PART 3

128 12 0
                                    

"Oji, hari ini ajak Marsha berangkat bareng kuliah ya," pinta Anisa kepada putranya di balik pintu kamar Oji.

Oji yang awalnya terbaring dengan badan terbentang mendongakkan kepala kearah pintu, dia menghembuskan nafas lelah, dia sebenarnya tidak mau akan perjodohannya karena ia sudah punya kekasih yang dicintai di kampus.

"Jadi, gue harus berangkat ama tuh pelakor?" gerutu Oji pelan.

Anisa yang berada di luar kamar Oji merasa bingung melihat kamar anaknya yang tampak sepi, dia pun mengetuk pintu sekali sambil memanggil namanya.

"Oj-"

"Iya Ma, Oji lagi siap-siap biar keliatan cakep didepan calon istri yang Mama pilih!" jerit Oji malas.

Anisa hanya tersenyum kecut terhadap sikap putra yang masih belum bisa menerima keberadaan Marsha yang sangat baik dan bertanggung jawab karena Oji memiliki seorang kekasih yang berprofesi sebagai model.

Anisa berfikir, 'Apa sih hebatnya cewek model itu? Masak gak bisa alasannya takut kenapa asep ama minyak, dan cuci piring ama baju pun gak bisa takut kukunya lecet, ada-ada aja padahal Marsha yang punya kulit putih bersih dan mulus aja enggak takut minyak.'

Anisa pun menuruni anak tangga menuju meja makan yang disana sudah ditempati oleh suaminya Glen, Anisa menghampiri suami lalu mengecup singkat di pipi suaminya hingga Glen mendongakkan kepalanya kearah Anisa dan tersenyum lalu meneruskan kembali kegiatan membaca korannya.

"Selamat pagi Nyonya," sapa Bi Atik.

"Selamat pagi juga Bi Atik," balas Anisa kepada asisten rumah tangganya yang telah dianggap keluarga sendiri karena telah bekerja selama 20 tahun, sejak Oji masih kecil.

Bik Atik meletakkan hasil masakannya diatas meja satu persatu yang telah siap disajikan disana masih ada aup yang berdempul lebat yang menunjukkan makanan itu masih baru atau panas.

Tak lama Oji menghampiri meja makan dan mencium kedua pipi orang tuanya. "Pagi Ma ... Pa ...," sapa Oji lalu duduk dikursinya sendiri.

"Nak kok keliatan males gitu?" tanya Anisa pelan, Glen yang sedari tadi hanya diam karena membaca koran mendonggakkan kepala kearah putra semata wayangnya penasaran akan jawaban Oji.

Oji menghentikan kegiatan dalam mengoles selai coklat di dua lembar roti tawar miliknya, matanya yang hitam legam menoleh malas kearah ibu.

"Mama sebenarnya tahukan kalau aku gak mau di jodohin, kenapa Ma masih bersih keras? Aku kan udah punya pacar Ma, namanya Starla," jawab Oji sambil menahan rasa amarahnya.

"Sayang mama sama papa ngelakuin itu biar kamu bisa dapat istri cantik dan pinter ngurus kamu, bukan seperti Arisa yang gak bisa apa-apa selain berpose saja," balas Anisa dan diikuti anggukan oleh glen.

Pandangan Oji jatuh kearah roti selai kacangnya dan berujar, "Kalau urusan rumah tanggakan aku bisa nyewa Pembamtu kayak Mama, jadi, gak pa-pa dong kalau aku nikah ama Arisa."

Glen menghembuskan nafas lelahnya karena merasa capek akan sikap keras kepala putra yang merupakan turunan dari ayah Glenn atau Kakek putranya.

"Lanjutin makannya nanti telat menjemput Marsha," kata Glen.

Anisa mengambil nasi untuk suaminya beserta lauk pauknya dan tak lupa pada putranya lalu disodorkan ke masing-masing pemilik.
Oji hanya diam menerima lalu menyantapnya.

Diwaktu yang sama tapi ditempat yang berbeda, Marsha sama keluarga kecilnya lagi menyantap sarapan pagi mereka dengan hening karena etika makan keluarga Arlani.

Sarapan Kemal sudah selesai dan mulai mengangkat bicara, "Sha, nanti berangkat bareng Oji ya."

Seketika sendok yang ada di tangan Marsha terlepas dari tangannya dan terjatuh hingga menimbulkan suara jatuh yang bergema, Kemal dan Sinta menatap putrinya heran.

ArmilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang