Lentera

2.9K 857 98
                                    

How's your day?
Jangan lupa vote dan comment ya✨✨

How's your day?Jangan lupa vote dan comment ya✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


§§§

Seminggu telah terlewati, kematian Jean membuat Ajun semakin terpuruk hingga membuat Ben selama seminggu menginap dirumah Ajun. Selama seminggu juga Ajun mogok sekolah dan bekerja. Yudis juga sesekali datang kerumah dengan membawa makanan yang dibuat kan oleh umi nya. Jafar masih harus menemani Dhea yang merasa sangat bersalah. Malam ini dilewati dengan sunyi seperti malam malam sebelum nya.

Mata Ben tidak ada henti henti nya menatap gelas yang berisikan air putih. Selama menginap di rumah Ajun, Ben tidak pernah berbicara dengan Ajun, pria itu benar benar mengurung diri nya didalam kamar. Pernah sekali Ben ingin mendobrak kamar Ajun bersama Yudis. Tapi Ben harus memberikan waktu Ajun untuk perlahan menerima segala nya. Ben juga pernah merasakan nya, saat dia kehilangan Gina dulu.

Hati Ben khawatir setengah mati tentang Ajun. Dia dan Ajun berbeda, Ben tidak bisa menjadikan dirinya sebagai tolak ukur akan keadaan Ajun sekarang. Terdengar helaan nafas gusar seiring dengan Ben yang menyenderkan tubuh nya ke punggung kursi. Tangan nya memijat pangkal hidung, nafas Ben bergetar. Ben tidak bisa melihat Ajun yang seperti ini.

Prang..!

Suara pecahan kaca membuat Ben segera berlari menuju kamar Ajun. Deru nafas nya makin tak karuan saat sadar pintu kamar Ajun terkunci dari dalam. Ben mengetuk pintu kamar Ajun sambil memanggil pemuda bernama panjang Ajuna Dewa Andinata dengan penuh harap.

"Jun, dengerin gua, Jun, apapun yang lo lakuin di dalam sana. Jangan lukain diri lu sendiri. Gua mohon."lirih Ben.

Ben menyadarkan kepala nya ke pintu kamar Ajun, berkali kali Ben menghembuskan nafas nya sesak. Dunia Ajun terlalu gelap, berkali kali Ajun di terpa berbagai masalah yang belum tentu bisa Ajun tanggung. Ajun, bahkan umur nya baru genap tujuh belas tahun.

Masalah yang menyangkut kematian Jean mungkin tidak akan bisa Ajun tanggung. Ajun bukan manusia kuat yang seperti orang orang kira. Ajun kalut, Ajun tidak bisa kehilangan dua perempuan yang sangat Ajun sayangi.

Pertama Bunda, perempuan yang selalu menjaga Ajun, perempuan yang selalu mengajari Ajun hal tentang dimana kebaikan akan selalu dibalas oleh kebaikan. Kedua Jean, perempuan yang selama ini Ajun jaga, perempuan yang selalu Ajun sayangi agar Jean bisa mendapatkan kasih sayang yang cukup walau bunda telah meninggalkan mereka berdua. Keduanya pergi jauh keatas sana tanpa memperdulikan Ajun.

Bunda curang,

Jean curang,

Kenapa mereka tidak mengajak Ajun? Mereka berdua meninggalkan Ajun dengan semua masalah didunia ini. Meninggalkan Ajun meringkuk kedinginan sendirian. Tanpa bunda, tanpa Jean. Semuanya terasa sia sia.

Ingatan tentang kematian Jean menghantui Ajun, terekam dalam otak nya tanpa bisa diusir. Ajun memukul kepala nya dengan keras berharap ingatan itu hilang. Ingatan dimana Ajun menemukan tubuh Jean tergeletak begitu saja dijalanan, ingatan dimana Ajun dipaksa untuk menerima kematian Jean saat pemakaman perempuan berumur lima belas tahun tersebut.

Menerima,

Semua orang dengan mudah menyuruh Ajun untuk menerima. Tapi apa mereka tahu arti kata menerima bagi Ajun adalah sebuah racun? Kata menerima bagi Ajun terlampau sulit untuk dilaksanakan.

Lantai yang dingin menjadi tempat Ajun meringkuk menertawai takdir hidup nya yang begitu menyedihkan. Mulai terdengar suara bunda entah itu suara saat Bunda sedang memarahi Ajun, entah itu Bunda sedang berbicara tentang Ajun, hal yang Ajun sangat rindukan bahkan hingga titik terendah hidup nya. Bunda apa kabar? Apa Bunda selalu memperhatikan Ajun? Apa Bunda selalu melihat kegiatan Ajun sehari hari nya?

Kalau begitu jangan sampai bunda tahu, bunda pasti menangis saat mengetahui hidup kedua anak nya di permainkan oleh maha penyayang yang ternyata mempermainkan hidup seseorang dengan seenaknya.

Tiba tiba suara Jean mulai menghantui Ajun, perasaan bersalah langsung memenuhi diri Ajun. Jika Ajun lebih bertanggung jawab, Jean tidak mungkin seperti ini. Semuanya salah Ajun kan? Bahkan hingga nafas terakhir Jean, Ajun belum bisa memberikan setidaknya sedikit keadilan kepada perempuan itu.

"AJUN! BUKA PINTU NYA!"teriak Cia.

Ciana, teriakkan perempuan itu membuat Ajun tertawa kecil. Cia itu orang asing tapi mengapa Cia terlihat sangat peduli dengan Ajun. Cia tidak harus repot repot datang tengah malam kerumah Ajun untuk meneriaki Ajun.

Semuanya sudah pudar, Ajun tidak lagi menemukan alasan untuk nya tetap berdiri diatas bumi yang indah ini. Ajun sudah kehilangan Bunda dan Jean yang menjadi satu satu nya alasan Ajun tetap bertahan. Mata Ajun menangkap setetes darah turun dari pelipis nya.

Dia lupa jika tangan nya masih ada diatas kepala nya, tangan yang mengeluarkan darah cukup banyak hingga membuat hampir seluruh wajah Ajun terkena darah. Jika Bunda dan Jean boleh pergi, Ajun juga boleh kan?

Memang terdengar bodoh tindakan Ajun saat ini, tapi Ajun benar benar tidak tahan harus ada didunia yang menurut Ajun benar benar memuakkan. Ajun lelah, Ajun marah, dan Ajun kecewa kepada semesta juga dirinya. Dari semua orang kuat didalam dunia ini, kenapa semesta memilih Ajun sebagai objek penyiksaan?

Bunda meninggal,

Ayah di penjara,

Kedua keluarga besar Ajun malu terhadap keluarga Ajun,

Ajun di bully,

Jean di bully,

Jean menjadi korban kejahatan seksual,

Jean pengidap Androphobia,

Jean pergi meninggalkan Ajun,

Apalagi yang harus Ajun gunakan untuk dijadikan alasan nya tetap hidup? Jean dan Bunda pergi meninggalkan Ajun, pergi meninggalkan Ajun dengan segala masalah yang berada di punggung Ajun.

Pengelihatan Ajun mulai buram seiring dengan dirasakan nya sebuah sakit di kepala. Ajun tidak takut, dia tersenyum pada saat saat terakhir dirinya meninggalkan dunia ini walau ada sedikit rasa bersalah pada Jafar, Ben, dan Yudis.

Tapi pasti mereka bertiga bisa menerima kepergian Ajun kan? Itu yang mereka katakan saat Ajun kehilangan Jean. Jean itu lentera hidup Ajun, tapi sekarang lentera hidup Ajun sudah hilang di telan semesta. Ajun ingin bertemu dengan lentera hidup nya. Hidup bersama Bunda dan Jean tanpa ada orang yang akan menghakimi mereka bertiga. Tanpa ada orang yang akan memukuli Ajun serta Jean. Tanpa ada orang yang mencaci maki hidup Ajun dan Jean. Tanpa ada orang yang menyuruh Ajun serta Jean untuk mati. Bukankah dunia seperti itu sangat hebat?

Suara pintu yang di buka dengan paksa menjadi lagu penghantar tidur Ajun yang sudah menutup mata nya. Bukan hanya itu, Ajun juga mendengar teriakkan Cia untuk kesekian kali nya. Jiwa nya tersenyum saat tahu nafas nya kini mulai menghilang.

Ajuna Dewa Andinata berhak mendapatkan hidup yang lebih baik. Hidup yang lebih baik dalam tanda kutip.

Semuanya terhenti saat Ajun mendapati kedamaian yang sesungguh nya. Saat Ajun melihat Jean dan Bunda yang tersenyum pada Ajun.

Ajun kembali menemukan lentera hidup nya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tbc.

CANDALA ⁻[ᵀᴿᴱᴬˢᵁᴿᴱ'ˢ ⁰⁰'ˢq]⁻ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang