part 2 (Raga si upil kambing)

12 7 1
                                    

Angel POV

Emang gak ada akhlak tu si berokokok Raga, maen jailin gue aja, gue kerjain balik tau rasakan.

Gue lagi jalan di koridor sekolah, yang sepi banget kaya kuburan. Ya gimane kagak sepi, orang lain mah pada belajar, lah gue masih uring-uringan nyari kelas gue. Kalo aja tu si kutu kupret kagak jailin gue, pasti hari ini gue udah nulis soal fisika.

Saat lagi buru-burunya gue jalan, ada orang yang megang pundak gue. Otomatis gue kagetkan dan gue berhenti, gue balik badan dan...kalian tau gue liat apa?, percaya atau nggak, kalian harus percaya, ini lebih serem dari setan yang pernah gue tonton di TV mak tiri gue, seorang lelaki bertubuh tegap berdiri depan gue dengan wajah so coolnya.

"Apa lo?", ucap gue pada lelaki itu yang tak lain adalah Raga.

"Gue mau ngomong"

"Ogah aing mah", gue nyilangin tangan di dada gue, sambil memalingkan muka.

"Gue gak nanya lo, ini perintah bukan permintaan"

Dia menggenggm telapak tangan gue dengan erat, telapak tangannya yang besar menutupi telapak tangan gue yang mungil.

Deg

Deg

Aelah ni jantung, pake berdisko segala, lo pikir lagi konser BTS.

Dia bawa gue ke arah kelasnya. what the ke kelasnya, gue langsung berusaha ngelepasin tangan gue dari genggaman tangan Raga yang begitu erat.

"Lepasin", ucap gue berusaha sekuat tenaga untuk lepas dari si upil kambing gila ini.

Dia menarik gue masuk kelasnya, betapa terkejutnya gue, melihat penghuni kelas yang sedang bermain cepuk dilantai kelas, bahkan guru pun tidak ada di dalam kelas.

Si upil kambing nyuruh gue duduk di kursi guru. Dan dengan bodohnya, gue malah ikut aja ucapan si upil.

"Eh upil, gue mau ke kelas gue", ucap gue.

"Eh, ada neng Angel ternyata", ucap vano melihat ke arah gue, diikuti teman-temannya yang menatap gue dengan tatapan heran

"gue bukan Angel, gue maung", ucap gue menatap tajam vano dan teman-temannya.

Mereka semua ngetawain gue, termasuk Raga. Gue memutar bola mata gue malaz.

"Eh, Rag. Bukannya ni anak orangnya introvet ya?, kenapa lo bawa dia ke sini?", ucap Vano kepada Raga.

"Dia cari masalah sama gue, makannya gue bawa dia kesini", ucap Raga.

"Lah buk-, ucapan Vano terpotong saat pak Herman datang seraya membawa rotan ditangannya, pak Herman adalah guru paling kiler di sekolah ini. Semua penghuni kelas yang tadinya sedang main cepuk menghentikan permainan mereka, dan langung duduk ke tempat masing-masing.

Brak

Pak Herman memukul meja guru yang sedang gue tempatin, mata gue melotot karena kaget.

"Angel, bukannya kamu kelas sepuluh, kenapa ada di sini", ucap pak Herman kepada gue.

"Hmm, s-sya l-lagi a-nu", aelah ni lidah kenapa bisa gugup, bukannya udah biasa diginiin sama mak tiri.

"A-anu apa, ANGELA", ucap pak Herman semakin murka.

Mana mungkinkan gue bilang ditarik sama upil kambing ke kelas, bisa-bisa citra gue sebagai gadis polos kandas.

"JAWAB", bantak pak Herman .

"Saya nyari pulpen saya yang lari kesini pak", ucap gue, dengan satu tarikan nafas, sehingga ucapan gue barusan terdengar cepat.

Gue nyengir kuda, dan gue langsung berdiri.

Slef-harmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang