadi vitamin buat author untuk terus menulis lhoo..

Oke, selamat menikmati.
With love 💖💖😍😘

#########################

Part #5

Land Cruiser yang ditumpangi Alby dan Asya membelah jalan Kaliurang dengan gagah. Jalanan sudah sepi. Beberapa penjual nasi gudeg mulai menjajakan dagangannya.

Asya melirik jam mahal yang melingkar di pergelangan tangan kiri Alby, pukul sepuluh malam. Mereka terlalu lama berdebat dan mempertahankan pendirian masing-masing, meskipun akhirnya Asya mengalah dan menemani Alby ke hotel.

Asya tidak enak dengan penghuni kos lain jika menginapkan laki-laki meskipun kos-nya memiliki aturan yang longgar, karena sampai saat ini belum satu pun teman kos Asya tahu jika dia telah menikah dengan Alby.

"Kita makan dulu ya, Sya." Alby memecah keheningan diantara mereka berdua.

"Hah? Makan? Sekarang udah malam banget, Mas."

"Aku belum makan," jawab Alby dengan tetap fokus pada jalanan beraspal yang mereka lalui.

"Tadi kelamaan nunggu kamu pulang dari kampus. Habis itu dicuekin di kamar. Kamu malah keasyikan sama ponselmu," lanjut Alby.

"Harusnya tadi makan dulu," protes Asya.

"Pikirku mau makan malam bareng kamu, Sya. Kita kelamaan berdebat, sih."

"Ck." Asya merengut.

"Hei, enggak boleh mendecap di depan suami. Enggak sopan."

"Maaf. Habis, Mas Alby manja sih." Asya makin merengut yang justru membuat Alby terkekeh.

Alby membelokkan mobilnya masuk ke parkiran rumah makan padang.

"Kita makan di sini. Mama bilang, kamu paling suka gulai kepala kakap," kata Alby sambil melihat ke arah Asya, sementara tangan kirinya menarik tuas handrem. Bu Lia dan Asya memang sama-sama suka gulai kakap. Asya sering membuatkan Bu Lia gulai kakap saat ia liburan kuliah.

Asya bergeming meskipun mesin mobil telah dimatikan Alby.

"Udah malam banget. Kalau makan jam segini, aku bisa tambah gendut."

"Emang kenapa kalau gendut?"

"Enggak enak aja."

"Sejak kapan kamu insecure. Biasanya cuek aja."

"Ya kan ...,"

Alby tidak mempedulikan keberatan Asya. Ia tetap memaksa Asya untuk turun.

Alby memindai Asya, dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Badan kayak penggilasan baju gitu bilang gendut. Lihat tuh, depan belakang rata semua." Alby terkekeh.

"Eh, kenapa Mas Alby jadi body shaming gitu?" Mata Asya membulat. Ia memperlihatkan ekspresi wajah tidak terima.

"Siapa juga tadi yang memulai?" Alby tetap tidak peduli dengan kejengkelan Asya. Ia meraih tangan Asya dan menggandengnya masuk rumah makan Padang yang buka dua puluh empat jam itu.

"Kalau kamu kurus, nanti mama marah. Dikiranya aku enggak bisa mengurus kamu."

Asya meringis mendengar perkataan Alby. "Mas Alby tidak perlu repot-repot mengurusku. Hidup seperti biasanya aja. Tidak perlu ada yang berubah, Mas."

CINTA DI UJUNG PERJANJIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang