18. Naif dan Bodoh

1.6K 293 75
                                    

Chapter yang ditunggu-tunggu. Akhirnya ya setelah 17 chapters. Uwu.

Makasih yo bund, yang sudah komen dan vote. Yuk lagi yuk.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Ji! Jisoo!"

"Uh, ya?"

"Astaga bengong lagi, udah dipanggil, Ayo masuk ke pesawat" Kata Jimin yang memastikan semua akan naik pesawat.

Pagi ini mereka jadi berangkat ke belanda untuk acara pernikahan Taeyeon, sedangkan Hael sudah duluan kemarin ke sana.

"Oh,okay" Jisoo pun menyusul yang lain. Jimin menghampiri Yerin yang sudah membagikan tiket mereka, supaya bisa masuk pesawat.

"Bengong lagi?" Tanya Yerin pada Jimin.

"Iya, apa hari ini hari bengong sedunia ya?" Mereka jujur heran, karena tidak hanya Jisoo yang bengong tapi ketiga sahabatnya.

Muka mereka seperti sedih, bingung, apa tidak makan? makanya mereka semua bertanya mereka kenapa? Apa berubah pikiran tidak jadi ikut. Karena mereka tidak memaksa juga.

"Mungkin kali ya, yaudah yuk cuss"

Mereka pun meninggalkan ruang tunggu itu dan menyusul yang lain masuk pesawat.

Sudah memasukkan barang, duduk di kursinya, memakai sabuk pengaman dan Jisoo duduk di samping Lisa. Tapi, Lisa merasa cangung bersama Jisoo, karena kejadian beberapa hari lalu.

Tidak hanya dirinya, Wendy dan Seulgi pun begitu, walau Jisoo sudah mengatakan tidak apa-apa, tapi tetap saja mereka tidak enak.

Lisa pun menghela napas saat melihat Jisoo sudah mengambil posisi tidur, dengan penutup mata bergambar pikachunya, setelah pesawat berhasil take off.

Jisoo memang menutup matanya, tapi pikirannya terbang sebelum menuju alam mimpi.

"Ya Tuhan, apa lagi ini" Keluh Jisoo pelan sambil membuang napasnya pelan.

Mungkinkah saat ini segalanya harus terungkap dan berakhir?

"Jawab Jisoo!"

Jennie menggoyangkan pundak gadis didepannya itu agar dia menjawab perkataannya tadi.

"Menurut kamu gimana?"

"Maksud kamu?"

"Menurut kamu gimana emang, kalo yang dia bilang itu benar?"

Tidak ada nada menantang dari pertanyaan Jisoo, hanya terdengar seperti pertanyaan bermakna tapi seperti sudah tau jawabannya.

Jennie menurunkan tangannya perlahan dari pundak Jisoo, napasnya tercekat dan jantungnya berdebar cepat.

"G-gak mungkin, mana mungkin Jisoo!"

"Apa yang gak mungkin, Jennie Kim?"

"Gak mungkin kamu suka sama aku! Kita sahabatan Jisoo! Kamu- Kamu gak boleh suka sama aku!" Teriak Jennie diakhir membuat Jisoo tersenyum kecut.

"Oh gitu ya," Jisoo mengangguk ngangguk dan melihat ke bawah, "Tapi, perkataan dia benar, Jen."

Kekuatan Jennie untuk berdiri pun hilang, dia berjongkok lalu menangis kembali, apakah rasanya sesakit itu pernah disukai oleh sahabat sendiri kemudian dijahui?

"Kenapa Jisoo, Kenapa?" Lirih Jennie membuat Jisoo yang sekarang melihat ke arah lain melihat ke arahnya.

"Sebelum aku jawab, aku mau nanya, kenapa aku gak boleh suka sama kamu, Jen?"

"Karena kamu sahabat aku, Jisoo!"

"Emang salah kalo sahabat jadi cinta?" Lirih Jisoo, membuat Jennie semakin menangis. Tak pernah terbayang sekali pun hal ini akan terjadi.

Terlanjur MencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang