PART 11

88 13 0
                                    

"Hujan walaupun dibenci oleh banyak orang tetapi ia tetap memberi banyak manfaat dengan menurunkan tetesan airnya, seperti itulah diriku walaupun ku harus menangis karena penderitaan dan kebencian dari orang yang kucintai asalkan dia bahagia aku terima."

💔💔💔

Terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras membuat Marsha yang tengah mencuci piring di dapur segera menghampiri pintu utama dengan langkah santai.

'Siapa sih bertamu pagi-pagi?' batin Marsha bertanya-tanya.

Sesampai disana Marsha tanpa babibu langsung memutar knop pintu dan menariknya, disana berdirilah seorang wanita dengan pakaian modis tengah membenarkan pakaian ketat bagian atas lebih tepatnya dadanya.

"Ngapain loe kesini?" tanya Marsha tajam. Starla menoleh kearahnya sekilas dan segera melangkahkah kakinya tanpa menghiraukan pertanyaan Marsha.

Marsha yang paham bahwa Starla hendak memasuki rumahnya segera menghadangnya sehingga mau gak mau Starla berhenti, Dia langsung menatap Marsha dengan penuh amarah.

"Loe dilarang masuk kedalam rumah gue, jadi angkat kaki busuk loe pergi." Tapi larangan Marsha dihiraukan, ia segera masuk kedalam rumah Marsha secara paksa bahkan ia berteriak tanpa ada rasa sungkan maupun malu.

"Sayang!"

Tak lama Oji pun keluar dari kamar dengan setelan jas hitam yang tampak gagah dan maskulin dibadannya. Marsha menatap kagum kepada suaminya itu, tapi sayang Oji melepaskan senyumannya pada Starla.

"Mas, mau kemana?" tanya Marsha lembut, Oji menatap Marsha sekilas dengan wajah datarnya tapi saat wajahnya berpaling pada Starla wajahnya bergilir menjadi ceria.

Marsha hanya bisa menatap sendu betapa bahagianya Oji melihat Starla, ia sadar diri percuma ia berjuang mati-matian selama enam tahun kalau tak memiliki pesona sama sekali, ia sadar kalau pakaian yang menempel dibadannya terlihat seperti pembantu tidak seperti Starla yang terlihat modis dan seksi. Jika di sejajar mereka bertiga Marsha akan terlihat seperti pembantu sedangkan Oji dan Starla bak seperti goals couple.

'Terkadang perjuangan akan sia-sia saat sang pujaan hati lebih tertarik kearah paras,' batin Marsha dengan tangisan yang bersembunyi dihatinya.

"Ayo sayang katanya mau meeting di Jepang selama seminggu sekalian liburan dan bulan madu," kekeh Starla manja sambil gelayutan di lengan kekar Oji.

Oji hanya mengangguk dan melangkahkan kaki meninggalkan Marsha sendiri didalam rumah lavendernya.

Hati Marsha merasa sangat resah saat menatap punggung suaminya yang kian menghilang bersama wanita lain.

"Apakah aku harus menyerah dan mundur?" tanya Marsha pada dirinya sendiri.

'Apakah aku harus berpenampilan seperti Starla agar Mas Oji melirikku walaupun hanya seperkian detik, apakah aku harus bersikap seperti Starla agar aku mendapatkan senyuman indahmu itu?'

Tak sadar air matanya mulai luntur dan berjatuhan dengan deras ke arah lantai berbahan keramik itu, ia memegang dadanya kuat. Entah mengapa hatinya terasa sakit, ia pun memukul dadanya kuat agar menghilang rasa sakit yang berdera di dadanya.

Marsha menjatuhkan dirinya di ubin yang dingin ia memeluk kakinya erat, dia tak menyangka kehidupannya akan lebih menderita setelah menikah dengan Oji.

ArmilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang