Part #4

56 3 10
                                    

Spesial part buat pidaaaaea yang nungguin lanjutan AA' (Alby Asya).. Tengkyu soo much supportnya 😍😍😘😘

Niat awal mau nulis dengan bahasa yang universal, tapi lagi-lagi muncul idenya agak syar'i.

Soriii.. 😁
==========================

Suasana mendung tak menyurutkan niat ibu-ibu jamiyah pengajian untuk datang memenuhi undangan Bu Lia. Sore ini Bu Lia mengadakan pengajian dalam rangka tasyakuran pernikahan Alby dan Asya.

Musholla keluarga Bramantyo sudah mulai penuh dan menjadi sangat ramai. Suara riuh rendah tawa dan ghibahan ibu-ibu menjadi akustik alam yang sangat khas.

Asya dan Bu Ana berdiri di samping Bu Lia yang duduk di kursi karena belum pulih sepenuhnya. Mereka menyalami para tamu yang datang. Sementara para asisten rumah tangga sibuk menyuguhkan jajan, minuman, dan makanan pada para tamu.

Setelah semua tamu selesai makan, acara dibuka oleh MC dilanjutkan pembacaan Maulid Barzanji. Asya bersama Bu Ana dan Bu Lia ikut duduk bersama dalam pembacaan Maulid. Asya duduk diapit oleh Bu Ana dan Bu Lia, sementara Pak Bramantyo, Pak Yusuf, dan Alby duduk di kursi yang berada di pelataran Musholla.

Kitab Maulid Barzanji dipilih diantara kitab maulid lainnya karena qosidah dalam kitab Maulid Barzanji lebih familier bagi ibu-ibu di kampung Asya dan Alby dibanding kitab maulid yang lain.

Usai pembacaan doa Maulid Barzanji yang dipimpin oleh Pak Yusuf, MC memberikan waktu pada Bu Lia sebagai tuan rumah untuk memberikan sambutan.

Ibu-ibu jamiyah menunggu Bu Lia memberikan sambutan dengan penuh antusias karena pernikahan Alby dan Asya cukup membuat ramai dunia per-ghibah-an. Tetapi ada juga ibu-ibu yang hanya pura-pura antusias karena segan dengan Bu Lia, orang paling kaya di kampungnya.

"Kami sangat bahagia, akhirnya Alby menjatuhkan pilihannya pada Asya," kata Bu Lia diantara sambutannya. Bu Lia menoleh ke arah Asya yang duduk di sebelahnya. Ia lalu memegang tangan Asya lembut.

"Kami sangat bersyukur atas nikmat Allah yang luar biasa ini. Kami tidak pernah menyangka jika jodoh Alby itu Asya. Terima kasih ya, Sya." Asya mengangguk dan tersenyum pada Bu Lia yang kini sudah jadi mama mertuanya. Dengan tanpa suara, mulutnya mengatakan sama-sama.

"Terima kasih juga Bu Ana dan Pak Yusuf yang sudah mau menjadi saudara kami." Bu Ana dan Pak Yusuf hanya mengangguk menahan segala perasaan yang berkecamuk di dada.

"Asya adalah anugerah terindah yang diberikan Allah pada kami. Asya seorang putri yang mandiri, penuh tanggung jawab, dan sederhana. Tidak benar jika ada yang bilang Asya menikah dengan Alby karena menginginkan kehidupan nyaman dan mewah. Apalagi kalau ada yang bilang dia sudah bosan miskin." Asya mendongak mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Bu Lia. Ia berpikir bagaimana bisa Bu Lia mengatakan kalimat yang kemarin diadukan Tsurayya kepadanya di depan jamiyah ibu-ibu.

Bu Lia melanjutkan kalimatnya, "Yang bilang seperti itu berarti tidak mengenal Asya. Saya mengenalnya cukup dekat dan cukup lama. Dia anak yang baik. Menurut saya malah kelewat baik." Asya terkejut ketika Bu Lia menarik tangannya untuk kemudian diciumnya.

"Semoga pembacaan maulid ini memberkahi kehidupan putra-putri kami. Kami juga sangat berharap Ibu-ibu semua mau mendoakan pernikahan Alby dan Asya langgeng sampai maut memisahkan mereka."

Ibu-ibu jamiyah yang mengenal baik Asya membenarkan perkataan Bu Lia, dan mereka yang kemarin mencibir seperti dibungkam oleh ucapan Bu Lia.

Menjelang Maghrib ibu-ibu jamiyah mulai berpamitan pulang. Bu Ana, Bu Lia, Asya, dan Alby menyalami para tamu sembari mengucapkan terimakasih.

CINTA DI UJUNG PERJANJIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang