PART 2

148 17 1
                                    

Hidup itu bagaikan coklat terkadang manis terkadang juga pahit tapi entah mengapa tetap dinikmati.

💔💔💔

"Sudah selesai, kau cantik sekali putriku," puji Sinta pada Marsha hingga membuat gadis itu merona.

Sinta mengajak Marsha ke meja rias untuk mendandani putrinya, sebenarnya Marsha sudah cantik tanpa menggunakan make-up sama sekali tapi Sinta ingin membuat Marsha lebih sempurna lagi agar calon suami Marsha semakin takjub akan penampilan Marsha.

Sinta membumbuhi wajah Marsha dengan bedak tipis tanoa menggunakan foundation agar terlihat natural dan tak lupa denga perpaduan blush on pink yang terpapar di wajah cantik Marsha.

"Oke, sentuhan terakhir," kata Sinta sambil memberi sedikit liptint di bibirnya lalu di ratakan dengan menggunakan teknik ombre.

Marsha yang sedari tadi menutup matanya mulai membuka matanya secara perlahan, Marsha tertegun saat melihat wajahnya yang cantik dengan guratan merona hasil dari blush on yang digunakan oleh ibunya untuk Marsha.

"Wah ... Mama kok pinter banget dandannya," puji Marsha.

Sinta terkekeh mendengar pujian polos dari Marsha padahal ia hanya memberi bedak, blush on, liptint saja. Memang Marsha sudah cantik dari awal hanya aja dia terlalu insecure dan merendah.

"Gak kok, kamunya aja yang udah cantik dari sononya," jawab Sinta.

"Tapi Mah jangan cantik-cantik dong!" pinta Marsha kembali cemberut.

"Lah kenapa? Setahu mama semua cewek pengen cantik tapi anak mama gak mau cantik sih?"

"Aku kan gak mau di jodohkan."

Sinta tersenyum menatap putri semata wayangnya yang masih belum menerima perjodohannya.

'Kamu gak akan menyesal sayang karena dijodohkan' batin Sinta.

Tak lama setelah semua hal yang dibutuhka sudah siapkan Sinta keluar meninggalkan Marsha sendirian dengam hati dongo.

Marsha sebal karena di jodohkan padahal dia sudah menyukai pria lain di kampusnya sendiri.
Dia kembali menatap kearah cermin dan terkagum melihat betapa cantiknya dia.

Disaat lagi enak-enaknya memuji diri sendiri ibunya nongol di balik pintu dan memanggilnya.
"Sha, ayo keluar calon suami sudah menanti."

Marsha mendemgus kesal dan berdiri dari kursinya kemudian mengikuti ibunya keluar dari kamarnya.

Disisi lain Kemal lagi bercengkrama dengan kedua orang tua calon suami putrinya.

"Pasti anakmu cantik ya?" tanya seorang pria paruh baya basa-basi.

"Ya jelaslah sahabatku saja cantik kek gitu apalagi anaknya," balas wanita di sampingnya membuat ketiga orang tua itu tertawa tapi si calin suami Marsha hanya diam tanpa memberi ekspreasi apa-apa baik senang, marah, dan sedih hanya datar saja.

Dimata Kemal sepertinya pria itu tidak suka akan ada perjodohan tapi dia beramsumsi kalau pria itu pasti langsung jatuh cinta jika melihat Marsha putrinya.

Tak lama suara high heels milik Sinta terdengar menuruni anak tangga sehingga keempat orang yang ada di ruang tamu menatap kearah sumber suara.

"Nah itu anakku, dia rajin loh dia pinter bersih-bersih rumah, masak, nyuci, dan kagiatan rumah tangga lainnya makanya aku gak pernah nyewa Art," jelas Kemal, membuat kedua tamunya terkagum-kagum tapi lain bagi pria yang notabene calon suami Marsha.

"Mereka bodoh ya, masa anak di suruh melakukan pekerjaan rumah bilang aja gak mau ngeluarin duit buat nyewa Art," batinnya.

Marsha tersenyum manis menatap ayahnya yang lagi duduk di ruang tamu, sedangkan kedua orang paruh bayah calon mertua Marsha menatap kagum akan kecantikan si putri keluarga Arlani

ArmilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang