Lo boleh sakitin gue, tapi lo gak boleh cinta sama gue
-Angelia
###
Betapa indahnya benda berbentuk bulat yang tersaji di mataku
Baunya membuat nafsuku meledak-ledak, dia begitu putih, basah, berurat. Membuatku tak tahan untuk melahapnya.Gue pun melahap bakso yang tersaji dimata gue. Hahaha, pasti kalian mikirnya yang jorok-jorok ya.
"Rub, ambilin saos dong"
Gue lagi di kantin bersama Rubi, setelah pelajaran bu suri selesai, gue memutuskan untuk makan bakso berurat ini.
Rubi menyerahkan saos kepadaku dan kembali melahap baksonya.
"Ka Amel udah pulang, dan dia bawa oleh-oleh buat lo", ucap Rubi
"Ka Amel bawa apa?"
Ka Amel adalah kaka pertama Rubi, bulan kemarin dia memang pergi berlibur bersama teman-temannya ke Korea. Gue deket sama ka Amel, karena pas jam kelas kosong, gue selalu menghabiskan waktu di Rumah Rubi. Tak ayal jika Ka Amel gak deket sama gue.
"Coba tebak, dia bawa oleh-oleh apa?
Gue menghentikan suapan gue, dan mulai berpikir.
"Kaka lo bawa ramen!!?"
"bukan"
"Bawa shusi?"
"Bukan"
"Tanaman sakura?"
"Bukan"
"Dia bawa BTS"
"Kurang tepat"
"Dia bawa cogan"
"Bukan"
"lah, terus apa?"
Gue mulai kesal, karena sendari tadi jawaban gue salah.
"dia bawa mang Oleh. Hahahahahahahaha"
Krik
Krik
Oke bagi para pembaca, gue harap jangan ketawa, si Rubi nggak bisa ngelawak, jadi kalian gak boleh ketawa. KALO ADA YANG SENYUM GUE BACOK🔪
Kantin cukup sunyi karena semua orang memperhatikan Rubi yang sendari tadi tertawa.
"Kok lo gak ketawa"
"Ha"
"Ya ampun, singkat padat dan jelas sekali anda ini"
"Ka Amel bawa apa Rubi?"
"Bawa peralatan make up"
"WHAT?"
"Dia kan tau gue gak suka make up"
"Gue gak tau, lo tanya bae tar"
Gue terdiam dan mengaduk baksoku dangan tak nafsu.
"Sayang, kok kamu maen dibelakang aku sih"
Buyur
Rubi terkejut, dan menyemprotkan kuah bakso yang ada dimulutnya ke arah wajah si upil kambing. Ya.. yang tadi ngomong kaya gitu si upil kambing.
"Muka gue terinfeksi, oncom", bentak Raga pada Rubi.
"Telinga gue panas, kambing", hina Rubi tak kalah pedas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slef-harm
RandomGue gak nyangka Gue pikir dia yang akan merubah hidup gue jadi berwarna Gue pikir dia tulus sayang sama gue Tapi ternyata nggak Dia cuma jadiin gue bahan taruhan Dia bahkan memperburuk keadaan hati gue. Bahkan gue sampe lupa gimana caranya berhenti...