Asa Yang Memudar

3.3K 961 223
                                    

How's your day?
Jangan lupa vote dan comment ya✨✨

How's your day?Jangan lupa vote dan comment ya✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

§§§

Lagi dan lagi, Ajun harus datang ke sekolah yang Ajun tidak suka. Jika bukan karena kewajiban nya belajar demi mendapatkan ijazah serta ketiga teman teman nya yang selalu menyemangati Ajun bertahan di sekolah. Mungkin sudah sejak kapan tahu Ajun berhenti dari sekolah. Lebih baik bekerja dari pada belajar tapi mereka semua tidak pernah menghargai Ajun.

Mata nya menangkap sebuah antrean panjang didepan nya, dia mencibik kesal karena tahu ada pengecekan kelengkapan seragam. Seragam Ajun lengkap tidak ada yang kurang namun kata bagus jauh dari seragam yang Ajun pakai sekarang.

"Jafar! Dasi nya kemana?"tanya Bu Sri.

"di kolong meja bu,"

"kamu tuh ya! Kan sudah saya bilang berkali kali, dasi itu di pakai bukan hanya menjadi mainan atau ikat kepala!"

"iya bu maaf, saya lupa."

"lupa lupa terus! Masih muda udah jadi pelupa."

"dari pada jadi playboy."

"JAFAR!"

"inalillahi, iya bu,"

"hehh, tulis nama kamu. Habis itu kamu baru boleh masuk ke kelas."

"yowes,masalah gampang nulis nama doang."

Tiada pagi tanpa kebisingan yang dibuat Jafar dengan bu Sri. Lelaki itu, apa ya, menurut Ajun terlalu berani. Jangan kan berani membantah, menjawab saja kadang Ajun malas. Habis, suara Bu Sri itu benar benar mengganggu di telinga Ajun. Celotehan nya tidak akan berhenti hingga merambat ke hal yang tidak seharusnya di bahas.

Setelah menunggu hingga beberapa saat, Ajun sudah berhadapan dengan Bu Sri yang menatap diri nya dari atas hingga bawah. Tidak ada senyum dari Ajun, dia sudah hapal apa yang akan Bu Sri katakan. kenapa Bu Sri rajin sekali berdiri di dekat gerbang dari pagi?

"Ajun, Ajun, itu sepatu mu dikit lagi jebol. Seragam kamu juga enggak pernah di cuci ya? Tas kamu ini juga banyak jahitan."

"iya bu,"

Cuma kata iya-iya saja yang dapat Ajun keluarkan. Lagi pula, apa lagi yang bisa Ajun katakan? Iya bu nanti saya beli yang baru? Jangan kan beli yang baru, untuk makan sehari hari saja Ajun sudah sesak nafas mencari uang nya. Tas dan sepatu nya memang sudah jauh dari kata layak, tapi ya, belum rusak banget. Masih bisa Ajun pakai.

"Jun Jun, kamu kan bukan siswa berprestasi. Ya setidaknya harus rapih loh, gimana mau dipan--"

"bu! Lama amat! Kaki saya pegel!"potong Ben yang ada di belakang sana dengan maksud tidak ingin Ajun mendengar kata yang lebih jahat lagi.

Bagi Ben, guru dan murid disini hampir mirip. Sama sama tidak punya otak. Tidak ada yang namanya keadilan di sekolah ini. Yang kuat dan kaya akan berkuasa dan yang lemah serta tidak punya uang akan di injak injak seenaknya.

CANDALA ⁻[ᵀᴿᴱᴬˢᵁᴿᴱ'ˢ ⁰⁰'ˢq]⁻ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang