3. Jangan Ngarep

2.6K 365 14
                                    

"Sumpah?!"

"Iya Jen, loe sih udah pulang, malahan kita udah bawa Jisoo buat elo"

Ucap Irene, tapi kata katanya sedikit aneh, Jisoo seperti persembahan untuk Jennie.

"Yah" Keluh Jennie sambil cemberut. Dia sedih hilang kesempatan langka ini.

"Tumben loe cepat banget pulang?" Tanya Rosé penasaran.

"Gara gara si Kucai itu, ngejar ngejar gue mulu, makanya gue pulang!" Kesal Jennie, mengingat bagaimana mantannya itu heboh banget mau ngomong sama dia.

"Ohh, pantes"

"Ish, gimana nih, gue masih pengen ngomong sama Jisoo"

"Ya gimana ya, kemaren sih dia ga marah pas kita tarik, tapi abis itu dia natap kita sinis banget, terus malah ketawa jahat, agak serem sih" Ujar Joy mengingat bagaimana tingkah si tersangka.

"Yaudah tenang aja, ntar kita seret lagi dia, atau loe mau ikut kita nyamperin dia?" Tawar Rosé santai berasa bahwa Jisoo akan mau melakukan itu lagi.

Jennie bingung, kalo dia samperin Jisoo pasti kemungkinan kecil Jisoo bakal lari, lagi pula kan ada sahabat sahabatnya yang bar bar.

"Ikut aja deh"

"Nah yaudah kita sergap dia di kelas!"

Kan Jisoo udah kayak buronan.

"Tapi Jen, coba deh loe ingat ingat lagi, apa kesalahan yang pernah loe lakuin ke Jisoo?" Tanya Irene, sebenernya pertanyaan ini udah terkubur lama, tapi si Original Visual sekolah itu ga tahan.

"Uh?"

"Coba loe inget siapa tau loe ada buat kesalahan, sampe Jisoo begini, karena kan ga ada asap kalo ga ada api" Jelas Irene.

Setiap hari.

Setiap hari Jennie apa sumber api itu, setiap hari dia berfikir apa kesalahan yang dia buat kepada Jisoo, tapi tidak ada kesalahan besar yang dilakukan.

Emang sih dia paling childish diantara mereka berdua, tapi sepertinya Jisoo tidak masalah akan hal itu.

Setiap kali mereka bertengkar atau bermusuhan itu hanya sebentar karena masalah sepele, dan semua kembali baik baik saja.

Jisoo yang selalu bersikap dewasa dan selalu mengalah membuat Jennie mengagumi Jisoo.

Tapi kali ini tidak.

Tidak seperti Kim Jisoo-nya atau memang tidak pernah menjadi Jisoo yang dia pikirkan.

"Jujur aja nih Jen, gue sebel banget liat kalian berdua, terutama elo!" Kata Joy tiba tiba serius.

"Lah kok gue?"

"Loe sadar ga sih dia tuh ibaratnya udah buang loe dari hidupnya, tapi loe masih peduli sama dia," Jelas Joy membuat sahabatnya diam.

"Gue setuju Jen, emang segitu pentingnya Jisoo di hidup loe?"

Skak! Pertanyaan Rosé membuat Jennie bungkam sebungkam bungkamnya.

Apakah Jisoo begitu penting dihidupnya? Bukankah dia cuma gadis yang kebetulan menjadi sahabat di hidupnya karena mengerti dirinya?

Tiba tiba di dalam kebimbangan, Rosé dan Joy memegang tangannya.

"Denger ya Jen, kalo loe menganggap Jisoo penting dan loe mau di balik lagi, loe harus lakuin sesuatu, ga perlu bahas apa yang terjadi atau apa alasan dia, yang pasti loe samperin dia kayak waktu pertama kalian bertemu" Saran Joy

"Loe tau ga, loe nyamperin dia cuma sekali loh, dan setelah dia ga mau ngomong sama loe, loe berhenti berusaha, Jen, kalo loe mau berharap dia yang nyamperin loe, sampe purnama ke seribu juga ga bakal terjadi" Tambah Rosé, tapi dia menyetujui perkataan si gadis berambut pirang itu.

Terlanjur MencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang